VAN_9025RASANYA tak lengkap jika berkunjung ke Kota Bogor belum makan asinan Gedung Dalam. Siapapun juga sudah tahu asinan ini, eksistensinya yang lumayan cukup lama dan diwarisi turun temurun menjadikannya salah sati icon Kota Bogor. Pasalnya, nyaris semua orang yang datang ke sini biasanya berusaha menyempatkan menyantap asinan. Atau, setidaknya membeli untuk oleh-oleh alias buah tangan.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Dari sekian puluh penjual asinan yang tersebar di kota Bogor, ada sejumlah penjual asinan yang paling dikenal masyarakat. Salah satunya adalah Asinan Sedap Gedung Dalam.

Asinan ini dikenal sebagai salah satu yang tertua dan rasanya banyak dipuji penggemarnya. Seperti di­ungkapkan oleh generasi ke-dua Tju Fu Fong (Alm), wanita yang bernama Cu Moi Cen atau akrab disapa Monica. Ayah kandung dan keluarganya sudah sejak 10 November 1978 berjualan asinan di Jalan Siliwangi No­mor 27 C, Bogor.

“Awalnya lebih lama lagi, jauh sebelum tahun 1978, sejak ayah saya, ayah saya hanya berjualan pepaya dan jeruk, mulai berjualan asinan di emper toko di Jalan Suryakencana. Setelah itu, ayah saya bisa sewa kios di kawasan Gedung Dalam. Akhirnya, punya tempat send­iri, di Jalan Siliwangi ini,” tutur wanita kelahiran Bogor, 24 Juni 1960 ini.

BACA JUGA :  Pemkab Bogor Terima Kunjungan Spesifik Komisi II DPR RI Bahan Program PTSL Bagi Masyarakat

Usaha ini mampu berkembang, menurut Monica, lantaran racikan menu asinan yang dijualnya sekarang tak berbeda dengan saat ayahnya masih hidup. Kala ayahnya masih hidup saja, pelanggan asinan mereka su­dah berdatangan dari Jakarta dan Bandung.

Kesenangan hati Monica saat menjalankan bisnis asinannya, diiringi semangat kerja keras ia dan segenap saudara kandungnya, boleh jadi adalah salah satu kun­ci yang memuluskan usaha ini menjelma menjadi satu yang terkemuka di Bogor.

“Saya memang sangat senang berusaha asinan ini. Sebab, memang sejak kecil saya sudah terlibat dengan usaha papa yang jualan buah,” ujar Monica dengan ber­semangat, sambil terus melayani pembeli yang men­galir.

BACA JUGA :  Kebakaran Hanguskan Minibus di Jalan Pantura Demak, Pengemudi Tewas

Tantangan yang biasanya datang lebih kepada men­gupayakan ketersediaan beberapa buah dan sayur yang kehadirannya bergantung musim. “Seperti buah men­teng atau kemang, agak sulit menyediakannya. Bergan­tung musimnya. Jadi, kami harus cari sendiri,” tambah anak keempat dari enam bersaudara ini.

Berkat kerja-keras dalam menjalankan bisnis ini, asinan legendaris ini bukan hanya bisa ditemui di Bogor, tapi juga di Jakarta, tepatnya di Jalan Mangga Besar Raya No. 47 L-M. Satu lagi, di Jalan Pajajaran No. 1, Bogor. Beruntung, ibunda Monica, yaitu Lim Njuk Pin, masih bisa menyaksikan perkembangan mengesankan bisnis keluarga mereka itu pada usia senjanya, 80 tahun.

“Sebab, ini memang bisnis keluarga. Apa­lagi, asinan kami sudah disukai masyarakat. Lagipula buat kami, meneruskan amanat ayah saya itu berkah, dan semakin me­limpah,” ujar Monica menjelaskan ala­san ia dan saudara-saudaranya terus mengembangkan usaha ini.

============================================================
============================================================
============================================================