BENCANA kekeringan yang terjadi di Bogor bakal berkepanjangan. Apalagi kini Bogor yang dijuluki Kota Hujan ini justru mulai dijauhi hujan. Sejak akhir Mei, hujan tak lagi turun di kawasan ini.
GUNTUR EKO WICAKSONO | YUSKA APITYA
[email protected]
Untuk memohon agar kawasan ini kembali diguyur hujan, Jumat (24/7/2015) kemarin, ribuan warÂga Kota Bogor menggelar sholat minta hujan (Istisqa), di Lapangan Sempur, Kota Bogor. Suasana berbeda nampak di Lapangan Sempur, Jalan Jalak Harupat, Kecamatan Bogor Tengah, Jumat (24/7/2015). Tak kurang dari seribuan warga memadati laÂpangan yang menjadi jantung Kota Bogor itu. Mereka menggelar Salat Istisqa, tak lain adalah untuk memohon kepada AlÂlah agar diberi hujan. Salat digelar dalam suasana terik di tengah lapangan. Namun antusiasme warga tidak surut.
Pelaksanaan salat diikuti dari berbagai kalangan, mulai dari ulama, pelajar, PNS, TNI hingga Walikota Bogor Bima Arya. Salat dipimpin oleh KH Dudi Zuhdi, penÂgurus MUI Kota Bogor.
KH Dudi memanjatkan doa perminÂtaan hujan yang kemudian diamini oleh para jamaah. Selama hampir 30 menit, mereka terus berharap agar ada hujan di tengah musim kemarau panjang akibat El Nino ini. Tak sedikit juga yang meneteskan air mata.
Selama ini, curah hujan di Kota Bogor dikenal sebagai salah satu lokasi tertinggi di Indonesia. Curah hujannya rata-rata seÂtiap tahun sekitar 3.500– 4.000 mm denÂgan waktu terbesar pada bulan DesemÂber dan Januari. Namun saat ini, nyaris tak ada hujan di sana. Kekeringan pun melanda. “Dalam kondisi normal masih. Ini karena ada fenomena penyimpangan iklim, karena sekarang curah hujannya berkurang karena ada El Nino. Prediksinya El Nino sampai akhir tahun. Yang biasanya musim kemarau sampai September-OktoÂber, sekarang bisa November,†jawab paÂkar Meteorologi Tropis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr Tri Handoko Seto M.Sc, Jumat (24/7/2015).
Di lokasi salat, Ketua Umum MUI Kota Bogor Adam Ibrahim mengatakan, kondisi Kota Bogor sudah sangat kekurangan air bersih akibat dilanda kekeringan. Maka sudah wajar jika pemerintah mengajak warganya melaksanakan Salat Istisqa. “SuÂdah sebulan lebih tidak ada hujan. Rumput rumput di lapangan kita lihat sudah kering, di Istana Bogor juga rumput sudah kering, uncal (rusa dalam Bahasa Sunda) tidak bisa makan, air untuk minum uncal sudah tidak ada, pohon-pohon mengering, sumur suÂdah tidak keluar air,†kata Adam. “Melihat kondisi ini, maka kami melaksanakan ShoÂlat Istisqa. Mudah-mudahan dengan salat ini hujan segera turun,†tambahnya.
Sebelum salat, Walikota Bima Arya sempat menemui Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk meminta saran terkait kekerÂingan yang melanda Kota Bogor. “Melihat seperti itu, maka Walikota sebagai KhaliÂfah meminta saran kepada Majelis Ulama. Kita kembalikan ke agama, nah agama memberi solusi agar berdoa, terakhir lakÂsanakan Sholat Istisqa,†katanya.
Bima sebelumnya mengatakan, kekerÂingan yang melanda Kota Bogor sudah dalam kondisi cukup parah. Sebab, beberÂapa wilayah sudah mengalami kekurangan air bersih untuk minum dan mandi. “TiÂdak hanya di pinggiran kota, kekeringan juga melanda di tengah kota kita melihat rumput istana yang biasanya hijau, sekaÂrang kering, rusa-rusanya juga tidak bisa makan,†tambahnya. Bogor dikenal sebÂagai Kota Hujan karena curah hujannya cukup tinggi. Curah hujannya rata-rata seÂtiap tahun sekitar 3.500 – 4.000 mm denÂgan waktu terbesar pada bulan Desember dan Januari. Namun saat ini, nyaris tak ada hujan di sana.
Pantauan di Istana Bogor, ada sejumÂlah area rerumputan yang biasanya hijau asri, kini menguning dan kekeringan. Di beberapa titik memang masih ada rumput hijau. Namun, jumlahnya tidak banyak. Daun-daun di pohon besar di sekitar IstaÂna pun sebagian besar rontok.
Warga Bogor dan sekitarnya harus bersiap-siap menghadapi puncak musim kemarau pada Agustus hingga SeptemÂber 2015. Hal itu merujuk pada prediksi yang dikeluarkan Badan Meteorologi KliÂmatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga. “Jika beradasarkan pantauan citra satelit cuaca, untuk dua buÂlan ke depan tidak ada kumpulan awan di atas Bogor dan sebagian besar Jawa Barat, tidak ada awan yang berpotensi hujan,†kata Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Dedi Sucahyono, Jumat (24/7/2015).
Dedi mengatakan, dengan kondisi cuÂaca yang sudah masuk kemarau, wilayah Bogor dan sebagian besar Jawa Barat, maÂsuk dalam status ‘warning kekeringan. Bahkan beberapa wilayah yang memiliki persawahan yang sangat luas sudah puso. “Sudah banyak wilayah yang kekeringan dan tandus karena sudah tidak diguyur hujan,†katanya.
Kategori atau status ‘warning kekerinÂgan’ itu artinya tidak diguyur hujan lebih dari 26 -30 hari. Wilayah yang masuk staÂtus ini antara lain Bogor (Katulampa, DraÂmaga, Ciriung, Cariu, Cisasungka), Bekasi, Karawang (Batu Jaya, Teluk Buyung), SubÂang, Sumedang, Cirebon, Sukabumi dan Cianjur.
Sedangkan daerah di Jawa Barat yang tidak pernah diguyur hujan lebih dari 31 hingga 60 hari, adalah Indamayu (Losareng), Cirebon (Cangkring, TukmuÂdal, Setu Patok Selatan, Sindang Laut, Sedang, Seuseupan), dan Majalengka mencakup daerah Sadawangi, Sunia. “Wilayah-wilayah tersebut merupakan daerah persawahan yang menjadi lumÂbung beras Jawa Barat,†kata dia.
Dedi mengatakan, musim kemarau pada tahun ini diperkirakan akan lebih ekstrim dan lebih lama dibandingkan musim kemarau tahun-tahun sebelumÂnya. Ini terjadi, katanya, karena aktifnya El Nino di Samudra Pasifik bagian tengah, yang mengakibatkan musim kemarau tahun ini lebih awal dan lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya. (*)