B1---04012016-Bisnis-TodayPemerintah mencatat, realisasi be­lanja negara (sementara) mencapai Rp 1.810 triliun atau 91,2% dari pagu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar Rp 1.984,1 triliun. Utamanya dialokasikan pada sektor produktif, khususnya infrastruk­tur dan program kesejahteraan sosial.

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Kondisi fiskal 2015 dalam situasi yang aman sehingga stabilitas perekonomian terjaga dengan baik secara berkesinambungan,” ungkap Menteri Keuangan Bambang Brod­jonegoro dalam siaran pers tertulisnya, Minggu (3/1/2016).

Bambang menjelaskan, realisasi anggaran trans­fer ke Daerah dan Dana Desa (sementara) tahun 2015 mencapai Rp 623 triliun atau sebe­sar 93,7% dari pagu dalam APBNP 2015 sebesar Rp 664,6 triliun, di mana anggaran dana desa yang mu­lai dialokasikan mulai 2015 sebesar Rp 20,8 triliun telah disalurkan se­luruhnya.

Program dana desa ini sangat penting untuk mendorong aktivitas ekonomi di daerah dan mendukung pemerataan pembangunan.

Sementara itu, realisasi pendapa­tan negara (sementara) mencapai Rp 1.491,5 triliun (total penerimaan pajak, bea dan cukai, penerimaan negara bukan pajak/PNBP) atau 84,7% dari sasaran dalam APBNP 2015 sebesar Rp 1.761,6 triliun.

Dari realisasi pendapatan neg­ara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp 1.235,8 triliun, atau 83% dari target APBNP 2015 sebesar Rp 1.489,3 triliun.

Tantangan utama pada aspek penerimaan ini adalah pada per­lambatan ekonomi dan perlunya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak yang akan terus diupayakan dengan reformasi perpajakan. Hal yang menarik, di tengah melambatnya perekonomian, se­cara nominal pendapatan dari PPh Non Migas mencatatkan peningka­tan sehingga mencapai Rp 547,5 triliun atau tumbuh sekitar 19% jika dibandingkan dengan realisasi ta­hun 2014.

Secara keseluruhan Pajak Non Migas tumbuh sekitar 12% sebe­sar Rp 1.005,7 triliun. Dengan demikian total penerimaan pa­jak gross sebesar Rp 1.150 triliun (termasuk alokasi kas untuk res­titusi pajak) dan total peneri­maan pajak netto adalah sebesar Rp 1.055 triliun.

BACA JUGA :  Minuman Segar dengan Sup Semangka Jelly yang Manis dan Creamy

Berdasarkan realisasi (sementa­ra) pendapatan negara sebesar Rp 1.491,5 triliun dan belanja negara sebesar Rp 1.810,0 triliun, maka realisasi defisit anggaran dalam APBNP 2015 mencapai Rp 318,5 tril­iun atau 2,8% dari PDB, di bawah ketentuan maksimal 3% mengacu pada UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Realisasi ini lebih tinggi dari tar­get defisit anggaran dalam APBNP 2015 Rp 222,5 triliun (1,9% dari PDB).

Dengan defisit tersebut, berim­plikasi pada peningkatan realisasi pembiayaan anggaran yang menca­pai Rp 329,4 triliun atau 147,3% dari target dalam APBNP 2015 sebesar Rp 222,5 triliun, realisasi pembiay­aan anggaran tersebut berasal dari pembiayaan dalam negeri (neto) sebesar Rp 309,3 triliun dan pem­biayaan luar negeri (neto) sebesar Rp 20,0 triliun.

Berdasarkan realisasi defisit anggaran sebesar Rp 318,5 triliun dan realisasi pembiayaan angga­ran sebesar Rp 329,3 triliun, maka pelaksanaan APBNP 2015 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp 10,8 triliun.

“Tentu ada rasa tidak puas dari pencapaian tersebut di atas, namun saya juga bersyukur bahwa hasil yang dicapai tersebut adalah hasil yang terbaik di tengah perlambatan ekonomi global yang berimbas ke­pada ekonomi domestik khusus­nya disebabkan oleh menurunnya harga dan permintaan komoditi dari negara mitra dagang Indonesia seperti Tiongkok dan Eropa,” kata Bambang.

Defisit Anggaran 2,8 Persen

Berdasarkan realisasi (sementa­ra) pendapatan negara sebesar Rp 1.491,5 triliun dan belanja negara sebesar Rp 1.810,0 triliun, maka re­alisasi defisit anggaran dalam APB­NP 2015 mencapai Rp 318,5 triliun atau 2,8% dari PDB.

Angka tersebut di bawah ke­tentuan maksimal 3% mengacu pada UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Realisasi ini leb­ih tinggi dari target defisit anggaran dalam APBNP 2015 Rp 222,5 triliun (1,9% dari PDB).

BACA JUGA :  Resep Membuat Sambal Ikan Sepat Cabe Hijau yang Mantul

Dengan defisit tersebut, berim­plikasi pada peningkatan realisasi pembiayaan anggaran yang menca­pai Rp 329,4 triliun atau 147,3% dari target dalam APBNP 2015 sebesar Rp 222,5 triliun.

Realisasi pembiayaan anggaran tersebut berasal dari pembiayaan dalam negeri (neto) sebesar Rp 309,3 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar Rp 20,0 tril­iun.

Berdasarkan realisasi defisit anggaran sebesar Rp 318,5 triliun dan realisasi pembiayaan angga­ran sebesar Rp 329,3 triliun, maka pelaksanaan APBNP 2015 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp 10,8 triliun.

Sehubungan dengan pengelo­laan utang, outstanding utang per 31 Desember 2015 mencapai Rp 3.089 triliun.

Dengan kondisi tersebut, Debt to GDP ratio ada pada kisaran 27% atau di bawah batas aman 60% seperti ditetapkan dalam UU no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

“Tentu ada rasa tidak puas dari pencapaian tersebut di atas, namun saya juga bersyukur bahwa hasil yang dicapai tersebut adalah hasil yang terbaik di tengah perlambatan ekonomi global yang berimbas ke­pada ekonomi domestik, khusus­nya disebabkan oleh menurunnya harga dan permintaan komoditi dari negara mitra dagang Indonesia seperti Tiongkok dan Eropa,” kata Bambang.

Bambang menyebutkan, upaya mendorong kebijakan pro investasi dan untuk mendorong daya beli domestik pun serta untuk mere­dam terjadinya pengangguran juga telah dilaksanakan Pemerintah, yang mana hal ini akan terus dilan­jutkan secara berkesinambungan. “Saya percaya di tahun 2016 man­faat kebijakan yang diterapkan tersebut telah mulai dirasakan. Di samping itu untuk APBN 2016, kami tak ragu untuk melakukan revisi khususnya terkait peneri­maan negara dengan basis realisasi penerimaan negara tahun 2015 dan tentunya rencana pelaksanaan tax amnesty sehingga APBN 2016 lebih kredibel dan tetap dapat mewujud­kan Nawacita,” ujarnya.

============================================================
============================================================
============================================================