BOGOR, TODAY — Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempercepat pembangunan kota metropolitan. Dalam periode 2016-2050, sejumÂlah titik kota prioritas dikebut unÂtuk naik kasta. Di antaranya BodeÂbekkarpur (Bogor, Depok, Bekasi, Karawang, Purwakarta), Bandung Raya, dan Cirebon.
“Meskipun Jabodetabek metÂropolitan, namun yang berkemÂbang hanya Jakarta saja. Karena orang berada di Depok, Bogor, dan Bekasi hanya untuk tidur, sedangkan bekerja di Jakarta,†ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar, Deny Djuanda dalam jumpa pers di kantornya, Senin (7/12/2015).
Ke depan, Bogor, Depok, Bekasi, KarÂawang, Purwakarta akan membentuk metropolitan tersendiri. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut sama besarnya dengan Jakarta.
Apalagi, luas lima daerah di Jabar ini enam kali lebih besar dibanding Jakarta. Selain itu, titik metropolitan lainnya adalah Bandung Raya. Terdiri dari Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten Bandung, dan sebagian ekor dari Kabupaten SumedÂang (Jatinangor). “Konsepnya perkotaan, jadi tidak seluruh Kabupaten Bandung dan Sumedang yang tergabung dalam proyek ini. Selain dua titik itu, terdapat satu titik lainnya di Cirebon (Cirebon, Majalengka, Kuningan, Indramayu),†ungkapnya.
Kebutuhan dana untuk proyek ini menÂcapai Rp 600 triliun. Kebutuhan dana terseÂbut salah satunya akan dipenuhi oleh Bank BJB. Karena itu, pihaknya bersama Bank BJB akan roadshow ke sejumlah daerah di Jabar untuk berhitung. “Bank BJB memiliki cabang di seluruh Jabar. Semua cabang ini diminta bantuannya dalam pembiayaan,†katanya.
Pembiayaan yang dilakukan dalam proyek ini dibagi dua, yakni infrastruktur dan manusia. Untuk pembangunan inÂfrastruktur seperti jalan, jembatan, kereÂta api cepat, bandara, dan lainnya. Hal yang menantang adalah pembangunan manusia.“Kami ingin menciptakan metroÂpolitan yang nyaman. Karena metropolitan kerap diidentikan dengan nilai eskalasi kejaÂhatan dan hal buruk lainnya,†tuturnya.
Deny mengungkapkan, pembangunan ini akan dilakukan berbarengan. Hal ini unÂtuk menghindari disparitas pertumbuhan ekonomi. “Kita tahu, kalau Bandung dulu yang dibangun nanti semua orang bergeser ke Bandung, begitupun kalau Cirebon yang duluan. Makanya kami ingin melakukannya berbarengan agar pertumbuhan ekonomi di tiap tempat merata,†ucapnya.
Bogor Jaring Investor
Sementara itu, Bupati Bogor, NurhayÂanti, terus melakukan serangkaian langkah untuk mewujudkan Cibinong Raya sebagai Kota Metropolitan. Yanti mengatakan, renÂcana ke depannya, Cibinong akan dikemÂbangkan menjadi pusat kegiatan perdaganÂgan dan jasa, dan menjadi pusat kegiatan wilayah. Untuk menjadikan Cibinong menÂjadi Kota Metropolitan, ia juga menegaskan untuk membatasi pemukiman skala kecil dan menganjurkan pemukiman vertikal.
“Sosialisasi memang harus terus diÂlakukan sehingga masyarakat tahu dan mengerti apa Kota Metropolitan ini, bagaimana cara menjadikan Kota Cibinong menjadi Kota Metropolitan, sehingga anÂtara Pemkab Bogor dengan masyarakat bisa saling bersinergi, baik dalam menyumbangÂkan ide, maupun masukan,†terang Yanti.
Yanti juga tidak mempermasalahkan jika kawasan Cibinong Raya disebut sebagai kampung besar di tengah kota lantaran paÂdatnya pemukiman warga di pusat pemerinÂtahan Kabupaten Bogor ini. “Tidak masalah. Yang penting, Cibinong Raya ini memiliki daya tarik bagi para investor supaya mereka mau menanamkan modalnya di sini,†ujar Yanti saat ditemui, pekan kemarin.
Ia juga optimis, para investor akan berÂdatangan ke Cibinong seiring dengan genÂcarnya pembangunan infrastrukstur yang sedang dan akan berjalan. “Sekitar tahun 90-an, Cibinong merupakan kawasan pedeÂsaan, tapi sekarang jauh berbeda, pusat-pusat perdagangan berdiri di setiap titik di wilayah ini,†ujarnya.
Penyelesaian pembangunan Stadion Pakansari pun dikatakan Yanti sebagai salah satu daya tarik bagi para investor untuk menanamkan sahamnya. “Stadion berkapasitas 30 ribu penonton itu akan menjadi ikon Kota Cibinong. Selain itu, kami juga merencanakan membangun hotel berÂbintang di kawasan Jalan Tegar Beriman. Nah ini sebagai upaya menjadikan Cibinong kota metropolitan,†tandasnya.
Kepala DTRP, Joko Pitoyo menambahkan, untuk mencegah terbentuknya kampung beÂsar di tengah kota, penerbitan izin pendirian kawasan pemukiman horizontal harus dihenÂtikan. Para pengembang pun harus didorong mendirikan hunian vertikal. “Alasanya sederÂhana, luas areal terbuka di Cibinong ini terÂsisa cuma 10 persen,†singkatnya.
Sebelumnya, Kasubid Direktorat JenÂderal Penyediaan Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, Budiyon, pernah mengatakan, masih buruknya tata ruang di Cibinong, sama dengan kampung besar dan belum layak disebut kota apalagi kota metropolitan. “Banyak pengembang yang berinvestasi di pusat Kota Cibinong dan sekitarnya, hal ini menunjukan sebaran perumahan di KabuÂpaten Bogor belum merata, sehingga perlu penataan kota yang lebih rapi. Sehingga Cibinong bisa menjadi Kota Metropolitan, bukan kampung besar,†tandas Budiyono.
(Rishad Noviansyah|Yuska Apitya)