1922141098-inflasi-bulan-juni-2014.878PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) terus mencari cara agar suku bunga kredit perbankan di Indonesia bisa rendah, sehingga bisa bersaing dengan bank-bank di ASEAN.

Oleh : ALFIAN MUJANI
[email protected]

Ini sebagai salah satu cara agar perbankan di Indo­nesia bisa bersaing dalam ajang pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Saya akan mencari jalan agar bunga kredit bisa diturunkan, tunggu saja,” tegas Jokowi di de­pan para pimpinan industri jasa keuangan, di Istana Presiden, Ja­karta, Jumat (15/1/2016).

Secara langsung, Jokowi me­minta kepada perbankan untuk bisa menurunkan suku bunga kreditnya. Selama ini, suku bunga kredit perbank­an di Indonesia meru­pakan yang tertinggi di ASEAN. “Agar bank-bank dalam negeri bisa bersaing dengan bank-bank di ASEAN yang bunganya hanya 5%-6%,” ujarnya.

Dalam pertemuan ini, hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla ( JK), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, sejumlah kepala daerah, dan para pimpinan industri jasa keuangan.

Jaga Stabilitas Keuangan

OJK sendiri terus mendorong pertumbuhan sektor keuangan di Indonesia. Tahun 2015, telah dilalui dengan capaian yang cu­kup baik dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara emerging market. Begitu pula dengan sistem keuangan, yang berada di level yang stabil.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Selasa 16 April 2024

Per Novem­ber 2015, kredit perbankan tercatat tumbuh

sebesar 9,85% yoy (7,52% ytd). Sedangkan DPK posisi Novem­ber 2015 juga tumbuh sebesar 7,70% yoy (6,14% ytd).

Sementara risk base capi­tal (RBC) Asuransi Umum per Nopember 270%, RBC Asuransi Jiwa 528%, non performing loan (bank umum) netto 1,2% dan non performing financing (bank sya­riah) 1,4%.

“Tahun 2016, meski akan diwar­nai berbagai tantangan, OJK akan terus menjaga stabilitas sistem keuangan nasional tetap kuat dan mampu menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad pada Per­temuan Tahunan OJK dengan Pelaku Industri Jasa Keuangan 2016, di Hotel Kempinski, Ja­karta, Jumat (15/1/2016).

Di sektor perbankan pada tahun 2016, dalam Rencana Bisnis Bank yang disampaikan ke OJK terlihat adanya opti­misme perbankan seperti angka pertumbuhan aset diperkirakan tumbuh 12,56%, kredit 13,98%, Dana Pihak Ketiga (DPK) 12,66% dan pertumbuhan modal 13,01%.

BACA JUGA :  Kecelakaan Toyota Innova di Lampung Terjun ke Jurang

Muliaman mengatakan, berb­agai prioritas kebijakan di sektor perbankan, pasar modal, Indus­tri Keuangan Nonbank (IKNB) dan edukasi perlindungan kon­sumen yang akan dilakukan OJK, antara lain:

Di sektor perbankan, men­cakup aspek peningkatan volume pembiayaan produktif, pemenu­han isu-isu global, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), pen­ingkatan kontribusi perbankan syariah dan BPD serta pember­dayaan BPR.

Di sektor pasar modal, men­cakup strategi pendalaman pasar dan penguatan infrastruktur, yaitu peningkatan jumlah emiten akan dilakukan dengan lebih menye­derhanakan lagi proses IPO dan pengembangan infrastruktur bagi UMKM untuk go public dan menin­gkatkan jumlah investor lokal.

Di sektor IKNB, OJK akan mengoptimalisasi kapasitas dan peran IKNB, seperti asuransi dan reasuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, modal ventura, dan lembaga keuangan khusus lainnya dalam mendukung pem­biayaan sektor ekonomi prioritas, termasuk dengan mempertajam peran kelompok kerja (pokja) yang sudah dibentuk di berbagai sektor ekonomi prioritas.

Di Bidang Edukasi dan Perlindungan konsumen, OJK terus meningkatkan program edukasi dan perlindungan kon­sumen keuangan, memperkuat pen­gawasan terkait dengan inter­aksi PUJK dengan kon­sumen dan masyarakat yang dike­nal dengan pengawasan market conduct.

============================================================
============================================================
============================================================