BOGOR, TODAYÂ – Badan NarÂkotika Nasional (BNN) KabuÂpaten Bogor menanggapi seriÂus surat perintah (Sprint) dari BNN Pusat untuk meningkatÂkan kewaspadaan peredaran narkotika berbentuk permen yang kembali ramai belakanÂgan ini.
Kepala BNN Kabupaten BoÂgor, Nugraha Setia Budhi pun menunjukkan beberapa samÂpel permen yang diduga menÂgandung narkoba jenis sabu dan ganja dalam komposisi pembuatannya dan dikemas dalam bentuk permen lolipop berwarna-warni.
“Ini kami dapatkan saat angÂgota kami menemukan bocah SD memakan permen itu. Kami juga sedang mendalami asal datangnya permen itu. Untuk yang mengandung canabis atau ganja, itu kami dapatkan di Bogor. Tapi kalau yang menÂgandung sabu itu produksinya di Belanda,†ujar Budhi, Kamis (20/8/2015).
Budhi menambahkan, unÂtuk mendapatkan satu permen mengandung sabu atau ganja, cukup merogoh kocek sebesar Rp 1000 yang sangat terjangÂkau untuk anak-anak sekolah khususnya.
“Memang murah, kalau diÂtarik faktor ekonomi, memang tidak terlalu signifikan. Tapi efek bagi generasi muda kita yang bahaya,†tambahnya.
Ia beserta jajarannya pun masih terus menyelidiki pereÂdaran narkoba di Bumi Tegar Beriman. Tidak hanya untuk yang berjenis permen. Tapi juga narkoba yang dalam benÂtuk konvensional.
“Ya kami masih dalami di Bogor ini hanya tempat transit atau memang sudah jadi pangÂsa pasar,†ungkapnya.
Pria berkacamata ini memÂbeberkan telah melakukan sosÂialisasi tentang bahaya narkoba dengan target lingkungan posyÂandu serta di sekolah-sekolah jauh sebelum adanya sprint dari BNN Pusat tentang narkoÂba permen ini.
“Wah itu sih sudah sejak lama kami menyambangi posyÂandu dan sekolah. Jadi bukan hari ini saja. Tapi sejak lama juga sudah melakukan sosialÂisasi. Selain itu, kami juga akan menggelar razia secara terbuka dan tertutup,†lanjutnya.
Sementara untuk mengetaÂhui, ciri-ciri permen yang menÂgandung narkoba atau tidak, hanya bisa dilakukan dengan cara mencicipinya dan tidak akan terlihat dengan mata telanjang jika ada makanan yang yang mengandung zat adiktif.
“Bisa ketahuannya cuma bisa dengan dirasakan. Tapi ciri lainÂnya, biasanya anak yang terkena efek permen yang ada zat adiktifÂnya itu cenderung jadi pendiam. Dan sebaliknya, anak yang taÂdinya pendiam, jadi hiperaktif,†tukasnya.
Terakhir, Budhi meminta maÂsyarakat ikut membantu dalam mengawasi peredaran barang haram itu dan segera melaporÂkan jika anak tiba-tiba berubah drastis sikapnya setelah menÂgonsumsi makanan yang keliÂhatannya biasa.
“Yang saya khawatirkan itu, sekolah-sekolah yang masih membiarkan siswa-siswinya membeli jajanan diluar sekoÂlah. Siapa yang memantau coba mereka jajan sembaranÂgan. Makanya, ini bukan peÂkerjaan BNN saja, tapi semua elemen masyarakat juga bisa ikut membantu,†pungkasnya.
(Rishad Noviansyah)