Untitled-6Kejayaan Pajajaran dan Pakuan (Bogor) semakin tampak dan terkenal ke seantero Nusantara. Karena catatan Tome Pirés kejayaan itu juga dikenal di beberapa ne­gara di Eropa, khasnya Portugis, Perancis, Inggris dan Belanda. Mereka berusaha menjalin hubungan dengan Pakuan. Termasuk membawa gagasan tentang perjanjian bilateral dengan Pajajaran.

Oleh : Bang Sem Haesy

PUSAT kekuasaan yang be­rada di Bhima Rancamaya tak hirau dengan hal itu. Prabu Surawisesa me­neruskan apa yang sudah dilakukan oleh Prabu Siliwangi. Baik pemban­gunan infrastruktur, sep­erti Talaga Rena Mahawi­jaya, untuk kepentingan hajat hidup rakyat, memelihara Ta­laga Warna untuk kepentingan konservasi hutan di kawasan Gede. Menurut Pangeran Wang­sakerta dalam Pustaka Kert­abhumi, selain itu, bagi kepentingan menjaga ke­jayaan Sunda Kelapa, Prabu Siliwangi juga membangun telaga lain, Maharena Wijaya, sekaligus gugusan hijau hutan di kiri-kanan jalan ke Wana­giri. Pembangunan Maharena Wijaya (bukan Rena Mahawi­jaya) dengan kanal alur sun­gai Cisadane, dibangun untuk kepentingan kehidupan dan penghidupan rakyat. Begitu juga dengan pembangunan kanal Ciliwung, dengan mem­perkuat tebing sungai dengan gugus hutan hijau (green belt).

BACA JUGA :  Rendang Ayam Kampung, Menu Lezat untuk Santapan Keluarga Tercinta

Prabu Surawisesa yang memperluas hubungan da­gang internasional, sangat memperhatikan konservasi dan pembagian ruang budi daya dan ruang konservasi. Beberapa wilayah yang telah ditetapkan sebagai wilayah perdikan, dilanjutkannya. Hasilnya tak terduga. Selain daerah-daerah itu menjadi ka­wasan para pandita melaku­kan proses pendidikan spirit­ual keagamaan, ternyata juga menjadi penghasil padi yang bermutu.

Dari daerah perdikan, keperluan rakyat di Pakuan dan daerah sekitarnya akan beras, terpenuhi. Beberapa produk lain yang dihasilkan dari Sangga Bhuwana dan dae­rah-daerah sepanjang Sungai Cikeas, bahkan mampu me­nambah kontribusi terhadap kepentingan ekspor (khasnya lada dan tamarin). Di wilayah Barat, dikelola kawasan hu­tan samaya penghasil gaharu. Sunda Kelapa sendiri dikelilin­gi oleh kebun-kebun cendana, selain produksi buah-buahan untuk kepentingan konsumsi.

Potensi lain, seperti tam­bang (berupa bebatuan peng­hasil kapur dan semen) dari wilayah budidaya, diperguna­kan untuk kepentingan pem­bangunan berbagai sarana prasarana. Antara lain kasa­trian (asrama prajurit), kabi­nihajian (keputren), pagelaran (tempat latihan tempur), dan pamingtonan (tempat rakyat melihat gelar pasukan).

BACA JUGA :  Labu Siam Ternyata Punya 12 Manfaat untuk Kesehatan, Simak Berikut Ini

Kesemua itu, membuat Prabu Surawisesa yang dalam beberapa catatan disebut juga sebagai Arya Bhima sering merenung, mawas diri, meli­hat kelebihan ayahnya (Prabu Siliwangi). Dia merasa, pakar­ya yang dilakukan oleh ayah dan para pendahulunya sung­guh luar biasa. Prabu Surawis­esa menunjukkan rasa hormat yang mendalam tentang hal itu.

Untuk menghormati itu se­mua, sekaligus sebagai peng­ingat bagi dirinya untuk selalu menjalankan amanat Prabu Siliwangi, akhirnya Surawis­esa memutuskan untuk mem­buat Çakakala Surawisesa yang juga dikenal sebagai Çakakala Arya Bhima. Itulah yang kita kenal kemudian den­gan Prasasti Batutulis.

Çakakala Arya Bhima dibuat 12 tahun setelah wa­fatnya Prabu Siliwangi mela­lui upacara strada, upacara penyempurnaan sukma. Se­lain menyebut dan mengurai satu persatu karya mendiang ayahnya, Surawisesa masih memasukkan kalimat pendek: ya sia pun ! Kalimat yang me­negaskan prestasi luar biasa Prabu Siliwangi.

============================================================
============================================================
============================================================