IMG-20151012-WA0000Industri kreatif di Kota Bogor makin bergairah saja dalam dua tahun terakhir. Sejumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang digawangi kawula muda tumbuh subur, meski ekonomi nasional tengah dihantui krisis. Salah satunya, bisnis yang dilakoni lima sekawan ini. Ahmad Sopian, Hardiansyah Anwar, Tribowo Hernadi, Dian Maulana dan Zulkifli merupakan sahabat sejak duduk dibangku kuliah Institut Pertanian Bogor (IPB). Kelimanya kemudian terbersit untuk berwirausaha dengan mendirikan usaha nasi box sejak Februari 2015. Tapi, ini bukan nasi box biasa. Seperti apa?

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

Adalah Box To Go. Kemasan yang iden­tik dengan warna kuning ini memang sejenis nasi box dan fast food pada umumnya. Dengan tagline ‘Everyone Can Eat Everywhere’ para pendiri mencoba memberikan sentuhan berbeda sesuai dengan gaya hidup kaum muda masa kini.

“Semua orang butuh makan. Zaman sekarang mereka membutuhkan makanan berat yang lezat namun praktis. Maka lahirlah Box To Go ini,” un­gkap Ahmad Sopian, salah satu founder Box To Go, saat berbincang dengan BOGOR TODAY di outletnya, Jalan Ir Juanda, Gang Selot (samping SMP/SMA Negeri 1 Kota Bogor), kemarin.

Selain box unik nan praktis, perbedaan den­gan fast food lain adalah pada menu yang disaji­kan. Di Box To Go konsumen bisa meracik lauk hingga saus sesuai selera. Ada empat komponen yang ditawarkan, pertama adalah Base yang merupakan kandungan karbohidrat. Konsumen bisa memilih nasi atau potato pops.

Komponen kedua adalah Topping yang bisa dipilih antara keju atau onion rings. Ketiga adalah protein atau lauk utamanya yang terdiri dari ayam maupun udang. Nah, keempat adalah saus­nya yang bisa menambah kelezatan makanan ini. Ada lima saus yang dihidangkan, seperti brown, barbeque, oriental curry, cheese, dan thai sauce. Silahkan pilih sesuai lidah dan perut konsumen.

“Untuk harga cukup terjangkau, sesuai den­gan segmentasi yang kami sasar, yakni pelajar dan mahasiswa. Harga dilihat dari base yang dipilih. Kalau nasi Rp12 ribu dan potato pops Rp13 ribu. topping, protein dan saus bisa dipilih sendiri dan tidak dikenakan biaya tambahan. Makanya kami menamakan konsep ini built your box,” tandas pria kelahiran Bogor, 29 April 1992 itu.

Dengan segala keunikannya itu, tak butuh waktu lama bagi Sopian dan kawan-kawan dalam mendapatkan pundi-pundi keuntungan. Empat bulan usahanya berjalan, modal Rp33 juta sudah berada di titik impas atau Break Even Point (BEP). Padahal, Box To Go hanya menempati lahan usa­ha sebesar 2×3 meter persegi di Gang Selot.

“Sehari kami bisa menjual 90-100 box. Strate­gi yang digunakan cukup simpel. Kita manfaatkan sosial media seperti Instagram dalam mempro­mosikan produk. Kehadiran media massa yang meliput kami juga cukup membantu Box To Go makin dikenal. Kita juga sering ikutan food festi­val,” jelasnya.

Awal Mula

Lebih jauh Sopian menceritakan awal mula berdirinya Box To Go. Ia dan empat rekan bis­nisnya merupakan sahabat satu kampus. Mereka baru saja lulus di fakultas Agribinis IPB 2014 lalu. Sebelum lulus, kelimanya sempat terbersit untuk berwirausaha. Ketika itu, usaha cireng isi dan ru­jak cireng yang dipilih.

“Tiga bulan berjalan, kami kemudian berpikir kalau usaha kayak ginian itu musiman. Boom­ing terus hilang. Nggak lama ada temen sekitar Januari 2015 nawarin tempat di sini (Gang Selot). Yaudah kita anggap di sini potensial karena selalu ramai anak sekolah. Kita DP tempat meski belum tau mau jualan apa,” ceritanya.

Melihat usaha camilan yang tak begitu pros­pektif, Sopian dan rekan-rekannya akhirnya mendapatkan ide untuk menjual nasi. “Mending kita jual orang yang tiap hari butuh, kepikiran lang­sung nasi. Awlanya mau pakai sterofoam biasa tapi nggak bagus. Akhirnya kita searching dan dapat box kayak gini. Di luar negeri sudah ada, di Indonesia juga sudah ada yang bikin konsep box itu. Akhirnya kita jalanani konsep serupa tapi dengan modifikasi dan inovasi,” beber dia.

Sempat terjadi perubahan menu pada awal-awal pembukaan. “Awal buka belum ada kentang, saus juga cuma ada tiga macam. Kita sudah sering ganti menu. Sempet mengeluar­kan tuna ruica-rica dan lain-lain. Tiap bulan kita evaluasi. Rekap penjualannya berapa, kita itung, tuna masih kurang peminatnya ternyata. Kita tarik dan ganti baru,” katanya.

Sukses Box To Go di Gang Selot di­barengi dengan rencana ekspansi. Dalam waktu dekat Box To Go akan hadir di Food­court Alamanda, IPB Dramaga. “Visi kami ke depan, Box To Go ingin menjaid fast foood-nya Indonesia. Kan udah ada McD, KFC. Kita juga mau buka di kota-kota lain. Ta­waran franchise banyak tapi kita tahan. Kita mau jalanin sendiri dulu biar fokus,” pungkas dia.

(Apriyadi Hidayat)

============================================================
============================================================
============================================================