HLWALIKOTA Bogor, Bima Arya Sugiarto tidak setuju jika Baranangsiang menjadi akhir dari rute Light Rail Transit (LRT) rute Cibubur-Bogor, yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) 9 September 2015 lalu.

Oleh : YUSKA APITYA AJI
[email protected]

Menurutnya, ke­bijakan Jokowi yang tertuang dalam Perpres Nomor 98 Ta­hun 2015 Tentang Percepatan LRT Terintegrasi Wilayah Pe­nyangga Ibu Kota itu, bertentan­gan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Tata Kota dalam mengatasi kemacetan di pusat Kota Bogor.

“Ketika saya lihat presentasi awal proyek itu, saya langsung ter­pikir jiks proyek ini bertentangan dengan RTRW dan Tata Kota kita, yang kaitannya erat dengan pen­gurangan beban di tengah kota,” kata Bima, Selasa (2/2/2016).

Bima mengaku sempat men­gusulkan memindahkan rute LRT Cibubur-Bogor itu ke Ta­nah Baru, yang jauh dari pusat kota. “Saat itu juga saya spontan mengusulkan (memindah) ke Tanah Baru saja. Tapi persoalan­nya, Perpres ini harus diubah. Karena dalam peraturan itu bu­kan ke Tanah Baru, tapi ke Ba­ranangsiang. Kemudian, jika ke Tanah Baru, kita harus bekerja keras untuk menyiapkan back­up sistem. Jangan sampai nanti LRT masuk, tapi orang susah ke situ,” tukasnya.

Ingin lebih mudah, kata dia, jika memang proyek LRT ini akan masuk Kota Bogor pada Juni 2018, harus menyediakan infrastruktur atau backup sistem.

“Di sisi lain, ini bertentangan dengan niat kita menggeser ke pinggir. Memang backup sistem lebih mudah di Baranangsiang, tapi saya khawatir agak panjang lagi prosesnya kalau kita tarik ke pinggir, akhirnya ada opsi, keduanya saja (Tanah Baru-Ba­ranangsiang),” tambahnya.

BACA JUGA :  Cilacap Jateng Diguncang Gempa M4,9 Senin Pagi

Kajian ulang pun perlu di­lakukan jika merujuk pada opsi tersebut. “Ya, karena mobilitas warga antara Tanah Baru-Ba­ranangsiang, akan ada stasiun-stasiun yang menjadi daya tarik orang di situ untuk beriwi­rausaha. Kemudian tinggi tiang pancang rel LRT itu 35 meter, sedangkan Tugu Kujang sendiri 25 meter. Mau dibuat kamuflase apapun, saya tidak bisa mem­bayangkan tiang pancang LRT itu mengganggu estetika Tugu Kujang, makanya saya tidak setuju,” ungkapnya.

“Jadi nantinya, LRT yang melintas melalui Tol Jagorawi itu diupayakan tidak berakhir di Baranangsiang. Kita sudah koordinasi dengan Kementerian Perhubungan soal pemindahan rencana stasiun LRT di Baranan­gsiang ke Kedunghlang. Sehing­ga, LRT masuk melalui Sentul City ke Tanah Baru dan ke Ke­dunghalang,” tambah Kepala Bappeda Kota Bogor, Suharto.

Untuk melayani masyara­kat yang ada di pusat kota atau Baranangsiang, pihaknya men­gusulkan menyelenggarakan angkutan massal sejenis kereta trem. “Nantinya, untuk menuju ke Baranangsiang akan dilanjut­kan dengan menggunakan trem. Pemindahan Stasiun Baranan­gsiang ke Kedunghalang/Tanah Baru ini, sudah berdasarkan ka­jian yang disetujui Wali Kota,” ungkapnya.

Terpisah, Wakil ketua DPRD Kota Bogor, Heri Cahyono men­gatakan, jika rencana LRT dialih­kan ke kawasan Tanah Baru dan Kedung Halang, berarti pemkot Bogor memiliki strategi dalam mengatasi dan menangani per­soalan transportasi maupun ke­macetan di Kota Bogor.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Imbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrim

Namun demikian, rencana mengalihkan jalur LRT itu jan­gan sampai menjadi upaya un­tuk menghilangkan fungsi Ter­minal Baranangsiang, karena sesuai dengan Perpres bahwa LRT sampai terminal Baranan­gsiang, otomatis Perpres itu keluar berdasarkan kajian dan disinergikan dengan sistem transportasi disana.

“Pemkot Bogor jangan sam­pai menabrak aturan dengan mengusulkan perubahan titik LRT, karena Perpres yang sudah keluar juga memiliki dasar dan kajian kuat. yaitu sampai ke ter­minal Baranangsiang. Jadi, kalau usulan Walikota itu memiliki kekuatan secara hukum untuk merubah atau merevisi Perpres, maka bisa saja LRT dipindahkan ke Kedung Halang,” kata Heri.

Tapi, kata Heri, jika memang belum memiliki kajian dan dasar kuat secara hukum, lebih baik Pemkot Bogor merealisasikan ses­uai dengan Perpres yang sudah ada. “Bisa menjadi masalah baru kalau fasilitas terminal Baranan­gsiang di hilangkan atau tidak digunakan untuk LRT, karena nantinya pasti akan terjadi pen­umpukan kemacetan. Kota Bogor ini memiliki masalah transporta­sinya yang sangat besar dan ha­rus dilakukan penanganan real. Jadi dengan LRT sampai terminal Baranangsiang itu salah satu solu­si dalam menangani masalah ke­macetan dan transportasi di Kota Bogor,” jelasnya.

(Abdul Kadir Basalamah|Yuska)

============================================================
============================================================
============================================================