Untitled-3

PEMBALAP nasional, Ario Danu, menilai Bogor seharusnya bisa menjadi barometer balap di Indonesia, mengingat seringnya daerah itu menggelar berbagai kejuaraan. Namun sayangnya, saat ini Bogor seolah hanya menjadi penonton. Tak banyak lahir pembalap daerah. Padahal, kota hujan ini cukup memiliki sirkuit berstandar internasional, baik lintasan aspal maupun tanah.

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

Kondisi seperti itu membuat Ario Danu terpecut hatinya. Pria yang juga menjabat sebagai Racing Committee di Sirkuit Sentul ini pun makin rajin mencari talenta muda Bogor di dunia balap, khususnya rally. Bicara mengenai kesibukan, Ario bisa dibilang nyaris tak ada waktu untuk mengurusi dunia otomotif. Maklum, anak mantan Pangdam Jawa Tengah, (Purn.) Juniarto Nataningrat, ini juga duduk sebagai Manager Marketing Communication di Lor In Sentul Hotel. Tak itu saja, ia juga harus mengurusi aset keluarga berupa restoran di Bogor. Namun, karena kecintaannya pada dunia balap dan Kota Bogor, Ario Danu selalu menyempatkan diri untuk berbagi pengalaman seputar olahraga pemacu adrenalin ini. “Bogor sebenarnya punya potensi. Tapi mental anak mudanya masih kurang. Banyak anak-anak asal balap. Balap itu tidak sekedar orang punya uang, anak orang kaya beli mobil mahal, terus tinggal gas. Balap itu pakai ilmu. Nyupirnya pakai seni dan ritme. Sama seperti main musik. Tidak asal injak gas,” ungkap Danu kepada BOGOR TODAY. Selain mental, kata dia, tersendatnya prestasi balap di Bogor juga lantaran masih kurangnya regenerasi dari para senior. “Kota Bogor penduduknya sudah satu juta lebih, Kabupaten Bogor lebih dari 5 juta jiwa. Jumlah tersebut sudah masuk daerah metropolitan. Masa dari jumlah penduduk segitu, anak mudanya nggak ada yang interesting dengan balap. Anak-anak itu sebeneranya tertarik dan memiliki hasrat tapi mereka nggak ngerti mesti ke mana dan harus apa. Di Kota lain regenerasi sudah berjalan, seperti Surabaya, Makasar, Semarang, Medan. Para senior memberikan pelatihan. Saya ingin membentuk seperti itu,” terangnya. Tidak hanya sekedar wacana, pria kelahiran 19 November 1976 ini pun menggebrak dengan mengubah image sirkuit yang eksklusif menjadi wahana edukasi. “Saya bentuk sirtkut bukan lagi tempat ekslulsif tapi edukasi. Orang datang, duduk terus nonton itu biasa. Tapi kalau masuk paddock, ke pit, foto sama pembalap, bisa lihat bongkar mesin, bongkar ban, itu sangat luar biasa. Tidak ketemu di sekolah. Dari situ diharapkan minat dan hasrat anak muda terhadap dunia balap tumbuh. Karena yang paling susah itu menumbuhkan hasrat,” jelas suami dari Ike Triananda itu. Selain itu, Sirkuit Sentul juga setiap Senin menghadirkan program Sera (Senin Ramai). Di mana, para pembalap pemula di Bogor bisa memanfaatkan sirkuit ini secara gratis seharian. Mengenai regenerasi, Ario Danu sendiri sudah mendaoatkan talenta muda Bogor, yakni seorang gadis belia berusia 18 tahun yang memiliki passion di dunia rally. Bahkan, tangan dingin Danu melatih gadis itu, langusung mampu menghasilkan prestasi di kejuaraan speed offroad nasional yang digelar di Serang, banten, belum lama ini. “Saya temukan gadis belia umur 18 tahun bernama Nadia Giastari. Dia orang Bogor. Saya bentuk dia dengan menjadi driber speed off road. Saat awal latihan saya ajarkan nyupir, terus saya kasih kesempatan dia bawa dan ternyata mobilnya terbalik dan dia nangis. Tapi dia nggak kapok, saya kasih tahu ke dia untuk bisa nyupir kenceng memang harus terbalik. Yang penting mental harus kuat. Latihan lagi, kebalik lagi,” kisah musisi Jazz ini. Ia pun mengajak generasi muda lainnya dengan membuka kesempatan untuk bisa berlatih mengendarai kendaraan dengan safety dan olahraga. “Siapa saja silahkan. Ini bentuk sumbangsih saya kepada Bogor karena saya besar di Bogor juga. Basic saya di balap, ya saya harus berikan yang terbaik untuk Bogor,” kata pria lulusan S2 di Australia itu. Menurut Ario Danu, untuk bisa mengendarai mobil balap, tidak harus punya uang banyak. Ia menambahkan, saat ini balap bukan lagi sebagai olahraga mahal. “Dulu balapan itu memang olahraga mahal. Sekarang tidak begitu. Saya bentuk sebagai industri. Indonesia sudah produsen, mobil sudah CKD. Mereka promosi jualannya harus durabilitas. Itulah yang dijual. Kalau semua orang berpatokan banyak uang beli mobil rally, pasti nggak bakal menang. Otomotif sudah industri, memang dibutuhkan donatur atau sponsor, tapi mereka cari talent yang nyupirnya bagus, kencang, tapi tidak ngerusak mobil, budget murah,” pungkasnya.

============================================================
============================================================
============================================================