Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan sangat mengapresiasi Walikota Bogor Bima Arya yang telah meluncurkan Sekolah Karakter. Hal tersebut disampaikannya saat konferensi pers usai kegiatan sosialisasi empat pilar MPR-RI dan seminar pembangunan karakter melalui pemahaman empat pilar kehidupan berbangsa dsn bernegara di Gedung Harmoni Yasmin, Bogor Barat, Senin (28/03/16).
Oleh : Abdul Kadir Basalamah
[email protected]
Semoga sekolah karakter ini menjadi pionir dan bisa diiÂkuti sekolah-sekolah yang ada di daerah lain. Oleh karena itu, saya mengaprÂesiasi Walikota Bogor Bima Arya,†kata Zulkifli.
Dengan adanya sekolah karakÂter ini, lanjutnya, maka diharapkan kedepan tidak akan terjadi lagi kaÂsus-kasus kenakalan remaja, dalam hal ini para pelajar, seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, hingga perilaku seks bebas.
“Kasus-kasus lainnya seperti pelÂecehan simbol-simbol negara bahÂkan kasus terorisme sekalipun tidak akan terjadi lagi dengan adanya penÂguatan karakter yang diawali dari lingkungan sekolah tersebut,†pungÂkas Zulkifli.
Zulkifli mengaku prihatin dan menyayangkan terjadinya pelecehan bahkan lelucon terhadap simbol-simÂbol negara, seperti yang dilakukan artis dangdut, Zaskia Gotik. “Simbol-simbol negara dilecehkan dan malah dijadikan lelucon. Atas kejadian ini tentunya kita menyesalkan dan priÂhatin,” tegas Zulkifli Hasan.
Menurut dia, persoalan itu terÂjadi tidak bisa dilepaskan dari buah reformasi yang terjadi di republik ini tahun 1998. Memang diakuinya, reformasi memberikan banyak keÂmajuan namun roh kebangsaan yang dibangun para pendiri bangsa mulai terkikis dari sanubari rakyat IndoneÂsia. “Kondisi seperti itu tidak bisa kita biarkan,” katanya.
Pada bagian lain, Zulkifli Hasan, yang juga Ketua Umum Partai AmÂanat Nasional (PAN) ini, mengingatÂkan kembali kalau Indonesia adalah negeri yang kaya raya dan tak ada duanya di dunia ini.
Tak hanya kekayaan alam, IndoÂnesia negara yang memiliki belasan ribu pulau, kaya aneka suku dan bahasa. Namun semuanya berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Perbedaan itu, bukan menjadi duri dalam daging namun menjadi alat pemersatu. Kita berbeda tapi tetap satu,” tanÂdasnya.(*)