JAKARTA, TODAY —  Ini memang ironi. TiÂdak memiliki banyak tambang minyak, biaya hidupnya sangat mahal, tetapi Singapura menÂjadi salah satu negara yang bisa menjual baÂhan bakar minyak (BBM) mulai dari bensin hingga avtur paling murah di dunia. Berbanding terbalik dengan IndoÂnesia, biaya hidupnya relatif murah, rakyatnya banyak yang miskin, memiliki banyak tambang minyak, tetapi harga BBM termasuk avtur tergolong paling mahal di dunia.
Seperti diketahui, harga avtur di BanÂdara Changi, Singapura sekitar 178 sen/galon atau Rp 6.583/liter. Harga ini palÂing murah di banding bandara-bandara lainnya di dunia, termasuk di Riyadh, Arab Saudi sekitar 200 sen/galon atau Rp 7.397/liter. Mengapa negara dengan luas wilayah sekecil itu bisa jual murah avtur?
Faktanya, Bandara Changi merupakÂan bandara tersibuk ke-6 di dunia. Dengan jumlah konsumsi avtur mencapai 23.000 kilo liter (KL) per hari, bandingkan dengan Soekarno-Hatta (Soetta) yang konsumsi avturnya hanya 3.000 KL per hari.
Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang menÂgatakan, salah satu yang membuat Singapura bisa jual murah avtur karena mereka memiliki kilang yang modern dengan kapasitas yang juga sangat beÂsar. “Kilang mereka canggih dan modÂern,†kata Bambang kepada detikFiÂnance, Senin (14/9/2015).
Kilang yang modern dan canggih milik Singapura, dapat mengolah jenis minyak sour crude yang memiliki sulfur yang tinggi, tapi harganya murah. SeÂmentara, kilang Pertamina (Indonesia) usianya tua sehingga hanya mampu olah jenis minyak sweet crude yang sulÂfurnya rendah tapi harganya mahal.
Terakhir kali kilang yang dibangun Indonesia adalah Kilang Balongan, ituÂpun 21 tahun yang lalu. Selain itu, kapaÂsitas kilang di Singapura juga hampir sama dengan Indonesia.
Berdasarkan data Pertamina, pada 2014 kapasitas terpasang kilang Singapura mencapai 1,382 juta barel per hari sedangkan Indonesia 1,043 juta barel per hari.
Dari jumlah tersebut, kilang Singapura mampu memproduksi BBM dan turunanÂnya mencapai 1,1 juta barel per hari, sedanÂgkan Indonesia hanya 850 barel per hari.
Tapi, dengan jumlah produksi 1,1 juta barel per hari, kebutuhan minyak dalam negeri Singapura hanya 148 barel per hari. Artinya Singapura kelebihan 865% dari produksi BBM.
Sementara Indonesia, produksi BBM di kilang hanya 850.000 barel tapi kebutuhan BBM nasional mencapai 1,578 juta barel per hari.
Faktor lain mengapa harga BBM terÂmasuk avtur di Singapura lebih murah, karena pemerintahnya membebaskan pajak dan pungutan (PNBP). “Di Indonesia avtur dikenakan berbagai pajak dan punÂgutan, dan fee dari pengelola bandara, makanya harganya lebih tinggi lagi dibandÂingkan di Singapura,†ujar Bambang.
Faktor lain, luas wilayah yang tidak terlalu jauh dengan bandara. Makin dekat fasilitas kilang ke bandara memÂbuat biaya transportasi avtur menjadi lebih murah. “Di Indonesia? sangat luas, kita tidak hanya bicara Soetta, tapi banÂdara di pelosok-pelosok daerah yang haÂrus dipasok oleh Pertamina, dan itu tenÂtu tidak mudah dan murah. Pertamina harus hadir untuk menggenjor ekonomi di daerah walau sebenarnya rugi jualan di sana (bandara kecil),†tutup Bambang.
Jangan Hanya Cari Untung
Harga avtur dari PT Pertamina lebih mahal 20% dibanding harga internasionÂal. Namun, Pertamina beralasan, tingginÂya harga avtur karena faktor kilang tua dan pajak, juga margin (keutungan) yang didapat digunakan untuk menutupi keruÂgian penjualan avtur di bandara-bandara kecil di pelosok daerah.
Namun menurut Menteri PerÂhubungan (Menhub) Ignasius Jonan, hal tersebut tidaklah tepat. Karena sebagai BUMN, jangan selalu mengutamakan mencari keuntungan, melainkan berÂperan sebagai motor pembangunan di berbagai daerah.
“Karena BUMN itu tidak semata-mata ditujukan hanya untuk mencari keuntungan, tapi juga sebagai pemÂbangunan dong, begitu,†ujar Jonan ditemui usai menghadiri rapat di Kantor Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (14/9/2015).
(Alfian M)