Bank Indonesia (BI) tampaknya tak mau latah ikut menaikkan suku bunga acuan, setelah The Fed melakukan itu. BI Rate akan dipertahankan pada level 7,5 persen.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Padahal, beberapa bank sentral di dunia buru-buru menaikan suku bunga acuan tak lama berselang setelah bank senÂtral Amerika Serikat The Fed menaikÂkan suku bunga. Sebut saja bank sentral Hong Kong, baru saja menaikkan tingkat suku bunÂganya.
“Kali ini rapatnya perlu assesment yang sanÂgat komprehensif. Hasil RDG hari ini 17 Desember 2015, memutuskan untuk mempertahankan BI rate 7,5% dengan deposit 5,50% dan lending 8,0%,†kata Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen KoÂmunikasi BI di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Kamis (18/12/2015).
BI memandang bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka khususnya jika tingkat inflasi 2015 di bawah 3% dan defisit transaksi berjalan di kisaran 2% terhadap Produk Domestic Bruto (PDB). “BI akan melihat ekonomi pasca kenaikan Fed Fund Rate, inÂflasi, reformasi struktural, sehingga mampu menumbuhkan ekonomi yang lebih tinggi,†ujarnya.
Seperti diketahui, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), akhirnya menaikÂkan tingkat suku bunga acuan menÂjadi 0,50% dari sebelumnya 0,25%.
“The Fed umumkan naik 0,5% tapi kan inflasi AS 0,5%. Itu hanya impas. Kalau Indonesia, inflasi 4,9% dengan BI Rate 7,5% jadi selisih 2,6%. Padahal Desember inflasi kisaran hanya 3%. BI masih tinggi saja suku bunganya. Behaviour BI macam apa itu,†kata Ekonom Faisal Basri dalam diskusi Forum Diskusi Ekonomi InÂdonesia (FDEI) di Penang Bistro, JaÂkarta, Kamis (17/12/2015).
Menurutnya, kekhawatiran GuÂbernur BI Agus Martowardojo berÂlebihan. Faisal mengatakan, Agus sudah menaikkan suku bunga 7 kali sejak memimpin bank sentral RI.
“Setiap pernyataannya selalu ada The Fed-nya. Padahal sebetulnya pengusaha sudah mengantisipasi kondisi ini. Antisipasi karena rupiah sudah naik (melemah) duluan sebeÂlum suku bunga dinaikkan. Indeks juga begitu. Sehingga tidak terjadi penurunan yang tajam,†kata Faisal Basri.
Menurut Faisal, kekhawatiran uang akan lari ke AS, itu terlalu menÂgada-ada. Jika itu terjadi, katanya, lantas mau ditaruh ke mana kalau return di AS itu 0%. ‘’Larinya ke emerging market kuat seperti Afrika. Kalau di Indonesia bagus, ya uang balik lagi. Buktinya, rupiah justru menguat hari ini,†jelasnya.
Faisal menambahkan, The Fed akan secara berkala menaikkan suku bunganya. Sementara di Indonesia sendiri suku bunga dianggap maÂsih bisa turun. “BI tolong langsung turunkan suku bunga 50 basis poin jadi 7%. Kalau 7% dikurangi inflasi 3% masih ada 4%. Harusnya pantasÂnya turunnya ke 5% meski memang harus gradual supaya uang nggak lari tiba-tiba,†ujarnya.
Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas atau sering disebut SatÂgas Mafia Migas ini juga menyindir BI, yang malah mengikuti pasar buÂkannya melakukan kebijakan sebeÂlum terjadi pergerakan di pasar. “TuÂgas BI sebetulnya antisipasi kondisi ekonomi, bukan follow the market. Harusnya counter cyclical the marÂket,†katanya.