Gelar sosialisasi
Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor gelar Sosialisasi Good Corporate Governance (GCG) dan Kick Off Program 2022 yang dibuka langsung oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya, di IPB International Convention Center (IICC) Mal Botani Square, Rabu (12/1/2022).

BOGOR-TODAY.COM, BOGOR – Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor gelar Sosialisasi Good Corporate Governance (GCG) dan Kick Off Program 2022 yang dibuka langsung oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya, di IPB International Convention Center (IICC) Mal Botani Square, Rabu (12/1/2022).

Dalam kesempatan itu, Bima Arya menyatakan, ada tiga penyakit klasik BUMD di Indonesia, yakni kepentingan, kapasitas dan prinsip kebijakan.

Pertama kata dia, persoalan kepentingan, yakni bukannya melayani publik, tapi melayani kepentingan politik, kelompok tertentu bahkan kepala daerah. Direksinya mungkin pintar dan visioner namun tunduk pada kepentingan.

“Kepala daerahnya minta apa walaupun bertentangan dengan GCG tetap dilakukan. Banyak di daerah seperti itu. Dirutnya jenius, jam terbang tinggi tapi kalau ada hutang budi ya selesai,” katanya.

BACA JUGA :  Pengamen Jalanan di Cileungsi Bogor Ditemukan Tak Bernyawa

Kedua berbicara kapasitas, ketika yang diakomodir orang-orang merupakan mereka yang tidak mempunyai kemampuan memimpin manajemen dan tidak mempunyai kemampuan governance ini menjadi persoalan. Di sisi lain, kadang-kadang yang dipimpinnya berkarir panjang di BUMD sudah puluhan tahun, namun ‘anak kemarin sore’ yang tidak punya kapasitas, tidak punya pengalaman apa-apa naik menjadi direksi.

“Persoalan ketiga punya kapasitas namun berbeda prinsip kebijakannya. Sehingga membuat Dirut bingung menangkap arahnya, mana yang didahulukan pelayanan atau PAD-nya, kebocoran air dulu diatasi atau penambahan pipa, ini dosanya paling kecil tapi gak maksimal juga BUMD-nya,” ungkap Bima.

BACA JUGA :  2 Kali Erupsi Jumat Pagi Ini, Gunung Semeru Letuskan 500 Meter di Atas Puncak

Menurutnya, jalan keluar dari tiga persoalan ini yakni GCG. Komitmen, aturan main, pelaksanaan bisnis yang sehat dan beretika. Ia pun menggarisbawahi kata kunci komitmen dan etika.

Pasalnya, hukum merupakan norma-norma yang seringkali belum menjangkau banyak hal, tapi etika merupakan filosofi yang mendasari baik buruk dari peradaban ke peradaban.

Bima melanjutkan, kesepakatan yang dibuat hari ini ia yakini canggih. Namun masalahnya apa kesepakatan ini bisa menjadi sumber keteladanan. Di sinilah menurutnya direksi jadi planmaker. Role model, benchmarking yakni direksi.

============================================================
============================================================
============================================================