Pada masa-masa tersebut, jadwal kegiatan balapan kuda di Kota Bogor sangat padat. Tidak hanya even lokal saja tapi juga nasional dengan peserta yang berasal dari berbagai daerah mulai dari Bandung, Manado, Sumbawa, Sumatera Utara, Padang, dan kota-kota lain di Indonesia.

Semaraknya acara balapan kuda tersebut didukung pula oleh sang Walikota Bogor saat itu yaitu Bapak Achmad Sham yang kebetulan sangat menyukai kuda.

Menjelang tahun 1970an, minat terhadap balapan kuda pun semakin menurun. Kuda-kuda yang terlatih pun lebih banyak digunakan untuk menarik penumpang atau membawa barang. Sebagian lahan di bekas lapangan balap kuda ini kemudian digunakan sebagai bengkel untuk mobil-mobil tua.

Baru di era setelah kemerdekaan, yaitu sekitar tahun 1964 hingga 1967, lapangan balap kuda di Tanah Sareal ini kembali ramai dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menjajal kemampuan kuda rawatannya. Pada masa-masa tersebut, jadwal kegiatan balapan kuda di Kota Bogor sangat padat.

BACA JUGA :  Kakek Penjual Soto Mie Tewas di Dalam Toilet Umum Terminal Laladon

Sang walikota Ahmad Syam kemudian merubah bekas lapangan pacuan kuda Tanah Sareal itu menjadi lapangan bola yang diberi nama Stadion Purana. Purana sendiri memiliki arti “Sejarah Jaman Dulu” atau “Sejarah Kuno”, dan stadion ini dibuat karena Bogor memiliki historis yang cukup tinggi terutama karena pernah menjadi ibukota Kerajaan Pajajaran.

Perubahan Nama Menjadi Stadion Pajajaran

Sementara, mengutip lovelybogor.com, namanya Stadion Purana tidak bertahan lama. Pada tahun 1974, menjelang PORDA Jabar, stadion ini berganti nama. Nama yang dipilih adalah nama sebuah Kerajaan yang dulu menguasai Tanah Pasundan, yaitu Pajajaran.

Nama ini dianggap lebih mencirikan kebanggaan masyarakat Sunda terhadap keterkaitan historis mereka dengan kerajaan yang pernah berkuasa di Jawa Barat.

BACA JUGA :  Nahas, Diduga Tersambar Petir, Warga Agam Sumbar Ditemukan Tewas dalam Kondisi Gosong

Meskipun sudah berganti, warga Bogor hingga tahun 1990-an masih sering menyebut stadion ini sebagai Stadion Purana. Bahkan hingga saat ini, kalangan tua masih sering menggunakan nama awalnya. Sementara, generasi muda sudah lebih mengenalnya dengan Stadion Pajajaran.

Masa Jaya Stadion Pajajaran

Stadion Pajajaran pernah mengalami masa jaya. Beberapa klub sepakbola yang tergabung dalam GALATAMA (Liga Sepakbola Utama) pernah memanfaatkan stadion ini sebagai kandang. Bisa disebutkan Perkesa 78 atau Yanita Utama sebagai dua kesebelasan yang pernah menghuni stadion ini. Yanita Utama pernah menjadi juara GALATAMA di tahun 1983-1984

Hal tersebut bahkan masih berlanjut ketika GALATAMA digabung dengan Perserikatan menjadi Liga Indonesia. Klub Sepakbola Persatuan Sepakbola Bogor (PSB) memanfaatkannya sebagai homebase sampai tahun 2010.(net)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================