RUSTONO nama lelaki itu. Mantan bell boy di hotel Sahid Yogyakarta, yang kini menjadi ‘Raja Tempe’ di Jepang. Ia mentransformasi proÂfesionalitasnya sebagai produsen tempe ke proÂdusen-produsen tempe baru di Mexico, Kanada, Perancis, dan Korea.
Oleh : N. Syamsuddin Ch. Haesy
DALAM perbincangan malam, di sudut sebuah bar salah satu hotel terÂnama di Osaka – Jepang, Rusto merasakan dahsyÂatnya imajinasi yang disÂertai aksi. Hingga larut malam kami berbincang tentang imagineering mindset, alias tata fikir rekacita.
Mulanya hanya mimpi: sukses dengan tempe di negeri orang. Rustono menyeleksi dan menÂguji mimpinya, lalu mengubahnya menjadi imajinasi. Ia menemukan focal concern (sentra kepedulian) yang menarik dan unik. Tempe sebagai bahan pangan khas InÂdonesia, tempe sebagai produk industri olahan, tempe sebagai ekspresi cinta, dan tempe sebagai jalan sukses.
Rustono menguji kembali dan menghadapkannya dengan sejumÂlah driving forces (kekuatan penÂdorong) yang menyertainya. Dari aspek budaya, ia menempatkan tempe sebagai produk budaya InÂdonesia mampu bersanding denÂgan budaya kuliner dan pola konÂsumsi pangan orang Jepang. Dari aspek bisnis, Rustono berfikir tenÂtang keterampilan memprodukÂsi, mengemas, memasarkan, dan menjual tempe di kalangan masyarakat Jepang.
Rusto berhasil membuktikan, tempe sebagai realitas bahan pangan yang akan masuk ke perut konsumen, dan harus sesuai denÂgan standar higine sanitation yang ketat berlaku di Jepang. Dari aspek ekonomi, Rusto berbisnis tempe dengan finance viability (kemamÂpuan mengelola uang). Dari aspek sosial ekonomi, Rusto memoÂsisikan tempe sebagai tumpuan ekonomi rumah tangga yang menÂguatkan harmoni dan kemesraan keluarga.
Setelah melalui proses panÂjang jatuh bangun memproduksi “Rusto Tempeh, produk pangan terunggul di Jepang,†ia sampai pada rumusan visi bisnisnya sebaÂgai juragan tempe sukses di manÂcanegara.
Dengan visi itu, Rusto berusaÂha mewujudkan tujuan hidupnya: hidup bahagia dalam rumah tangÂga harmoni, dan mampu menebar cinta di tengah kehidupan dunia yang mudah galau. Cinta dan keÂmanusiaan menjadi ruh bisnisnya.
Rusto dan keluarga campur Jepang-nya, kini sampai pada pemahaman luar biasa tentang manifestasi imajinasi menjadi reÂalitas kehidupan. Ia tengah berÂproses untuk memahami, uang hanyalah dampak dari proses berkarya dan bekerja konsisten dalam menerapkan profesionÂalitas dalam skala apapun. Ia juga tengah berproses memanifestasiÂkan prinsip dasar hidup: berbagi sukses. Kemampuan memanifesÂtasikan imajinasi menjadi realitas sukses adalah jalan utama menÂjadikan sukses diri sendiri sebaÂgai modal berbagi sukses kepada orang lain.
Di situlah cinta berada, dan menjelma sebagai cara berfikir positif, sebagai daya untuk tumÂbuh berkembang.
Rusto memaknai sukses seÂbagai hak setiap orang. Sekaligus memberi makna kolaborasi positif berbasis cinta, sebagai upaya koleÂktif mencegah orang lain gagal dalam menjalani kehidupannya.
Sambil menghabiskan kopi dalam suasana yang dihangatkan oleh heater bar, dari pengalaman hidup Rusto menjangkau sukses sebagai juragan tempe, saya beÂlajar: berbagi sukses adalah keÂniscayaan untuk mencapai sukses kolektif.
Dalam banyak hal, budaya Jepang memungkinkan aksi Rusto mewujudkan imajinasi suksesnya menjadi kenyataan faktual. BasisÂnya adalah konsistensi gagasan dan cita-cita, karena dunia meruÂpakan tempat bertebaran peluang sukses. Dunia adalah taman subur yang indah bagi mereka yang hidup dengan cinta: berfikir positif dan optimistik. Menjauhkan diri dari kegelapan buruk sangka, kelicikan, pesimisme, dan disharmoni.