MENJADI seorang ibu dan menjalankan bisnis tidak mudah, salah satu dari kedua tanggungjawab itu tentu harus ada yang diprioritaskan. Hal ini tentu dirasakan oleh Dina Gunawan, ibu dua anak (Carolinedan Alexandra) ini menjalani kesehariannya antara mengurus anak dan menjalankan bisnis keluarga. Namun, ia sadar betul jika keluarganyayang harus di prioritaskan lebih dulu kerimbang bisnis bengkel besar warisan ayahnya.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Pembawaanya yang luwes dan tidak menjadikanÂnya sebuah bebas memÂbuat kedua komponen itu terasa dinamis saat dijalani setiap hari. “Yang jelas saya pasti ngurusin keluarga dulu sebelum pergi kerja, biasalah ibu-ibu nganÂterin anak-anak sekolah dulu, lalu ke bengkel kemudian siang harinya saya jemput anak-anak, terus lanjut kerja lagi,†urai waniÂta kelahiran 7 Desember 1969 ini.
Kendati begitu, walau kedua buah hatinya adalah tanggungÂjawabnya, ia juga tidak mau meÂlalaikan amanat keluarga untuk mengurus bengkel Rama Motor Jaya Teknik (depan Seoklah TuÂnas Harapan). Sejak almarhum ayahnya (Singgih Gunawan) meÂninggal, wanita yang hobi potoÂgrafi ini diemban untuk mengeÂlola bengkel besar itu.
“Pas papa meninggal saya teÂpatnya tahun 1994 baru lulus kuÂliah, kakak-kakak saya semua suÂdah mandiri dan punya pekerjaan masing-masing, saya sendiri beÂlum pernah bekerja dimanapun, jadi sayalah yang harus mengurus bengkel ini,†tutur wanita lulusan Amerika Serikat ini.
Dina sendiri bukanlah pribadi yang gemar otak atik otomotif, alÂhasil pada saat terjun langsung ke bengkel ia tidak paham apapun. Namun karena keinginan dan niat belajarnya yang tinggi, kini istri Effendy Liebrataini sudah hatam dengan duÂnia otomotif.
“Mu n g k i n sudah suratan takdir yah, dulu waktu kecil papa saya sering beÂlikan mainan mobil-mobilan, padahalkan saya anak perempuan, harusnya boneka, ternyata sekarang saya berkecimÂpung disini,†kata dia.
Baginya, blusukan ke bengkel miliknya ini memiliki nilai lebih, karena ia dengan sendirinya meÂmahami dunia otomotif, meski ia adalah sarjana didikan salahsatu universitas Amerika, Dina tidak gengsi untuk menyeburkan diri ke bisnis yang umumnya dilakoni oleh kaum Adam.
“Bagi saya, apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai, jadi berbuatlah yang benar dan jangan setengah-setengah,†tuÂtup Dina.