PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) terus mencari cara agar suku bunga kredit perbankan di Indonesia bisa rendah, sehingga bisa bersaing dengan bank-bank di ASEAN.
Oleh : ALFIAN MUJANI
[email protected]
Ini sebagai salah satu cara agar perbankan di IndoÂnesia bisa bersaing dalam ajang pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
“Saya akan mencari jalan agar bunga kredit bisa diturunkan, tunggu saja,†tegas Jokowi di deÂpan para pimpinan industri jasa keuangan, di Istana Presiden, JaÂkarta, Jumat (15/1/2016).
Secara langsung, Jokowi meÂminta kepada perbankan untuk bisa menurunkan suku bunga kreditnya. Selama ini, suku bunga kredit perbankÂan di Indonesia meruÂpakan yang tertinggi di ASEAN. “Agar bank-bank dalam negeri bisa bersaing dengan bank-bank di ASEAN yang bunganya hanya 5%-6%,†ujarnya.
Dalam pertemuan ini, hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla ( JK), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, sejumlah kepala daerah, dan para pimpinan industri jasa keuangan.
Jaga Stabilitas Keuangan
OJK sendiri terus mendorong pertumbuhan sektor keuangan di Indonesia. Tahun 2015, telah dilalui dengan capaian yang cuÂkup baik dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara emerging market. Begitu pula dengan sistem keuangan, yang berada di level yang stabil.
Per NovemÂber 2015, kredit perbankan tercatat tumbuh
sebesar 9,85% yoy (7,52% ytd). Sedangkan DPK posisi NovemÂber 2015 juga tumbuh sebesar 7,70% yoy (6,14% ytd).
Sementara risk base capiÂtal (RBC) Asuransi Umum per Nopember 270%, RBC Asuransi Jiwa 528%, non performing loan (bank umum) netto 1,2% dan non performing financing (bank syaÂriah) 1,4%.
“Tahun 2016, meski akan diwarÂnai berbagai tantangan, OJK akan terus menjaga stabilitas sistem keuangan nasional tetap kuat dan mampu menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi nasional,†ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad pada PerÂtemuan Tahunan OJK dengan Pelaku Industri Jasa Keuangan 2016, di Hotel Kempinski, JaÂkarta, Jumat (15/1/2016).
Di sektor perbankan pada tahun 2016, dalam Rencana Bisnis Bank yang disampaikan ke OJK terlihat adanya optiÂmisme perbankan seperti angka pertumbuhan aset diperkirakan tumbuh 12,56%, kredit 13,98%, Dana Pihak Ketiga (DPK) 12,66% dan pertumbuhan modal 13,01%.
Muliaman mengatakan, berbÂagai prioritas kebijakan di sektor perbankan, pasar modal, IndusÂtri Keuangan Nonbank (IKNB) dan edukasi perlindungan konÂsumen yang akan dilakukan OJK, antara lain:
Di sektor perbankan, menÂcakup aspek peningkatan volume pembiayaan produktif, pemenuÂhan isu-isu global, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), penÂingkatan kontribusi perbankan syariah dan BPD serta pemberÂdayaan BPR.
Di sektor pasar modal, menÂcakup strategi pendalaman pasar dan penguatan infrastruktur, yaitu peningkatan jumlah emiten akan dilakukan dengan lebih menyeÂderhanakan lagi proses IPO dan pengembangan infrastruktur bagi UMKM untuk go public dan meninÂgkatkan jumlah investor lokal.
Di sektor IKNB, OJK akan mengoptimalisasi kapasitas dan peran IKNB, seperti asuransi dan reasuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, modal ventura, dan lembaga keuangan khusus lainnya dalam mendukung pemÂbiayaan sektor ekonomi prioritas, termasuk dengan mempertajam peran kelompok kerja (pokja) yang sudah dibentuk di berbagai sektor ekonomi prioritas.
Di Bidang Edukasi dan Perlindungan konsumen, OJK terus meningkatkan program edukasi dan perlindungan konÂsumen keuangan, memperkuat penÂgawasan terkait dengan interÂaksi PUJK dengan konÂsumen dan masyarakat yang dikeÂnal dengan pengawasan market conduct.