CISEENG TODAY – Nurhati (53) warga RT01/04, Desa Cibeuteung Udik, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor terpaksa menjadi buruh pengupas singkong di pabrik rumahan pembuat tapai. Hal itu ia lakukan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, lantaran suaminya, Madsari (73) sudah tidak bisa lagi bekerja karena menderita kencing batu dan sakit-sakitan sejak dua tahun lalu. Sedangkan, dua anaknya hanya bekerja sebagai sopir angkot dan buruh bangunan yang kini terdampak imbas Covid-19. Ati, sapaan akrabnya mengaku, upah yang ia terima dari mengupas singkong hanya Rp.10.000 hingga Rp15.000 per harinya. Terkadang, jika bahan pembuat tapai (singkong) menurun ia hanya menerima upah Rp. 40.000 per empat hari kerja. Dengan uang sejumlah itu, Ati mengungkapkan masih belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga ia harus mencari penghasilan tambahan. Meski sudah delapan tahun menjadi buruh pengupas singkong di pabrik tapai tidak membuat kehidupan Ati dan keluarganya semakin membaik. “Sehari-hari kebutuhan beras dua liter, kalau lagi punya Rp20.000 habis untuk sehari-hari. Kalau tidak ada paling cuma 5000 buat beli ikan asin saja,” ungkap Ati berkaca-kaca, Jumat (8/5/2020).
BACA JUGA :  Wajib Coba! Menu Makan Siang dengan Semur Daging Istimewa yang Lezat dan Nikmat
============================================================
============================================================
============================================================