BUNG Karno pernah berkata, “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu pemuda dapat mengubah dunia.†Kebangkitan bangsa bergantung pada kebangkitan pemuda. Bahkan dalam sejarah, kebangkitan bangsa ditandai dengan kebangkitan dunia pendidikan.
Oleh: RIFKY SETIADI
[email protected]
Ada perkataan lain dari Bung Karno, Presiden Republik Indonesia yang pertama: “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.†KaliÂmat-kalimat itu, memperlihatkan bahwa keberadaan pemuda sangatlah penting. Hal itu dicontohkan dengan satu pemuda dapat mengubah dan mengguncangkan dunia. Lalu, apa jadinya ketika keberadaan remaja tersebut dinilai penting tetapi mereka tidak memiliki rasa nasionalisme, apa yang akan terjadi?
Berbagai peristiwa yang terjadi ini mengindikasikan mulai lunturnya jati diri di kalangan pelajar dan pemuda yang berimbas terhadap penurunan semangat nasionalisme. “Pengaruh budaya luar cepat banget masuknya, sehingga pelajar kita banyak terpengaruh dan muÂlai luntur rasa nasionÂalismenya. MerÂeka kurang p e n g e tahuan tentang Indonesia. Di sekolah juga hanya sekedar formalitas pelajaran, tetapi tidak ada penjiwaan mengenai Indonesia,†ungkap Klara Natasya, siswi SMA Kesatuan Bogor. Pelajar kelahiran Jakarta, 11 Juli 1999 ini juga mengungkapkan, seharusnya muÂlai ditanamkan lebih dalam pembelajaran cinta Indonesia mulai dari hal kecil, sepÂerti hafal Pancasila, kebiasaan upacara dan mengenal sejarah serta perjuangan bangsa lebih serius lagi. “Pelajar saat ini harusnya berjuang mencari ilmu untuk membangun bangsa,†ujar putri cantik dari Sukamto dan Larasati ini.
Tentu saja, jika pada jaman pergerÂakan kemerdekaan semangat nasionalÂisme diperlukan dan dibangkitkan oleh seluruh rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan, kini di era globalisasi semanÂgat nasionalisme diperÂlukan untuk membanÂgun bangsa menuju bangsa yang beradab, bermartabat dan bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan identitas kebangsaannya. Oleh karena itu, pendidiÂkan dituntut untuk mengambil peran dalam mengantisiÂpasi semua kegiatan yang mulai melunÂturkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda dan pelajar.
Ada kaitan yang erat antara pendidikan denÂgan kebangkitan suatu bangsa. Tumbuhnya keÂsadaran baru atau perubahan-perubahan di suatu negara dipastikan dipÂelopori oleh kaum muda terpelajar. Jatuhnya rezim orde baru dan kebangkitan era reforÂmasi di Indonesia dimotori oleh kaum muda terpelajar. Hal ini menunjukkan betapa beÂsar kontribusi pendidikan terhadap kebangÂkitan dan kemajuan suatu bangsa. “Peran pelajar saat ini untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan berjuang mendapatkan ilmu dan pengetahuan, lebih disiplin, paham pada peraturan, bermoral, jangan melakuan tawuran,†tambah Safina Virginia, siswi keÂlas XI IPS 1 di SMA Kesatuan Bogor. “Penting juga untuk ditanamkan, kita harus bangga pada budaya sendiri,†ujar anak dari Hendri Ariseno dan Silvia Sherly, kelahiran Bogor 31 Agustus 1999 ini.
Pada saat ini kita merasakan bahwa pendidikan hanya mampu menghasilkan dan menampilkan banyak orang pandai tetapi bermasalah dengan hati nuraninya. Oleh karena itu pengembangan jati diri atau karakter individu harus dibanÂgun, dibentuk, ditempa, dikembangÂkan dan dimantapkan melalui kebiasaan-keÂbiasaan yang baik sehingga muncul “hasrat untuk berubah†dalam diri siswa. Kebiasaan-kebiasaan yang baik ini telah ditanamkan dan diintegrasikan oleh para pendidik dalam semua mata pelajaran terutama dalam mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Namun yang paling pentÂing dalam hal ini adalah pembiasaan yang haÂrus dilakukan oleh pendidik dalam kehiduÂpan sehari-hari di lingkungan sekolah.
“Menurut aku, pendidikan karaker bagi bangsa yang kehilangan jati dirinya memang sangat diperlukan. Pendidikan karakter dikembangkan untuk menguatkan identitas bangsa dan mencegah lunturnya semangat nasionalisme,†tanggap Anggie Andini, siswi kelas XII IPA 3, kelahiran Bogor, 27 OkÂtober 1998 dari SMA BBS Bogor. Untuk menÂciptakan pemuda pelajar yang memiliki karaÂkter mulia diperlukan upaya dan kerjasama yang sinergis antara orang tua, sekolah, dan masyarakat. Pendidik merupakan ujung tomÂbak di lapangan dalam mewujudkan pribadi siswa yang mantap dan memiliki rasa nasionalÂisme yang tinggi dan haÂrus senantiasa berperan aktif melalui berbagai upaya yang dapat dapat menggugah kembali seÂmangat nasionalisme pemuda pelajar yang mulai luntur tergerus arus globalisasi.
“Semangat kebangÂsaan atau nasionalisme yang ada pada diri sesÂorang tidak datang denÂgan sendirinya tetapi diÂpengaruhi oleh berbagai faktor. Karenanya, nilai-nilai yang ditanamkan dalam kegiatan kepramuÂkaan bagi saya sangat positif. Selain tertanam cinta tanah air, juga terÂbentuk pendidikan moral dan keterampilan,†unÂgkap R. Ajeng Tasya CPH, siswi kelas XI IPS 1 dari SMA PGRI 3 Bogor. “Pelajar juga harus meÂnumbuhkan sendiri seÂmangat itu. Stop tawuran, stop berbuat curang, cinÂtai budaya bangsa,†ujar anggota pramuka kelaÂhiran Bogor, 18 Oktober 1999 itu.