WASHINGTON TODAYÂ – Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengaku frustrasi menghadapi IsÂrael yang menurutnya tidak ingin berdamai dengan Palestina. Israel, kata dia, mengarah kepada keadaan yang jauh dari solusi perdamaian.
Berbicara di hadapan kelomÂpok pelobi untuk perdamaian IsÂrael-Palestina, J Street, pada Senin (18/4/2016), Biden mengatakan AS punya kewajiban untuk mencipÂtakan perdamaian antara Israel-PalÂestina di bawah solusi dua negara. Namun yang terjadi sebaliknya, IsÂrael mulai menerapkan kebijakan “satu negara†dan ini menurut dia berbahaya. “Kami punya kewajiban yang memberatkan, meskipun terkadang kami frustrasi dengan pemerintah Israel, untuk mendoÂrong mereka dalam mewujudkan satu-satunya solusi, solusi dua-negÂara, sementara di waktu yang sama menjadi penjamin mutlak atas keÂamanan mereka,†kata Biden.
Solusi dua-negara dianggap seÂbagai satu-satunya cara mewujudÂkan perdamaian antara Israel dan Palestina. Di bawah solusi ini, PalÂestina akan mendapatkan wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, daerah yang dikuasai Israel setelah perang tahun 1967. Sementara Israel akan mendapatkan wilayah permukiman yang mereka bangun berdasarkan kesepakatan pertukaran lahan denÂgan Palestina.
Biden dalam kesempatan itu memaparkan pertemuannya denÂgan Perdana Menteri Israel BenjaÂmin Netanyahu dan Presiden PalÂestina Mahmoud Abbas. Menurut Biden, kedua pemimpin itu seperti tidak ingin berdamai, membuat AS sangsi kesungguhan hati keduanya. “Ada saat di mana saya mengangÂgap tidak ada sama sekali keinginan politik di antara Palestina dan Israel untuk maju menuju perundingan yang serius. Rasa saling percaya yang diperlukan untuk perdamaian retak di kedua kubu,†kata Biden.
Biden mengatakan baik PalesÂtina dan Israel harus menghentikan kekerasan dan tindakan yang meruÂsak negosiasi. Di kubu Palestina, kata Biden, tindakan Abbas yang beruÂpaya menyeret Israel ke mahkamah kriminal internasional atas tuduhan kejahatan kemanusiaan hanya meruÂsak jalan menuju perdamaian.
Sementara di sisi Israel, NetanÂyahu yang terus memperluas pemÂbangunan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Palestina hanÂya membuat Israel berjalan di lajur yang salah.
(Yuska Apitya/net)