balita
Labib Al-Mumin, seorang balita berusia satu tahun delapan bulan dari dari pasangan Maman Firmansyah (33) dan Yuni Susanti (21) hanya bisa terbaling lemah di kediamannya Kampung Ciasahan, RT 02/04, Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor akibat menderita penyakit hidrosefalus.

BOGOR-TODAY, BOGOR – Labib Al-Mumin, seorang balita berusia satu tahun delapan bulan dari dari pasangan Maman Firmansyah (33) dan Yuni Susanti (21) hanya bisa terbaling lemah di kediamannya Kampung Ciasahan, RT 02/04, Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor akibat menderita penyakit hidrosefalus.

Meski dengan keterbatasan biaya, kini pihak keluarga terpaksa rutin untuk menjalani kontrol di Rumah Sakit Cipto Jakarta dengan biaya yang dinilai mencekik. Jangankan untuk biaya berobat, dari hasil Maman berjualan cilok pun habis untuk kebutuhan harian.

Maman Firmansyah mengisahkan, Labib diketahui menderita penyakit hidrosefalus setelah dilakukan pemeriksaan di Puskesmas Cigudeg, saat itu, Labib masih berusia dua bulan. Jika sudah merasakan sakit, kata Maman Labib hanya bisa menangis dan kejang-kejang.

“Iya waktu itu sempat dibawa ke Puskesmas Cigudeg, kata dokter anak saya memiliki gejala hidrosefalus yang harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewiliang,” Ujarnya kepada wartawan saat dikunjungi kediamannya, Selasa, (10/5/2022)

BACA JUGA :  Kota Bogor Raih 2 Penghargaan Lomba Video Penanggulangan TBC dari Kemenkes

Maman, yang sebelumnya sempat bekerja dikonveksi harus kehilangan mata pencahariannya lantaran terdampak pandemi Covid-19. Untuk mememenuhi kebutuhan keluarga dan pengobatan anaknya, kini Maman hanya berjualan cilok keliling.

“Dulu kerja dikonveksi tapi sekarang cuma jualan cilok ada sekitar delapan bulan, sekarang kita harus menjalani perawatan rutin ke rumah sakit Cipto dalam satu minggu bisa diperiksa tiga kali, sekali jalan saja habis sekitar Rp 500 ribuan,” ungkapnya.

Ditempat yang sama, Ketua RW 04, Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Ade Sumaedi mengungkapkan keprihatiannya atas musibah yang dialami keluarga Maman. Ade menganggap hal itu disebabkan minimnya perhatian dari kader wilayah setempat. Namun, kata Ade yang lebih peduli justru kader dari luar wilayahnya.

BACA JUGA :  Bibir Hitam Gegara 5 Kebiasaan Ini, Simak Sampai Akhir!

“Dulu ketika dapat kabar dari grup whatsapp saya langsung nanya anak siapa, lalu saya hubungi kader setempat untuk melihatnya, karena posisi saya sedang bekerja di Jakarta. Saya tanya kepada mereka katanya sudah dijenguk tapi nyatanya ketika pulang dan saya tanyakan langsung ternyata tidak ada yang datang,” bebernya.

“Koordinasi ke pemerintahan desa sudah, namun kepala desanya sendiri belum pernah menjenguk, untuk kontribusinya sendiri pernah beberapa waktu lalu mendonasikan uang tunai sebesar Rp. 300 ribu untuk membeli bensin saat akan ke Cipto, karena kita pinjam mobil siaga,” Ade menambahkan. (Didin/CR).

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================