Untitled-17MANILA, TODAY — Ini mungkin terdengar seperti kisah tragis di film layar lebar, namun memang terjadi. Sebanyak 10 awak kapal Tongkang Anand 12 yang berke­warganegaraan Indonesia (WNI) disandera kelompok Abu Sayyaf saat melintas di perairan Filipina. Para penyandera meminta tebusan 50 juta peso Filipina atau seki­tar Rp 15 miliar. Hingga kini, baik Ke­menterian Luar Negeri (Kemenlu), TNI, Polri dan Istana Kepresidenan, masih enggan negosiasi.

Informasi yang diperoleh detikcom, kapal itu diserang kemudian awak kapal dan muatan dibawa. Diduga ke-10 awak kapal dibawa ke Pulau Basilan atau Sulu dengan boat milik kelompok Abu Sayyaf.

Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Lestari Priansari Marsudi mengaku akan berusaha membebaskan para WNI yang menjadi sandera. Keselamatan para sandera itu akan diprioritaskan. “Sekali lagi prioritas kami adalah kesela­matan 10 WNI yang masih disandera,” kata Retno Marsudi dalam konferensi pers di kantornya, Pejambon, Jakarta, Selasa (29/3/2016).

Retno belum mengetahui kapan persisnya kapal tug boat Brahma 12 dan kapal tongkang anand 12 dibajak. Lapo­ran masuk pada 26 Maret ada informasi penyerangan dan penyanderaan. Tug Boat Brahma 12 sudah dilepaskan dan diamankan kepolisian Filipina.

Namun 10 awak kapal dibawa dan disandera. Belum diketahui di mana po­sisi awak kapal itu. “Dalam komunikasi melalui telepon kepada perusahaan pe­milik kapal, pembajak menyampaikan tuntutan sejumlah uang tebusan. Sejak tanggal 26 Maret, pihak pembajak su­dah 2 kali menghubungi pemilik kapal,” ujar Retno.

Sementara itu, Deputi Komandan Satuan Tugas Zambasulta (Zamboanga-Basilan-Sulu-Tawi-tawi) Mayjen Demy Tejares mengutip laporan kelompok intelijen militer Filipina di Mindanao Barat menyebut bahwa pria bersenjata yang menyandera 10 WNI itu diketahui Nickson dan Brown Muktadil bersauda­ra. Keduanya berada dalam kelompok Alhabsy Misaya di bawah Abu Sayyaf, demikian dilansir media Filipina, In­quirer, Selasa (29/3/2016).

Para ABK dari Brahman 12 itu, se­dang berlayar dekat Pulau Tambulian, saat pria bersenjata memaksa agar na­khoda melabuhkan kapalnya. Namun masih ada perdebatan di kalangan mi­liter mengenai waktu pembajakan itu.

BACA JUGA :  Baliho di Jalan Raya Sawangan Depok Roboh Diterjang Hujan Deras, Timpa Innova

Tejares mengatakan pembajakan terjadi Senin (28/3) malam, sementara sumber militer Inquirer lainnya men­gatakan pembajakan itu terjadi Sabtu (26/3) sore.

Menanggapi hal ini, TNI pun sudah bersiaga menyiapkan personel untuk membantu membebaskan sandera, termasuk dari pasukan khusus. “Kalau kami persiapan personel. Disiapkan saja. Setiap waktu diminta kami sudah siap,” ungkap Kapen Kopassus Let­kol Inf Joko Tri Hadimantoyo, Selasa (29/3/2016).

Beberapa kabar beredar bahwa pi­hak TNI tengah menyiapkan tim khusus untuk pembebasan sandera. Namun dari Kopassus sendiri mengaku belum ada perintah untuk melakukan operasi. “Itu kan kewenangan pemerintah. Ka­lau Danjen, kami memang disuruh siap. Kalau ada peristiwa seperti itu, me­mang biasanya sudah ditunjuk orang-orangnya. Kami bersiap,” kata Joko.

