PRINGATAN hari air sedunia yang jatuh pada tangga 22 maret 2016 dicetuskan pertama saat digelar United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi Bumi oleh PBB di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Keluarlah Resolusi Nomor 147/1993 yang menetapkan pelaksanaan peringatan Hari Air se-Dunia. Peringatan hari air sedunia bukti bahwa kita sudah cemas dengan keadaan air kita yang ada dibumi.
Oleh: BAHAGIA, SP., MSC. S3
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB,
Dosen Tetap Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Kita sudah membuat rencana bagaimana mengelola air denÂÂgan benar meski sampai kini kita beÂÂlum juga mau berubah. Kita maÂÂsih semerawut dalam mengelola air. Kebutuhan manusia akan air nampak terus mengalami peningkatan. Maklum manusia dan air tidak bisa dipisahkan. Kebutuhan pokok yang harus dipenuhi yaitu air. Kebutuhan air untuk berbagai aktivitas pun tak bisa dihindarkan. Rumah tangga sebagai pemakai tertingÂÂgi air sebab dari sanalah banyak aktivitas menggunakan air. Air diperuntukkan untuk mencuci baju, mencuci piring, memasak dan air juga untuk minum. Air juga dipergunakan untuk menÂÂcuci kendaraan dan menyiram tumbuhan didepan rumah.
Airpun banyak dipakai unÂÂtuk ritual agama sehingga tanpa air nampak sulit untuk beribaÂÂdah. Air itulah digunakan untuk keperluan bersuci. Apa jadinya jika suatu saat kita harus mengÂÂgunakan air yang kotor pula. Satu sisi warna air nampak jernih namun mengandung zat lain yang tergolong zat penceÂÂmar. Selama ini kajian air bersih untuk ritual bersuci hanya sebaÂÂtas kepada air bersih atau tidak. Atas dasar peruntukannya maka air sangat banyak dibutuhkan oleh tangga, industri, pertanian dan lain sebagainya.
Selain kebutuhan yang meÂÂningkat maka pencemaran air juga meningkat. Menurut BPS (2014) ada sekitar 1924 desa yang airnya tercemar akibat akÂÂtivitas rumah tangga, ada sekitar 3304 desa yang airnya tercemar karena industri dan ada sekiÂÂtar 3558 desa tercemar akibat sumber lain. Sumber air seperti sungai juga tercemar. Menurut KLH (2012) terhadap 411 titik pantau di 52 sungai strategis nasional di 33 provinsi, tercatat 75,25 persen titik pantau sungai memiliki status tercemar berat, 22,52 persen titik tercemar seÂÂdang dan 1,73 persen tercemar ringan. Yang memprihatinkan, hanya 0,49 air sungai yang masu kelas II (langsung bisa diÂÂminum). Satu sisi kebutuhan akan air itu terus meningkat.
Menurut BPS (2014) jumlah pelanggan air bersih meningÂÂkat, pada tahun 2010 jumlah pelanggan sebanyak 8,97 juta, meningkat menjadi 10,69 juta pelanggan pada tahun 2014 atau secara rata-rata tumbuh 4,48% per tahun. Pelanggan, kelomÂÂpok non niaga (rumah tangga, instansi pemerintah) yang palÂÂing banyak, Pada tahun 2010 jumlahnya sebanyak 8,24 juta pelanggan (91,86%). Pada taÂÂhun 2014 jumlahnya mengalami peningkatan menjadi 9,75 juta pelanggan dari seluruh pelangÂÂgan air bersih.
Selain rumah tangga, air juga banyak untuk pengairan sawah. Disana juga kita menceÂÂmari air tanah sebab kita masih menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama. Airlah yang terkena dampaknya. Kita juga menggunakan pupuk yang banyak terutama pupuk Urea maka besar kemungkinan air kita tercampur unsur hara N (NiÂÂtrogen). Unsur hara ini masuk kedalam air tanah dan kita miÂÂnum. Sebagian masuk ke sungai dan menumpuk menjadi bagian air sungai. Padahal aktivitas berÂÂtani tak mungkin bisa dihindarÂÂkan pada negeri agraris seperti negeri kita.
Dengan analisis tadi maka pencemaran air terus meninÂÂgkat. Air juga tercemar dari ternak kita, satu sisi kita ingin negeri terpenuhi daging naÂÂmun daging tak terpenuhi dan airnyapun tercemar. Limbah ternak jika tidak dikelola maka sangat berbahaya bagi mutu air. Selama ini kita tahu mutu air menurun karena banyaknya kandungan bakteri E-Coli maka daerah dengan peternakan beÂÂsar seperti Jawa Timur sangat rentan terhadap bahaya bakteri koli ini. Dalam bidang indusri, kita menggunakan air untuk berbagai keperluan dan memÂÂbuang limbahnya ke saluran sehingga masuklah bahan beraÂÂcun tadi ke air.
Misalkan limbah tekstil yang dibuang ke sungai. Dari rumah tangga kita juga menghasilkan beban pencemaran. Kita harus tahu berapa banyak deterjen yang kita buang setiap hari ke tanah dan masuk ke tanah seÂÂhingga tercampur menjadi air tanah maka kita sadar bahwa kita membuat air tidak semakin bersih. Deterjen berbahaya bagi kesehatan manusia karena terÂÂgolong sebagai limbah B3. DenÂÂgan limbah ini menyebabkan pencemaran hebat pada lingÂÂkungan hidup. Kita juga mengÂÂhasilkan sampah yang banyak. zat-zat sampah itu juga menceÂÂmari lingkungan.