Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Biogas Alternatif Pengganti Gas LPG

LPG
Foto : Ilustrasi/RRI

Oleh : Raihan Saputra

Mahasiswa Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BOGOR-TODAY.COM – Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti memanfaatkan dan mengambil kekayaan yang telah disediakan oleh bumi. Seiring waktu tanpa kita sadari kekayaan bumi sudah semakin menipis. Kebutuhan yang semakin banyak membuat kita juga melakukan konsumsi yang banyak.

Sedangkan sumber daya alam yang ada di bumi kita sangat terbatas. Salah satu kekayaan alam yang semakin menipis dan terbatas adalah gas bumi yang merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui. Sayangnya masyarakat Indonesia masih sering menggunakan gas bumi untuk memasak makanan.

Gas bumi tersebut biasanya kita sebut dengan Gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Gas LPG sendiri merupakan gas bumi yang dicairkan yang biasanya terdiri dari komponen propana (C3H8) dan butana (C4H10) yang kemudian di distribusikan dalam bentuk tabung gas.

Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, konsumsi gas LPG semenjak tahun 2016 terus mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Sekitar 90% atau mayoritas penggunaan gas LPG dikonsumsi oleh sektor rumah tangga dan sisanya digunakan untuk kepentingan komersial dan sektor industri. Bahkan pada tahun 2030 konsumsi gas LPG diproyeksikan menjadi 2 kali lipat lebih banyak dari tahun 2016.

Hal ini tentu menjadi permasalahan serius yang perlu disikapi dengan bijak. Jika masyarakat Indonesia terus menerus mengonsumsi gas LPG maka bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang Indonesia bisa saja kehabisan sumber daya gas buminya. Oleh karena itu diperlukan aksi nyata dari pemerintah dan juga kesadaran masyarakat untuk sama-sama mengurangi penggunaan gas LPG.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji menegaskan bahwa mulai Januari 2024 hanya warga yang terdaftar yang boleh mengonsumsi tabung gas LPG 3 kg. Hal tersebut diharapkan dapat menekan penggunaan gas LPG sekaligus memastikan distribusi subsidi tabung gas LPG 3 kg menjadi tepat sasaran. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat yang mengomsumsi gas LPG 3 kg yang berarti gagasan tersebut belum cukup efektif untuk diterapkan dan tidak dapat menjadi solusi jangka panjang. Diperlukan inovasi yang baru dan ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan gas bumi.

Inovasi untuk mengurangi konsumsi gas bumi dalam aktivitas rumah tangga mulai muncul dari para petani dan peternak. Dimana mereka mencoba untuk memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan yang mengandung gas metana sebagai sumber gas alami untuk memasak makanan.

Inovasi gas yang dimaksud sebagai alternatif pengganti gas LPG adalah biogas. Biogas merupakan gas alami yang berasal dari campuran gas yang dihasilkan dari proses fermentasi anaeorobik bakteri metanogen pada bahan-bahan organik.

BACA JUGA :  Fashion Show KKJB 2024, Kota Bogor Padukan Batik Organik Dengan Pakaian Tradisional Jerman

Bahan-bahan organik yang dipecah oleh bakteri anaerobik dapat berupa limbah pertanian (sisa tanaman) dan limbah peternakan (berupa kotoran ternak). Biogas dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan gas bumi dalam aktivitas rumah tangga terutama bagi para petani dan peternak.

Biogas berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui atau terbarukan dari sisa bahan organik dari aktivitas pertanian dan peternakan. Hal ini berbeda dengan gas LPG yang berasal dari gas bumi yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Gas bumi dihasilkan dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi energi yang berasal dari fosil makhluk hidup yang telah mati ratusan tahun yang lalu.

Hal tersebut membuat gas bumi menjadi sumber energi yang tidak terbarukan karena sangat bergantung pada fosil yang telah lama mati. Selain itu penggunaan energi yang berasal dari fosil makhluk hidup juga memberikan dampak yang tidak baik bagi kehidupan karena dapat mencemari lingkungan.

Pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan untuk membuat biogas dapat memperkecil konsumsi gas bumi dan juga mengurangi pencemaran lingkungan yang berasal dari energi fosil.