Bukan hanya dari pasukan Kopassus saja, pihak TNI AL pun juga mengaku siap jika diminta untuk terjun. Pemer­intah juga telah berkoordinasi dengan pihak Polri dan TNI untuk membantu agar proses pembebasan penyander­aan bisa dilakukan. “Sementara kami menunggu jalur diplomatik dulu. Tapi yang jelas TNI, khususnya TNI AL, kalau diminta bantu kami sudah siap. Kami ada masalah atau tidak TNI AL selalu menggelar patroli di wilyah yuridiksi,” jelas Kadispenal Kolonel Edi Sucipto saat dihubungi terpisah.

TNI AL masih menunggu perintah dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nur­mantyo. Termasuk apakah Denjaka yang akan diturunkan jika memang diperlukan. “Itu kita serahkan kepada ahlinya, biar Panglima TNI yang me­nentukan, karena beliau yang memiliki otoritas. Yang pasti beliau nggak akan salah pilih,” ujar Edi. “Tapi yang jelas, ada atau tidak ada peristiwa kami selalu melakukan operasi dalam rangka pen­egakkan kedaulatan. Kami selalu siap,” lanjut mantan prajurit Denjaka ini.

Sementara itu untuk satuan khusus TNI AU, Paskhas siap menerjunkan pa­sukan elitenya, Den Bravo. Beberapa nama prajurit andal pun sudah siap bergerak. “Sudah pasti Bravo yang di­siapkan. Itu sudah pasti, tapi nama-na­ma enggak bisa disebutkan. Yang kami siapkan untuk bergerak adalah orang-orang yang siaga setiap saat apabila ada pemanggilan tugas,” terang Kapen Paskhas Letkol Sus Rifaid dalam perbin­cangan.

BACA JUGA :  Wajib Cobain Ini! Resep Sambal Teri Cabe Hijau yang Mantul

Rifaid menyebut, sudah tugas TNI untuk selalu siaga. Hanya saja hingga saat ini, Paskhas baru diperintahkan untuk siaga dan akan bergerak kapan pun diminta. “Kalau kita siap, kapan waktu dibutuhkan prajurit kami siap 24 jam. Siap digerakkan. Ketika kehadiran kami dibutuhkan, bagaimanapun itu kita siap,” tuturnya. “Sampai saat ini perintah tetap ada, baru dalam bentuk siaga. Kalau dibutuhkan, tidak ada kata tidak siap,” pungkas Rifaid.

Ketua Komisi I DPR Mahfud Siddiq, menyarankan agar pemerintah Jokowi­0JK memilih jalan lain yaitu dengan berkoordinasi dengan otoritas Filipina. Selanjutnya, bantuan diberikan lewat Filipina. “Pihak Indonesia bisa mem­bantu otoritas Filipina untuk selesaikan masalah tersebut,” ungkap politikus PKS ini.

Seskab Pramono Anung menyebut kelompok ini bukanlah teroris, melain­kan perampok. “Kami belum tahu apak­ah itu betul kelompok itu (yang melaku­kan). Makanya kita menyebut lebih baik ya memang ini adalah perampok. Karena memang mereka merampok, menahan dan sekarang ini orang yang ditahan digunakan untuk bernegosiasi supaya ditebus,” kata Pramono di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (29/3/2016). “Mudah-mudahan penyan­deraan sekaligus permintaan tebusan itu segera akan terungkap. Tapi yang jelas bahwa pemerintah dalam hal ini, atau negara tidak boleh takut terhadap perampok. Artinya kita akan hadapi itu,” ujar Pramono.

Presiden Jokowi pun, kata Pramo­no, sudah memerintahkan kepada Men­lu, TNI dan Polri untuk berkoordinasi. Dalam hal ini Menlu ditunjuk sebagai pimpinan sektor karena menyangkut hubungan dengan negara lain, Filipi­na. “Nah, tentunya Polri dan TNI akan melakukan langkah-langkah yang telah diberikan arahan untuk menyelesaikan ini. Nah mengenai di lapangannya si­lakan tanyakan kepada Polri dan TNI,” kata dia. “Apapun telah dilakukan. Per­ampokan, penyanderaan, minta tebu­san, ya kita lawan,” tegas Pramono.

(Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================