Untitled-19

BADAN Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementerian Perdagangan (Kemendag), sudah menyerahkan sampel beras yang diduga berbahan plastik dari Bekasi ke Puslabfor Mabes Polri. Namun, hingga kini, Mabes Polri belum bisa membuka data hasil uji lab ketiga lembaga tersebut. Benarkah beras plastik hanya hoax belaka?

RISHAD NOVIANSYAH | YUSKA APITYA
[email protected]

Kepala BPOM Roy Sparingga mengatakan, hasil uji sampel dari beras plastik telah diserahkan ke pihak Kepolisian RI. “Selanjutnya untuk ditindaklanjuti. Hasilnya tidak bisa kami sampaikan,” ujar Roy di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/5/2015). Namun Roy menegaskan bahwa Badan POM hanya memberikan hasil uji laboratorium atas sampel beras yang disinyalir terbuat dari plastik, bukan memberikan rekomendasi. Sampel beras tersebut diuji kandungannya apakah terdapat bahan material plastik. Terpisah, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santoso menilai, beras plastik yang beberapa pekan terakhir meresahkan masyarakat, tidak masuk akal. Pasalnya, produksi beras berbahan plastik jauh lebih mahal dibandingkan beras asli. “Bagi saya itu (beras plastik) isu yang berlebihan. Bisa dibayangkan beras oplosan itu kan beras campuran plastik dengan karbohidrat lainnya, ngapain bikin beras seperti itu, kan harganya lebih mahal,” kata Dwi dikonfirmasi, Senin (25/5/2015). Dwi menambahkan dengan mahalnya produksi beras plastik, tentu saja harganya akan lebih mahal dari beras murni. “Ngapain orang menghasilkan beras yang harganya jauh lebih tinggi. Orang, kan pada nyari beras yang murah,” kata dia.

Itu sebabnya, menurut Dwi, kasus tersebut hanya kabar bohong alias hoax yang belum ada buktinya. “Bagi saya itu cuma hoax sajalah,” kata dia.
Namun, kata Dwi, untuk memastikan kebenarannya, masih menunggu hasil penelitian BPOM terhadap sampel beras yang ditemukan di Kota Bekasi, Jawa Barat. “Tapi kan BPOM sedang melakukan penelitian ditunggu saja coba hasilnya apa,” kata dia.
Sejak temuan beras plastik di Bekasi pekan lalu, masyarakat mulai resah. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menduga kasus ini hanya isu permainan pasar. “Kita akan cek apakah ini betul, apakah ada beras plastik atau hanya mungkin isu saja. Ini yang akan kita selidiki,” kata Badrodin usai melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel di Main Hall Polda Metro Jaya, Senin (25/5/2015).

BACA JUGA :  Jangan Asal! Tips Memanaskan Makanan yang Benar dan Baik, Simak Ini

Sampai saat ini Polri masih menunggu hasil uji laboratorium sampel beras plastik dari Puslabfor, Kemendag, Badan POM dan IPB. “Kalau laporan banyak. Tapi itu kan hanya curiga-curiga saja. Oh ini berasnya mengkilap putih’, diduga plastik yang seperti seperti. Tapi belum ada dukungan dari lab forensik,” terangnya.
Jenderal bintang empat ini berjanji akan menyelesaikan kasus ini. “Bukan masalahnya mengganggu keamanan, tapi menimbulkan keresahan masyarakat kalau tidak segera diselesaikan,” terangnya.
Mendag dan Kapolri bertemu untuk melakukan koordinasi terkait kasus beras plastik. Rachmat Gobel diketahui meminta informasi terkait sejauh mana penyelidikan polisi terkait beras plastik.
Seperti diketahui, pihak Kepolisian memiliki tiga tempat dalam memastikan diduga beras plastik yang ditemukan di Kota Bekasi dari warga perumahan Mutiara Gading yang dibeli oleh pedagang beras berinisial S di Pasat Tanah Merah, Mustika Jaya, Kota Bekasi.

Tiga tempat itu di antaranya, Puslabfor Mabes Polri, BPOM dan Kementrian Pertanian yang melakukan penelitian di IPB Bogor, Jawa Barat
Terpisah, Kapolres Bogor AKBP Suyudi Ario Seto, menyatakan tiga laboratorium sedang melakukan memeriksa beras yang diduga beras plastik yang beredar di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. “Tiga laboratorium yang dijadikan rujukan Polres Bogor adalah laboratorium IPB, BPPOM dan Pusat Laboratorium Forensik Polri,” kata Kapolres Bogor AKBP Suyudi Ario Seto, di Cibinong, kemarin.
Ia mengatakan sebelum hasil uji laboratorium keluar, maka Polres Bogor belum bisa menyatakan beras yang diamankan beberapa waktu lalu mengandung plastik.”Kita tidak bisa andai-andai, apalagi menyatakan beras plastik itu berasal dari daerah tertentu,” katanya.

BACA JUGA :  Resep Membuat Semur Daging dan Kentang untuk Menu Andalan Keluarga

Ia menyatakan untuk sementara ini, beras di wilayah hukum Polres Bogor masih aman dikonsumsi oleh masyarakat. Semua anggota Polres Bogor selalu siap siaga memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat Bogor. “Jika ada hal-hal yang mencurigakan segera melapor ke kantor polisi terdekat,” katanya.
Ia mengatakan Polres Bogor, memang telah melakukan penggerebekan gudang penyimpanan beras yang diduga plastik di Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. Ada sekitar 50 karung beras yang diduga mengandung plastik dan dua karung beras raja lele. “Gudang itu, milik AR (45),” katanya.
Ditemukan setelah ada laporan dari masyarakat ke polisi. Setelah diselidiki ternyata benar ada beras diduga plastik yang berasal dari Karawang, Jawa Barat.

Namun, kata dia, belum bisa dipastikan kebenaranya kalau beras yang diduga plastik dari Karawang. Polisi masih terus melakukan penyeledikan kebenaranya, anggota sudah diturunkan ke lapangan. “Pokoknya sebelum ada hasil dari uji lab, Polisi belum bisa menyatakan ada beras plastik yang masuk ke Kabupaten Bogor dari Karawang,” katanya.
Menyikapi masalah beras sintetis ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa kebenaran masalah isu beras plastik kini sedang dalam penelitian di laboratorium. “Beras itu, sedang diuji di tiga laboratorium termasuk di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lab umum. Kita tunggu saja hasilnya,” kata Jokowi, kemarin.
Menurut Jokowi, isu beras plastik di Bekasi atau di salah satu warung makan tersebut motifnya apa mencari keuntungan atau hal lain. Namun, hal ini tidak masuk logika karena harga beras palsu itu kabarnya lebih mahal dibanding beras asli.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengaku tidak ada temuan beras plastik di daerah lain. “Saya dari pekan lalu sudah ke masing masing daerah hanya baru di Bekasi saja. Di daerah lain tidak ada,” ucapnya.(*)

============================================================
============================================================
============================================================