BOGOR, TODAYÂ – Musim kemarau maÂsih akan terus berlangsung setidaknya hingga dua bulan kedepan. Tak kurang dari 18 Kecamatan di Kabupaten Bogor mengalami krisis air bersih.
Bahkan warga melarang petani menggunakan air dari sungai untuk mengairi sawah karena air akan diguÂnakan kebutuhan MCK.
Kekeringan dan krisis air bersih melanda di wilayah barat, diantaranya Kecamatan Jasinga, Ciseeng, RancabunÂgur, Kemang, Cigudeg, Ciampea, Tenjo dan Rumpin. Sementara di wilayah timur meliputi Kecamatan Jonggol, Cariu, Sukamakmur, Tanjungsari, Cileungsi dan Gunung Putri.
“Wilayah pusat pemerintahan juga kekurangan air bersih. Seperti KecaÂmatan Babakanmadang, Sukaraja, Citeureup dan Cibinong,†ujar Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten BoÂgor, Budi Aksomo, Jumat (24/7/2015).
Budi mengungkapkan jika terus meÂmasok air bersih kesejumlah wilayah dengan tangki milik BPBD, PDAM Tirta Kahuripan dan RS PMI Kabupaten BoÂgor dengan rata-rata pasokan 3.000 hingga 5.000 liter air bersih untuk seÂtiap kecamatan.
“Untuk stok air kita masih aman. Kendala hanya ada di keterbatasan arÂmada. Jadi kami minta masyarakat berÂsabar untuk dipasok air bersih. Pasti akan kami bantu. Tapi sabar dulu. PMI juga juga sudah mulai nih aktif memÂbantu kami,†lanjut Budi.
Berlangsung Dua Bulan Kedepan
Sementara itu, informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Drama, Bogor, kemarau dipreÂdiksi akan berlangsung hingga bulan September mendatang karena berdasar pantauan citra satelit cuaca, tidak ada kumpulan awan yang berpotensi hujan di wilayah Bogor.
“Dari pantauan citra satelit cuaca, tiÂdak ada kumpulan awan yang berpotenÂsi hujan di sebagian besar wilayah Jawa Barat dan wilayah Bogor khusunya. Ini juga sudah masuk kategoti warning kekeringan,†ujar Kepala Stasiun BMKG Dramaga, Dedi Sucahyono.
Ia mengatakan, status warning kekerÂingan ini disematkan jika suatu wilayah tidak diguyur hujan lebih dari 30 hari.
“Sekarang sudah sangat banyak wilayah yang kekeringan dan tandus karena tidak ada hujan sejak awal Juni lalu,†lanjutnya.
Wilayah yang telah masuk kategori warning kekeringan untuk Jawa Barat, kata Dedi, adalah Bogor (Katulampa, Dramaga, Ciriung, Cariu, CisasungÂka), Bekasi, Karawang (Batu Jaya, TeÂluk Buyung), Subang, Sumedang, CiÂrebon, Sukabumi dan Cianjur.
Sedangkan daerah di Jawa Barat yang tidak pernah diguyur hujan lebih dari 31 hingga 60 hari, adalah Indamayu (Losareng), Cirebon (Cangkring, TukÂmudal, Setu Patok Selatan, Dindang Laut, Sedang, Seseupan), dan MajalengÂka mencakup daerah Sadawangi, Sunia.
“Disana merupakan wilayah tersebut daerah persawahan yang menjadi lumÂbung beras Jawa Barat,” kata dia.
Panjangnya musim kemarau ini, kanjut Dedi karena semakin aktifnya badai El Nino di Samudera Pasifik baÂgian tengah hingga mengakibatkan keÂmarau tahun 2015 ini datang lebih awal ketimbang tahun sebelumnya.
Gagal Panen Semakin Luas
Selain masyarakat yang terkena damÂpak kekeringan, sektor pertanian pun harus mengalami kegetiran yang sama. Terlebih, air dari beberapa sungai yang biasa digunakan untuk irigasi kini tak boleh lagi digunakan untuk mengairi sawah. Karena akan digunakan untuk kebutuhan MCK warga.
“Kan sebelumnya sudah 20 hektar yang gagal panen. Sekarang sudah berÂtambah jadi 50 hektar. Atuh gimana, selama ramadan kemarin sama sekali tidak ada hujan. Kami sudah menguÂpayakan pompa untuk menyedot air sungai. Tapi Debit airnya sudah meniÂpis dan sudah dilarang juga oleh warga sekitar,†ujar Kabid Tanaman Pangan Distanhut, Prasetiowati.
Sungai itu, menurut Wati adalah sunÂgai Cibeet yang biasa mengairi sejumÂlah areal sawah di Kecamtan Jonggol. “Sama sekali sudah tidak bisa dipakai. Ada pompa dari pusat, pemprov dan pemda juga percuma. Karena sumberÂnya sudah tidak ada,†lanjut Wati.
Menanggapi prakiraan cuaca yang terus seperti ini hingga September menÂdatang, Wati mengungkapkan, jika tanaÂman padi bisa diganti dengan palawija.
“Tapi itukan baru prediksi yah. MuÂdah-mudahan sebelum September ada hujan dan petani bisa menanam padi kembali,†lanjutnya.
Sementara untuk meringankan petÂani yang sawahnya mengalami gagal panen, Wati mengatakan jika Pemkab Bogor belum memikirkannya hingga keÂsana. Ia menjelaskan jika bantuan semaÂcam itu biasanya datang dari pemerinÂtah pusat.
“Ini kan bukan cuma di Bogor saja. Tapi hampir seluruh Indonesia jga menÂgalami hal yang sama. Biasanya, kalau dulu itu ada bantuan benih dari pemerÂintah pusat untuk mengganti benih yang dibeli sama petani. Itu saja sih,†pungkasnya.
Sebelumnya, Distanhut Kabupaten Bogor mengungkapkan sedang fokus untuk menyelamatkan area sawah lain yang juga terancam keker¬ingan di KeÂcamatan Jonggol, Cariu dan Tanjungsari.
Karena 3.320 hektare sawah di tiga kecamatan itu terancam puso karena sumber air dari sungai CibÂeet, Cihole dan Cipa¬mingkis kian menipis.
(Rishad Noviansyah)