YOKOHAMA, TODAY — Pemerintah Jepang bakal mengucurkan banÂtuan USD 30 juta atau Rp 400 miliar kepada Pemkot Bogor 400 miliar. Bantuan ini untuk menangani lingÂkungan yakni membiayai program mitigasi, aksi antisipasi efek rumah kaca dan pemanasan global.
Bantuan tersebut akan dikucurÂkan melalui kerjasama antara NIES, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Pemkot Bogor. “Bogor akan menjadi pioner dari proyek bantuan PemerÂintah Jepang untuk mengukur dan memonitor penggunaan enerji dan gas emisi,†jelas Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto usai memaparÂkan konsep Smart City dan Green City Kota Bogor pada The InternaÂtional Forum for Sustainable Asia & Pasific 2015 di Yokohama Jepang, Rabu (29/7/2015).
Menurut Bima, program pengeÂlolaan lingkungan ini akan berlangÂsung selama lima tahun ke depan. Bantuan diberikan dalam bentuk alat-alat untuk mengukur polusi, gas emisi, dan penggunaan energi. Semua alat itu rencananya akan dipasang di sejumlah titik di Kota Bogor, seperti di pusat perdaganÂgan, perumahan dan perkantoran. Tidak terkecuali di wilayah seputar Kebun Raya Bogor yang setiap hari dipadati kendaraan bermotor.
Adopsi Takeshita Douri
Dalam lawatannya ke Jepang, Bima Arya juga belajar banyak perihal destinasi wisata. Bima Arya ingin menjadikan satu daerah di Bogor seperti Takeshita Douri, Tokyo. Tempat ini sangat ramai dengan anak muda untuk belanja keperluan anak muda, menjadikan kota semakin semarak dan sehat. “Senang saya melihat tempat ini, Takeshita Douri di Tokyo, penuh anak muda untuk belanja segala keperluan mereka. Mungkin bagus kalau ada tempat seperti ini di BoÂgor,†ujarnya.
Menurutnya, dengan keperÂluan lengkap bagi anak muda ada di sana semua di satu lokasi, selain membuat anak muda senang juga tampak kota menjadi cerah sehat bergulir perekonomian dengan baik sehingga kota bisa lebih maju lagi. “Kita lihat nanti setelah pulang ke Bogor kemungkinan untuk mencari tempat seperti ini. Kita buat jadi tempat kumpulnya anak muda dan membeli keperluannya sehari-hari seperti fashion baju, sepatu, pernak-pernik dan sebagainya,†kata dia.
Keramaian yang terjadi di sana tampak memang membuat perÂekonomian bergerak dengan baik, menjadi sehat dan bagi anak muda juga tersalurkan segala keperluan, hobi dan sebagainya secara positif. “Mudah-mudahan saja tempat sepÂerti Takeshita Douri bisa terbentuk di Bogor, menjadikan satu tempat pariwisata menarik pula dan khas bagi Kota Bogor di masa depan,†katanya.
Menuju Smart City
Selain untuk mengantisipasi pemanasan dunia, Bogor juga akan memasang berbagai peralatan canggih guna memonitor tingkat penggunaan energi, angka polusi, emisi dan sebagainya.
“Kita ke Jepang karena sebeÂlumnya pihak Institut Pertanian Bogor (IPB) telah mendapat dana bantuan dari Pemerintah Jepang sebesar USD 30 juta dan kini mengÂkoordinasikan dengan Pemkot Bogor, sama-sama mendesain proÂgram kegiatan khususnya di bidang lingkungan hidup,†ujar Bima Arya.
Pemkot Bogor bersama-sama IPB mendesain program kegiatan khususnya untuk antisipasi terhaÂdap efek global warming. “Dalam waktu dekat sudah disurvei untuk pasang peralatan canggih guna meÂmonitor tingkat penggunaan energi serta angka polusi maupun menguÂkur emisi gas buang di kantor-kanÂtor, perumahan, puat perbelanjaan perbelanjaan serta berbagai fasiliÂtas yang ada.â€
Pada awalnya semua hal itu nanti, akan berjalan lima tahun lagi ke depan. Di Yokohama, Bima Arya juga bertemu resmi dengan Wakil Walikota Yokohama beserta jajaranÂnya untuk melihat pembukaan peluÂang kerjasama khususnya dalam dua hal. “Pertama kita akan belajar menÂgenai proses Kota Yokohama menÂjadi Smart City di Jepang, bagaimana roadmap mereka yang jauh lebih dulu dari kita sehingga kita akan beÂlajar banyak dari mereka. Misalnya bantuan teknis, edukasi dari YokoÂhama dan sebagainya,†kata dia.
“Mengenai fokus kita pada bidang lingkungan hidup yang menarik meÂlihat kesuksesan Jepang menyanding teknologi tinggi sehingga memiliki tingkat harapan hidup yang tinggi, kualitas hidup tinggi,†katanya.
Selain itu Bima juga bertemu dengan para ahli dan peneliti JeÂpang, termasuk kalangan pengusaÂha Jepang dari Fujitsu Research, “Yang semua ahli itu fokus pada bidang masalah lingkungan hidup supaya kita bisa banyak belajar juga dari Jepang dalam hal lingkungan hidup ini,†katanya.
(Yuska Apitya Aji)