JAKARTA, Today – Bank PemÂbangunan Asia (ADB) berenÂcana meningkatkan alokasi pinjamannya untuk Indonesia sebesar 3-4 kali lipat dalam dua tahun ke depan. Tahun ini, ADB menggelontorkan 1,5 milÂiar dolar Amerika Serikat (AS) untuk pemerintah.
Country Director ADB InÂdonesia, Steven Tabor mengaÂtakan pihaknya masih memÂbicarakan rencana itu a.l. mengukur kesiapan proyek-proyek yang akan dibiayai oleh dana dari lembaga mulÂtilateral tersebut. “Mudah-mudahan itu bisa terealisasi pada 2017-2018, untuk naik 3 – 3,5 miliar dolar AS, tetapi itu akan memakan waktu ya,†katanya di kantor ADB IndoÂnesia, Selasa (7/7/2015).
Tabor mengatakan pihakya ingin memastikan bahwa pinÂjaman itu digunakan dengan semaksimal mungkin dan memberikan efek yang sigÂnifikan terhadap reformasi struktural dan pertumbuhan Indonesia. Nantinya, lanjut Tabor, penambahan pinjaman itu akan diprioritaskan untuk peningkatan kualitas pendidiÂkan dan sosial.
Sementara itu, untuk tahun ini ADB menyepakati pinjaman untuk pemerintah senilai 1,5 miliar dolar AS. Nilai itu menÂingkat dua kali lipat dibandingÂkan dengan jumlah pinjaman tahun lalu yakni senilai 710 juta dolar AS.
Selain memberikan pinjaÂman untuk pemerintah, ADB juga menyalurkan pinjaman pada sektor swasta melaÂlui proyek-proyek tertentu. NaÂmun, Tabor tak menyebutkan detail nilai pinjaman yang diÂberikan pada swasta. “Mudah-mudahan ada pengumuman lebih lanjut pada November ini,†kata Tabor.
Sementara itu, dari nilai pinjaman 1,5 miliar dolar AS taÂhun ini Tabor mengungkapkan pemerintah dan ADB sudah menyepakati proyek-proyek yang akan menerima dana denÂgan nilai total 1 miliar dolar AS. Adapun, sisanya senilai 500 juta dolar AS tengah didiskusiÂkan.
Menurutnya, berdasarkan kebiasaan selama ini persetuÂjuan pinjaman total akan terÂcapai pada rentang kuartal III hingga kuartal IV. “Rentangnya antara Agustus-Desember, kita harus tunggugreenbookdari pemerintah,†kata Tabor.
Dari total pinjaman pemerÂintah itu alokasinya akan dibagi dua, yakni setengah untuk inÂfrastruktur sedangkan separuh lainnya untuk mendukung proÂgram reformasi pemerintah, terutama di bidang energi.
Adapun khusus untuk penÂdanaan proyek infrastruktur, Tabor menilai, penyaluranÂnya akan disesuaikan dengan tahapan pengerjaan tiap-tiap proyek. Pinjaman itu diumumÂkan langsung oleh Direktur ADB Takehiko Nakao dalam kunjungannya ke Indonesia pada tengah Januari tahun ini.
Tabor mengatakan pihaknÂya sangat ingin meningkatkan bantuannya untuk Indonesia. Terlebih, mengingat IndoneÂsia juga membutuhkan invesÂtasi dalam jumlah besar untuk merealisasikan proyek-proyek infrastruktur dan memajukan kemaritiman dalam negeri.
Dalam kunjungannya ke InÂdonesia pada akhir Mei tahun ini, Presiden Grup Bank DuÂnia Jim Yong Kim mengatakan saat ini defisit pembiayaan inÂfrastruktur di negara berkemÂbang, termasuk Indonesia, mencapai 1 – 1,5 triliun dolar AS setiap tahun.
Khusus untuk Indonesia, gap pendanaan infrastruktur diproyeksikan mencapai 600 miliar dolar AS dalam lima taÂhun ke depan. Untuk itulah diperlukan keterlibatan lembaÂga multilateral guna membantu mempersempit defisit itu.
Tabor menuturkan pihaknÂya juga menyambut baik keÂhadiran lembaga multilateral baru, khususnya Asian InfraÂstructure Investement Bank (AIIB) besutan China. “Kami menyambut rekan baru untuk bekerja sama,†ungkapnya.
(Adil | net)