Biogas terdiri dari komponen utama seperti gas Metana (CH4), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen (H2) dan juga Hidrogen sulfide (H2S). Dimana 50-70% komponen biogas merupakan Metana (CH4) yang menjadikannya komponen paling dominan. Kemudian disusul Karbon dioksida sebanyak 20-50% dari keseluruhan komponen.

Biogas sendiri lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan gas bumi. Hal ini karena biogas tidak menghasilkan asap dan limbahnya mengandung unsur yang baik dan dibutuhkan oleh tanaman.

Dalam proses pembuatannya biogas dapat diperoleh dari berbagai macam bahan organik baik dari sisa tanaman, kotoran sapi, kerbau, kuda dan kambing. Namun, biasanya bahan yang paling sering digunakan untuk membuat biogas merupakan bahan organik berupa kotoran sapi.

Alasannya karena kotoran sapi merupakan bahan organik yang memiliki kandungan paling seimbang dan lebih mudah untuk diencerkan serta diolah secara biologis. Menurut Jurnal SNIIT Politeknik Negeri Balikpapan 2017, terdapat 3 tahapan reaksi kimia dalam pembuatan biogas.

Pada tahapan pertama terjadi proses pelarutan dimana bahan-bahan seperti selulosa, lemak dan polisakarida diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti asam lemak dan karbohidrat. Pada tahapan kedua bakteri asam mulai menghasilkan asam asetat (CH3COOH) dalam keadaan tidak ada oksigen (anaerob). Selanjutnya pada tahapan ketiga bakteri metanogen mulai menghasilkan gas metana dalam kondisi anaerob.

BACA JUGA :  Tantangan dan Peluang Hidroponik dalam Transformasi Agribisnis Modern

Ketiga tahapan tersebut terjadi di dalam digester dengan suhu rata rata 25oC. Digester sendiri merupakan tempat untuk menampung bahan-bahan organik berupa limbah kotoran ternak untuk diproses menjadi biogas dalam keadaan anaerob.

Untuk membuat biogas dapat dimulai dari mengalirkan limbah ternak seperti kotoran ternak, urin, ataupun sisa hasil pembersihan kandang ternak melalui parit kecil. Parit tersebut dibuat dengan semen supaya limbah tidak meresap ke dalam tanah.

Sebelum masuk ke dalam digester limbah ternak terlebih dahulu melewati saluran masuk (Inlet). Setelah itu limbah akan masuk ke dalam digester untuk ditampung sekaligus sebagai tempat fermentasi oleh bakteri.

Untuk pengamanan lebih terdapat katup pengaman pada digester. Katup pengaman pada digester berfungsi untuk mengatur tekanan digester supaya tidak pecah. Selanjutnya ada saluran gas yang biasanya terbuat dari pipa PVC untuk menghindari korosi atau karat.

Setelah gas terbentuk maka gas akan disalurkan ke penampungan gas. Penampungan gas dibuat kedap udara dan berfungsi sebagai tempat menampung biogas hasil fermentasi bakteri. Biogas tersebut kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menghidupkan kompor gas yang dapat digunakan untuk memasak makanan.

Selain itu sisa limbah cair kotoran ternak yang tidak menjadi gas juga dapat dimanfaatkan kembali menjadi pupuk cair yang baik untuk tanaman sayur dan buah. Para peternak dapat menghemat pengeluaran mereka untuk membeli gas LPG dengan menggunakan biogas.

Tidak hanya itu pupuk cair yang merupakan sisa fermentasi pembuatan biogas pun dapat dijual dan membuat para peternak mendapatkan penghasilan tambahan. Menggunakan biogas juga dapat mengurangi emisi gas efek rumah kaca dan membuatnya lebih ramah lingkungan.

Demikian penjelasan mengenai pemanfaatan biogas yang diharapkan dapat menjadi energi alternatif pengganti gas bumi. Menggunakan biogas memiliki banyak manfaat mulai dari ramah lingkungan, pembuatannya yang murah, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan juga dapat mengurangi ketergantungan pada energi yang tidak terbarukan seperti gas bumi untuk kepentingan rumah tangga.

Maka dari itu, mari kita tanamkan kesadaran untuk terus menjaga bumi kita dengan tidak mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan dan mulai beralih ke sumber energi yang ramah lingkungan seperti biogas. ***

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News

Bagi Halaman
======================================
======================================
======================================