JAKARTA, TODAY — PT Aneka Tambang (PerÂsero) Tbk atau Antam mengalami pelemahan kinerja yang drastis pada sembilan bulan perÂtama tahun ini. Rugi bersih Antam berlipat hingga mencapai Rp1,04 triliun dari periode yang sama 2014 sebesar Rp590,37 miliar kareÂna bengkaknya biaya produksi.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip Senin (30/11/2015), penjualan AnÂtam pada 9 bulan pertama 2015 sebenarnya meningkat 55,59 persen menjadi Rp9,04 triliun, dari Rp5,81 triliun pada periode yang sama 2014.
Sayangnya, beban pokok penjualan perseÂroan juga ikut menanjak 62,47 persen menjadi Rp8,62 triliun, dari Rp5,3 triliun. Jika ditilik, lonjakan beban pokok dikontribusi oleh meroÂketnya biaya produksi pembelian logam mulia hingga 199,24 persen menjadi Rp5,24 triliun dari Rp1,75 triliun.
Akibat menanjaknya beban pokok penjualan tersebut, laba kotor Antam langsung melorot menjadi Rp422,67 miliar, dari Rp505,82 miliar. Kendati beban usaha Antam menurun jadi Rp622,60 miliar dari Rp660,59 miliar, perseroan mengalami peningkatan rugi usaha mencapai Rp199,92 miliar, dari Rp154,77 miliar.
Namun, derita kinerja Antam tak sampai di situ saja. Beban lain-lain perÂseroan melompat 95,63 persen menjadi Rp1,04 triliun dari Rp532 miliar. Alhasil, rugi sebelum pajak penghasilan AnÂtam meningkat jadi Rp1,24 triliun dari Rp686,77 miliar. Di sisi lain, manajemen mengumumkan, dalam 10 bulan pertama tahun 2015 capaian efisiensi Antam telah melebihi dari target tahun 2015. Capaian efisiensi tercatat sebesar Rp51,01 miliar atau telah melebihi dari target efisiensi tahun 2015 sebesar Rp39,26 miliar.
Direktur Keuangan Antam, Dimas Wikan Pramudhito mengatakan, penÂingkatan inovasi untuk efisiensi biaya merupakan langkah konkret untuk mendukung ketahanan keuangan peÂrusahaan dan memitigasi dampak dari kondisi eksternal yang berada di luar kendali perusahaan. “Inovasi-inovasi ini akan terus dilakukan dalam mencapai cost competency untuk meningkatkan daya saing dalam menyikapi kondisi pasÂar dan industri saat ini,†ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (30/11/2015).
Ia mengklaim, penerapan program penghematan biaya yang dilakukan oleh Antam tercermin pada terkendalinya biÂaya tunai. Menurutnya, dalam 10 bulan pertama 2015, realisasi biaya tunai ferÂonikel lebih efisien dari pada target biÂaya tunai sebesar 4,16 persen. “Begitu pula pada capaian biaya tunai komodiÂtas lainnya, yaitu biaya tunai emas lebih efisien 19,14 persen, biaya tunai pemurÂnian logam mulia lebih efisien 15,14 persen, biaya tunai bauksit lebih efisien 6,18 persen dan biaya tunai bijih nikel lebih efisien 4,69 persen dari nilai biaya tunai yang direncanakan,†katanya.
Dimas menjelaskan, Antam melakuÂkan program penghematan biaya meÂlalui efisiensi penggunaan & skema pengadaan bahan bakar di antaranya penghematan bahan bakar di Buli & TayÂan, pengadaan bahan bakar dengan skeÂma VHS (Vendor Held Stock) di Pomalaa.
Selain itu juga pengurangan biaya bahan pembantu proses pabrik ferÂonikel dan tambang emas Pongkor, ditÂambah pemanfaatan kembali material sisa proses industri pada operasi pemurÂnian logam mulia, renegoisasi nilai konÂtrak pengadaan barang dan jasa perusaÂhaan, serta penurunan bunga pinjaman dari perbankan.
(Yuska Apitya/net)