339919_gedung-bank-btn_663_498Alfian Mujani

[email protected]

Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menjadi bank plat merah pertama yang memangkas tingkat suku bunga kredit. Hal ini menyusul setelah  Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps ke level 4,75%.

Dengan penurunan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) ini, maka tingkat bunga KPR BTN non subsidi menjaid 9,7%. Menurut Direktur Utama BTN, Mulyono, penurunan bunga KPR non subsidi khusus untuk KPR di bawah Rp 200 juta berlaku akhir Oktober 2016.

“Sudah diputuskan KPR kita per akhir Oktober ini di bawah Rp 200 juta 9,7%,” ungkap Maryono, usai paparan Kinerja BTN Per 30 September 2016, di kantor Pusat BTN, Jakarta, Senin (24/10/2016).

Sementara untuk KPR di atas Rp 200 juta maka akan dikenakan bunga KPR sebesar 9,9% di bank pelat merah tersebut. “Jadi di akhir Oktober sudah satu digit,” katanya.

“BI telah memberikan kemudahan-kemudahan, salah satunya telah menurunkan bunga acuan, ini akan bisa mendorong daripada bunga-bunga yang akan ditetapkan perbankan supaya lebih menurun,” katanya.

Ia menambahkan, bank berkode BBTN itu juga telah memberikan masukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) supaya lebih berperan aktif mengatur penurunan suku bunga.

“Jadi, supaya penurunan suku bunga yang ditetapkan oleh perbankan secara keselurahan, akan lebih cepat lagi. Jadi bisa mempercepat penurunan suku bunga KPR,” tutur Mulyono.

Laba Rp 1,6 Triliun

BBTN membukukan laba bersih per 30 September 2016 sebesar Rp 1,6 triliun. Laba perseroan ini tumbuh 32,64% dibandingkan perolehan laba periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 1,2 triliun.

Sementara rata-rata industri per Agustus 2016 pertumbuhan laba berada pada kisaran 9,14%. Pertumbuhan laba ini berasal dari peningkatan pendapatan bunga bersih dan perolehan fee based income.

Di tengah perlambatan ekonomi yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan kredit dan naiknya Non Performing Loan (NPL) perbankan nasional, kinerja BTN tetap mempertahankan tingkat pertumbuhan kredit yang tinggi.

BTN membukukan aset sebesar Rp 197,3 triliun atau naik 18,8% dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 166 triliun. Sementara kredit dan pembiayaan tumbuh 16,9% dari Rp 131,6 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp 153,8 triliun pada Oktober 2016.

BACA JUGA :  Lauk Praktis untuk Makan Siang, Suun Goreng Telur dan Kol yang Enak dan Nikmat

Kredit dan pembiayaan yang diberikan perseroan tumbuh di atas rata-rata industri nasional per Agustus 2016 yang berada pada kisaran 6,8%. “Kami punya target sampai dengan akhir tahun pertumbuhan kredit bisa Rp 200 triliun,” sebut Maryono.

Di samping itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan tumbuh 18,5% dari Rp 124,5 triliun pada 2015 menjadi Rp 147,5 triliun pada 2016.

“Ini juga di atas rata-rata industri. Pertumbuhan DPK ini berasal dari produk giro. Peningkatan KPR dan peningkatan produk non KPR, dari sisa 3 bulan ini kami bisa lebih optimal dari subsidi maupun non subsidi,” kata dia.

Sementara itu, BTN mencatatkan pendapatan bunga (Interest Income) pada Triwulan III-2016 sebesar Rp 12,8 triliun atau tumbuh 12,8% dari posisi yang sama tahun 2015 yang sebesar Rp 11,4 triliun. Sedangkan Net Interest Income Perseroan tercatat Rp 5,5 triliun pada triwulan III -2016 atau meningkat 12,9% dibandingkan posisi yang sama tahun 2015 yang sebesar Rp 5,0 triliun.

NPL Turun

Di tengah-tengah tren NPL industri perbankan yang cenderung meningkat, BTN memberikan komitmen untuk terus menurunkan NPL perseroan sampai dengan akhir tahun 2016.

“Proses untuk menekan NPL itu sudah dapat dilihat dari NPL perseroan yang berada pada 3,60% atau turun dari NPL posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,50%,” kata Maryono.

Perseroan fokus pada langkah-langkah strategis untuk menurunkan NPL yaitu melalui perbaikan proses kredit (front end), intensifikasi dan perbaikan proses collection (middle end), restrukturisasi kredit dan percepatan eksekusi (recovery) agunan kredit bermasalah (back end).

Sampai dengan akhir tahun 2016, BTN target NPL akan berada pada kisaran di bawah 3%. Oleh karena itu, menurut Maryono, sampai dengan 30 September 2016 perseroan tetap fokus pada program recovery asset agar kualitas kredit perseroan dapat diperbaiki. Sampai dengan 30 September 2016, BTN telah melakukan recovery asset sebesar Rp 964 miliar.

BACA JUGA :  Sajian Praktis untuk Keluarga, Bakmi Goreng Korea yang Lezat dan Gurih Bikin Nagih

Konsisten Pada Core Business

BTN tetap konsisten terhadap core business-nya dalam bidang pembiayaan perumahan. Hal ini dapat dilihat dari penguasaan pangsa pasar sebesar 32,8% per 30 Juni 2016, serta porsi pembiayaan pada kredit perumahan masih mendominasi dengan komposisi 91% atau sebesar Rp 140,1 triliun dari total kredit yang disalurkan Perseroan posisi Per 30 September 2016 sebesar Rp 153,8 Triliun. Sementara sisanya yang sebesar 9% atau sebesar Rp 13,7 Triliun disalurkan untuk pembiayaan kredit non perumahan.

Dari total kredit yang disalurkan ke sektor perumahan tersebut, 34,0% atau sebesar Rp 52,3 Triliun disalurkan untuk KPR subsidi. Sementara sebesar Rp 58,6 Triliun atau sekitar 38,1% disalurkan untuk KPR non subsidi. Sisanya masing-masing disalurkan untuk pembiayaan terkait perumahan sebesar Rp 8,7 Triliun dan kredit konstruksi sebesar Rp 20,6 Triliun.

Percepatan Program Sejuta Rumah

Sampai dengan 30 September 2016, BTN telah merealisasi kredit untuk mendukung Program Sejuta Rumah sebesar Rp 49,7 Triliun, dengan jumlah pembiayaan KPR dan penyediaan Kredit Konstruksi sebanyak 467.153 unit rumah. Sampai dengan akhir tahun 2016 BTN optimistis akan dapat memenuhi target 570.000 unit rumah.

Kinerja Bisnis Syariah

Unit Usaha Syariah (UUS) BTN berhasil mengelola bisnis syariah dengan sangat baik. Pada 30 September 2016 Asset UUS Bank BTN tercatat sebesar Rp 16,3 Triliun atau tumbuh 23,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 13,2 Triliun. Penghimpunan dana UUS Bank BTN juga meningkat 27,7% dari Rp 10,5 Triliun pada tahun 2015 menjadi Rp 13,4 Triliun.

UUS BTN sampai dengan 30 September 2016 telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 13,0 Triliun, tumbuh 24,1% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 10,5 Triliun. Berdasarkan kinerja pada periode tesebut UUS Bank BTN telah mencatatkan keuntungan sebesar Rp 230 miliar. “Keuntungan yang diperoleh UUS BTN tumbuh 17,4% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 196 miliar,” ujar Maryono.

============================================================
============================================================
============================================================