JAKARTA TODAY – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengincar pertumbuhan laba bersih men­capai 15 persen atau mencapai Rp11,15 triliun tahun 2016. Untuk tahun ini, perseroan mengaku memprediksi penu­runan laba bersih sekitar 10 persen dibanding tahun lalu menjadi Rp9,7 triliun.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyatakan, tahun ini perseroan mengalami pelemahan kinerja yang membuat jumlah laba bersih merosot. BNI banyak melakukan pencadangan untuk mengantisipasi lonjakan tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL). “Tahun ini sepertinya laba bersih akan turun sekitar 10 persen di bawah tahun lalu. Kalau semester I laba ber­sih turun hampir 50 persen. Untuk akhir tahun intinya makin mengecil,” ujar Achmad usai pembukaan perda­gangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, kemarin.

Untuk tahun depan, perseroan menargetkan mampu memperbaiki kinerja melalui ekspansi kredit. Achmad mengaku target pertumbuhan penyaluran kredit tahun depan bakal lebih tinggi dari prediksi tahun ini. “Kami target bisa 14-16 persen pada target tahun depan, kalau BI (Bank Indonesia) 12-14 persen. Kami tahun ini mem­prediksi bisa 14 persen,” tuturnya.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Lolos ke Perempat Final Piala Asia U-23 2024

Jika mengacu outstanding kredit BNI saat ini, maka perseroan menargetkan bisa menggelontorkan kredit hingga Rp320 triliun hingga akhir 2015. Sementara un­tuk tahun depan, dengan target pertumbuhan hingga 16 persen, BNI mengincar penyaluran kredit hingga Rp 371,2 triliun. “Laba bersih tahun depan bisa tumbuh 10-15 persen. Dengan ekspansi kredit yang ada, kami opti­mistis bisa mencapai target laba bersih,” kata Achmad.

Jika dihitung, maka BNI mengincar laba bersih hingga Rp11,15 triliun tahun depan. Namun, Ach­mad menyatakan pihaknya fokus menekan ra­sio NPL perseroan yang sempat melonjak tahun ini. “Targetnya NPL bisa di bawah 3 persen atau saya patok di sekitar level 2,8 persen,” ujarnya.Belanja Modal

Achmad menambahkan, demi mencapai target laba tersebut, BNI menyiapkan belanja modal (capital expen­diture/capex) untuk menambah cabang dan mengem­bangkan divisi IT perseroan. “Capex dulu Rp 3 triliun. Tahun depan tetap di level Rp 3 triliun. Kalau tahun ini banyak untuk pembelian gedung yang dimiliki dana pen­siun. Itu kita ambil alih. Untuk tahun depan ada untuk IT dan non IT seperti menambah cabang,” kata Achmad.

BACA JUGA :  Wajib Coba! Sambal Mangga Cincang yang Segar dan Pedas Nampol

Dari sisi kinerja perseroan terkini, dalam 10 bulan pertama tahun ini BNI membukukan laba bersih Rp6,7 triliun turun 16 persen secara tahunan. Dalam bulan Ok­tober terlihat peningkatan biaya provisi, sehingga terjadi penurunan laba bersih 35 persen sekitar Rp912 miliar secara bulanan.

Rasio biaya terhadap pendapatan adalah 38 persen bulan Oktober dan 44 persen pada 10 bulan pertama 2015. “Kami memproyeksikan laba bersih BNI sebesar Rp9 triliun tahun 2015, pertumbuhan kredit 13 persen dan 2,9 persen NPL (rasio kredit macet) pada akhir tahun ini,” ujar analis Mandiri Sekuritas, Tjandra Lienandjaja.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================