Sekitar 50 persen atau 10 juta anak usia di bawah lima tahun (balita) terancam kekurangan vitamin A, karena tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A secara cukup.
Oleh : RIFKY SETIADI
Email: [email protected]
Kekurangan vitamin A di kalangan balita tidak dapat lagi dianggap remeh karena bukan hanya menyebabkan kebutaan permanen, tetapi juga meningkatkan risiko kematian yang disebabkan oleh menurunÂnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sebab itulah, di Indonesia, setiap tahun pada bulan Februari dan Agustus, anak balita seluruh Indonesia mendapat suplemen vitamin A dengan dosis Vitamin A 100.000 IU untuk anak usia 6-11 bulan. Dan dosis 200.000 IU unÂtuk anak usia 12-59 bulan dan ibu nifas. Vitamin ini didistribusikan secara cuma-cuma. Bunda tinggal memanfaatkannya dengan baik melalui Posyandu disaat penimÂbangan balita. Perlu diketahui, setiap anak usia Balita membutuhÂkan angka kecukupan vitamin A sebanyak 350 RE (ratinol equivaÂlent) per hari.
Vitamin A terdapat dalam benÂtuk preformed vitamine A (retinol) pada makanan hewani dan proviÂtamin A (karoten) pada makanan nabati (sayuran hijau dan buah berwarna kuning). Angka kecuÂkupan vitamin untuk balita adalah 350 re (retinol equivalent) per hari. Kebutuhan 350 re itu setara dengan mengomsumsi tiga butir telur ayam atau 250 gram sayur bayam per hari.
Sumber Vitamin A juga dapat ditemukan dalam sayuran yang relatif murah dan banyak ditemui di pasar. Utamanya sayuran yang berdaun hijau seperti kangkung, bayam dan daun singkong dan buah-buahan berwarna oranye tua seperti mangga, pepaya dan wortel. Vitamin A juga banyak ditemukan dalam susu, daging, hati dan telur. Vitamin A adalah salah satu keluarga vitamin larut lemak. Biasanya masyarakat mengkonsumsi retinol yang meruÂpakan salah satu jenis vitamin A, yang sangat aktif atau berguna dan didapat dari hati dan telur. Selain itu, dapat juga dikonsumsi retinal dan retinoic acid, yaitu jeÂnis lain dalam keluarga vitamin A.
Vitamin A diperlukan untuk pembesaran tulang dan gigi yang kuat bagi anak-anak. DiperluÂkan juga untuk penglihatan yang normal. Dapat juga membantu memelihara kulit yang sehat dan mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru, dan saluran kencing dari kuman penyakit. Vitamin A juga mengatur sistem kekebalan (immune system) di mana sistem kekebalan badan ini membantu mencegah atau melawan jangkiÂtan dengan membuat sel darah putih yang menghapuskan bakteÂria dan virus.
Akibat dari kekurangan vitamin A ini bermacam-maÂcam antara lain terhambatÂnya pertumbuhan, gangguan pada kemampuan mata dalam menerima cahaya,serta kelainÂan-kelainan pada mata seperti xerosis dan xerophthalmia, terÂmasuk meningkatnya kemungkiÂnan menderita penyakit infeksi. Bahkan pada anak yang mengalÂami kekurangan vitamin A berat angka kematian meningkat samÂpai 50%. Waspada akibat lain yang lebih serius dari kekuranÂgan Vitamin A, yaitu buta senja dan xeropthalmia, termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan. Xeropthalmia (mata kering) muncul akibat terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata. Xeropthalmia yang tidak segera diobati dapat menyebabkan kebÂutaan.
Kelompok umur yang terutaÂma mudah mengalami kekuranÂgan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelomÂpok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebÂih beresiko menderita kekuranÂgan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumoÂnia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tingÂgal di dareah dengan sumber viÂtamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di PosyÂandu maupun Puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A. (*)