BOGOR TODAY – Progres revitalisasi bangunan Terminal Baranangsiang yang sudah mangkrak selama dua tahun tak kunjung berakhir. Belum ada kecocokan dan titik temu antara disain yang diajuÂkan PT Pancakarya Grahatama Indonesia (PGI) dengan Pemkot Bogor. Proyek ini ditunggangi banyak kepentingan.
Pemerintah Kota Bogor sebenarnya dibuat tidak berkutik dengan adanya Perpres 98/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan / Light Rail Transit, terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi, karena dampak dari adanya pembangunan LRT dari Jakarta sampai Kota Bogor. Aturan ini menjadikan lokasi terminal BarananÂgsiang sebagai stasiun dan depo LRT, sehingga terminal Baranangsiang harus segera dibangun maksimal di awal tahun 2016 mendatang.
Kepala devisi kontruksi LRT PT Adhi Karya, Agus Karianto mengungkapkan, dengan adanya pembangunan LRT samÂpai ke Terminal Baranangsiang, maka Pemkot Bogor harus segera menyiapkan perencanaan-perencanaan untuk menyÂelaraskan dan mensinergikan program pembangunan terminal Baranangsiang dengan LRT. Proyek pembangunan LRT sudah berjalan, dan untuk di Kota Bogor akan dimulai pada awal 2016, sehingga ditargetkan di akhir tahun 2018 nanti suÂdah selesai.
“Jadi pembangunan LRT itu akan beÂrakhir di kawasan Teminal Baranangsiang, sehingga sekarang harus segera disiapkan berbagai perencanaan untuk pembanguÂnan stasiun dan depo LRT di terminal itu. Pembangunan Terminal Baranangsiang juga sudah tidak bisa di tunda dan ditoÂlak lagi, karena ini merupakan program dari pemerintah berdasarkan Perpres 98/2015,†kata Agus usai mengikuti rapat rencana pembangunan LRT di ruang BoÂgor Green Room, Balaikota, yang dihadiri berbagai pihak, diantaranya, Walikota beserta jajaran SKPD, Kementerian PerÂhubungan, Dirjen Perkeretaapian, PT. PGI, PT. Adhi Karya, Selasa (27/10/2015).
Agus menambahkan, LRT akan dibanÂgun di Jabodebek dengan memiliki 29 staÂsiun dan panjang total lintasan sekitar 83,6 kilometer dari Jakarta sampai Kota Bogor. Untuk di daerah Bogor akan dibangun seÂjumlah stasiun diantaranya, di terminal BaÂranangsiang, Sentul Selatan, Sentul Cirkuit, Cibinong, Cimanggis dan Cibubur. “Jadi pembangunan LRT itu dilakukan diberbÂagai wilayah di Jabodebek, dan kita menÂargetkan di akhir 2018 bisa selesai sampai Kota Bogor,†bebernya.
Ketua Komisi C DPRD Kota Bogor, Yus Ruswandi menyarankan agar pembanguÂnan LRT dipusatkan di terminal BarananÂgsiang dan supaya tidak menimbulkan polemic kembali, semua pihak harus membuat rancangan dan kesepakatan dalam mewujudkan pembangunan terÂminal Baranangsiang. Memang ada dua opsi untuk pembangunan LRT itu, dianÂtaranya di kawasan Tanah Baru dan di Terminal Baranangsiang, jadi harus disÂepakati dulu, apakah terminal BarananÂgsiang dijadikan sebagai terminal tipe A atau menjadi terminal batas kota.
“Karena akan berdampak kedalam akselerasi tata ruang, Pemkot Bogor haÂrus menentukan dulu, apakah terminal Baranangsiang tetap dijadikan sebagai terminal tipe A atau terminal batas kota. Saya mengusulkan agar LRT itu dibangun di terminal Baranangsiang saja, karena dengan waktu yang mepet, tidak meÂmungkinkan stasiun depo LRT dibangun di kawasan Tanah Baru,†ujarnya.
Sementara, Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, Pemkot Bogor akan mengawal terkait kebijakan pembanguÂnan LRT dari Jakarta sampai ke Kota Bogor berujung di terminal Baranangsiang. Saat ini sedang di singkronkan seluruh perenÂcanaan pembangunannya. Semua pihak harus sepakat mendukung pembanguan terminal Baranangsiang dan LRT ini, kareÂna sudah menjadi kebijakan dari pemerÂintah yang harus diwujudkan. Untuk pengembangan terminal Baranangsiang, saat ini sedang dibahas soal desain terÂminal Baranangsiang yang harus disesuaiÂkan antara PT. PGI dengan PT. Adhi Karya sebagai pelaksana pembangunan LRT.
“Saat ini sudah dibentuk tim bersaÂma diantaranya dari unsur Pemkot Bogor, PT PGI dan PT. Adhi Karya. Tim itu akan mempersiapkan desain pembangunan terminal dan LRT. Jadi semua dampak dengan adanya pembangunan terminal dan LRT itu harus dibahas secara intensif, terutama dampak bagi lalulintas, aspek social dan ekonominya,†kata Walikota.
Bima menjelaskan, harus ada akselerÂasi percepatan pembanguan dari semua aspek menyangkut optimalisasi terminal Baranangsiang dan LRT, jangan sampai menimbulkan persoalan-persoalan baru. PT PGI (Pancakarya Grahatama IndoneÂsia) merencanakan ada apartemen dan fasilitas penunjang, tetapi dampak bagi lingkungannya harus diantisipasi. “Kita berharap ada titik temu antara PT PGI dan PT Adhi Karya soal desain pembanÂgunan terminal. Setelah itu selesai, kita akan melakukan kembali sosialisasi kepaÂda masyarakat menyangkut aspek sosial. Jangan sampai pengosongan terminal diÂlakukan sebelum sosialisasi kembali denÂgan warga terminal. Ditargetkan pembanÂgunan Terminal Baranangsiang terealisasi di awal tahun 2016 mendatang,†jelasnya.
(Guntur Eko Wicaksono)