JAKARTA TODAY – Masuknya mata uang China, yuan sebÂagai mata uang cadangan atau Special Drawing Right (SDR) bersama dolar Amerika Serikat dan euro dinilai mampu memÂberikan dampak positif bagi InÂdonesia.
Deputi Bidang Statistik DisÂtribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan keÂbijakan Dana Moneter InterÂnasional (IMF) tersebut dapat memperkuat yuan terhadap mata uang negara lain termaÂsuk rupiah. Kuatnya hubunÂgan dagang Indonesia dengan China dinilai mampu memÂberikan pengaruh terhadap permintaan yuan untuk tranÂsaksi perdagangan. Kuatnya permintaan ini akan membuat nilai yuan akan menguat terhaÂdap rupiah.
“Kalau menguat terhadap rupiah pasti membuat barang ekspor kami kesana bisa lebih murah, sehingga mereka bisa membeli barang kami lebih banyak.
Karena banyak orang yang senang beli karena harga lebih murah, sehingga kami bisa ekspor kesana lebih banyak,†ujar Sasmito di kantornya, SeÂlasa (1/12/2015).
Di sisi lain, Sasmito meÂnilai penguatan yuan akan membuat harga produk China menjadi lebih mahal dibandÂingkan sebelumnya. Hal ini dinilai mampu mengurangi impor barang dari China ke Indonesia.
“Kecuali kalau China masih banting harga tapi kan ada baÂtas bawahnya, jadi dampaknya kemungkinan besar neraca perdagangan kami akan lebih baik dengan masuknya yuan sebagai mata uang dunia, saya rasa kami menyambut baik karena China partner daÂgang terbesar kami saat ini,†ujarnya.
Berdasarkan data KemenÂterian Perdagangan, nilai perdagangan kedua negara per September 2015 tercatat Indonesia hanya mampu mengekspor ke China senilai US$ 11,1 miliar. Di sisi lain niÂlai impor yang dilakukan dari China mencapai US$ 21,6 milÂiar. Sehingga perdagangan InÂdonesia terhadap China menÂgalamai defisit US$ 10,5 miliar.
(Yuska Apitya/net)