JAKARTA, Today – Setiap tahunnya, penyumbang keÂcelakaan terbesar saat mudik Lebaran adalah para pengguna sepeda motor. Wajar memang, karena masih banyak pemudik yang menggunakan transportasi roda dua tersebut untuk pulang ke kampung halaman.
Ritual mudik adalah hal yang wajib dilakukan oleh para perantau, khususnya dari Jakarta menuju kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur bahkan sampai ke Sumatera. Pemerintah sudah menyiapkan ragam moda transportasi umum, namun menggunakan sepeda motor menjadi pilihan utama masyaraÂkat urban ini.
Imbasnya adalah kecelakaan yang tak jarang merenggut korÂban jiwa. Tahun lalu, sebanyak 515 orang meninggal dalam keÂcelakaan arus mudik dan balik Lebaran 2014. Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat jumlah kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas sejak tuÂjuh hari sebelum Lebaran (H-7) sampai tiga hari setelah (H+3) atau 1 Agustus 2014 mencapai 3.815 unit. Kecelakaan tersebut didominasi pengguna sepeda motor.
Berdasarkan data KemenÂterian Perhubungan, sepeda motor yang keluar dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi selama mudik Lebaran 2014 mencapai 617.850 unit. AnÂgka tersebut dianggap menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang melebihi 700.000 unit.
Direktur Lalu Lintas Dan AnÂgkutan Jalan Kementerian PerÂhubungan, Eddi mengatakan, pemerintah belum mendapat solusi yang tepat untuk menguÂrangi atau bahkan mencegah para pemudik mengendarai sepeda motor.
“Sampai saat kita sudah berupaya agar sepeda motor ini tidak dibawa mudik. Salah satuÂnya dengan menyelenggarakan mudik gratis sepeda motor. Jadi, tidak usah bawa motor, titip saja ke kita. Tahun ini kita siap menÂgakomodir 2.900 unit sepeda motor untuk kita bantu naikan ke truk yang sudah disiapkan,†ucap Eddi.
Meski telah menyediakan fasilitas pengangkutan sepeda motor menggunakan truk, tapi Eddi mengaku kalau pihaknya tetap sulit mencegah para pemuÂdik yang ingin mengendarai sepeda motor. “Kita tidak bisa melarang atau memberikan teÂguran keras, karena ini kan hak mereka untuk membawa kendaÂraan. Kita hanya bisa mengantisiÂpasi dari segi keselamatan berlaÂlu-lintas dengan sosialisasi saja,†ujar Eddi.
Ketua Masyarakat TransporÂtasi Indonesia, Danang Parikesit menilai bahwa upaya pemerinÂtah untuk mencegah pemudik sepeda motor dengan memberiÂkan jasa truk pengangkut dinilai justru salah kaprah. Menurut Danang, angka kecelakaan tahun lalu menunjukkan kalau jumlah korban jiwa justru lebih besar keÂtika arus balik dari daerah kemÂbali ke Jakarta.
“Kecelakaan itu terjadi itu head to tail, bukan head to head. Artinya kendaran konvoi. Hal ini tentu dipengaruhi oleh beragam faktor, lebih besar karena rasa lelah dari pengendaranya. BanÂyaknya aktivitas yang mereka lakukan di kampung halaman tentu memberikan efek lelah yang membuat pengguna sepeda motor rentan mengalami keÂcelakaan,†ujar Danang.
Jika mau memberikan solusi komplet, ada baiknya jasa penÂgangkutan sepeda motor dengan truk juga dilakukan saat pemudik mau kembali ke Jakarta. Akan lebih baik lagi, jika layanan terseÂdia baik saat mudik dan waktu balik. Namun, bila alasan angÂgaran jadi masalahnya, baiknya dilakukan di saat pemudik ingin balik ke Jakarta saja.
(Adil | net)