BEKASI TODAYÂ – Satu jemaah calon haji (calhaj) asal KabuÂpaten Bandung meninggal di Poliklinik Asrama Haji EmÂbarkasi Jakarta-Bekasi, Jalan Kemakmuran, Kelurahan MarÂgajaya, Kecamatan Bekasi SeÂlatan, Kota Bekasi sekitar pukul 10:30 WIB, Selasa (25/8/2015).
Lala Komala (44), bersama suaminya Aip Permana (46), akan diberangkatkan mengiÂkuti ibadah haji dengan romÂbongan Kloter 11 pada Selasa (25/8/2015) malam. Namun, setibanya di Asrama Haji, Lala mendadak sakit karena kelelahan dan harus masuk Poliklinik untuk perawatan. â€Memang kondisinya sudah sakit dalam perjalanan menuju asrama haji. Sudah dua jemaah haji yang wafat,†ujar Kasi Haji dan Penyelenggaraan Umroh, Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bandung, Asep Sopandi di Bekasi, Selasa (25/8/2015).
Menurutnya, jasad Lala langsung dibawa ke rumah duka di Marga Asih, Kabupaten Bandung. Sementara suaminya, Aip Permana tetap mengikuti ibadah haji sesuai jadwal keberangkatan.
Asep menjelaskan, kondisi Lala sudah melemah saat berangkat dari Bandung menuju Asrama Haji Bekasi pada Senin 24 Agustus 2015 malam mengÂgunakan rombongan bus Kloter 11.
Namun di perjalanan, kata dia, tepatnya saat rombongan tengah beristirahat di Rest Area kondiÂsi Lala sudah semakin melemah. Alhasil, dokter pendamping Kloter 11 merekomendasikan Lala untuk dibawa ke Asrama Haji menggunakan ambuÂlance. â€Pukul 02.00 WIB dibawa menggunakan amÂbulance,†katanya.
Setibanya di Asrama Haji Bekasi, Lala kemudian dibawa ke Poliklinik untuk perawatan lebih jauh dan kondisinya semakin membaik. Bahkan, Lala sempat bercanda dengan suaminya pada Selasa pagi. Tapi pada pukul 10.30 WIB, Lala mengembuskan nafas terakhirnya di Poliklinik.
Melihat hal itu, Aip tak bisa menahan tangisÂnya dan berusaha mengikhlaskan kepergiaan istri tercintanya. Meski dalam susana duka, Aip tetap melanjutkan ibadah haji. Sementara istrinya kemÂbali ke Bandung untuk dikebumikan. “Saya ikhlas, dan tetap melanjutkan ibadah haji,†kata Aip sambil menangis.
Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat, Aa Buchori menambahkan, pihaknya akan mengurus jenasah Lala hingga tiba di rumah duka di Bandung. Menurutnya, pihaknya sudah meminta Aip Permana untuk ikut pemberangkatan kloter terakhir.
Aa mengatakan, Lala dan Aip diberangkatkan pada Selasa malam dengan rombongan haji Kloter 11 asal Bandung dari Asrama Haji Bekasi menuju Jeddah, Arab Saudi. Hingga saat ini, sudah 11 kloter yang diberangkatkan dari Asrama Haji dengan total jemaah kurang lebih 5.000 orang.
Sementara jemaah yang meninggal dunia sebeÂlum diberangkatkan berjumlah dua orang, jemaah haji dari Bandung dan Cirebon. Terkait 24 jemaah haji yang gagal diberangkatkan pada Senin karena visa, rencananya akan diberangkan pada malam ini bersama rombongan asal Bandung.
Jemaah asal Jawa Barat yang berangkat dari Asrama haji sebanyak 30.088 jemaah dari 26 kabuÂpaten/kota yang terbagi 68 kloter keberangkatan. Sementara jemaah yang sudah diberangkatkan dari Tasik, Garut, Kabupaten Bandung, Cirebon, KarawaÂng, Kota Bandung, Bogor, dan Sukabumi.
Sementara itu, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin menyampaikan permohonaan maaf bagi calon jamaah haji yang mengalami penundaan karena visa. Menag berjanji, dalam 2 hari ini permaÂsalahan tersebut terselesaikan dan semua jamaah dapat diberangkatkan menjalankan ibadah haji. “Terkait visa, kami mewakili pemerintah menyamÂpaikan permohonan maaf sebesar-besarnya khuÂsusnya kepada jamaah haji dan keluarganya yang terpaksa tertunda keberangkatannya,†kata Menag Lukman Hakim Syaifuddin kepada wartawan usai menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional ke-9 Majelis Ulama Indonesia (MUI) di gedung negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Selasa (25/8/2015).
Ia membeberkan faktor penundaan keberangÂkatan calon jamaah haji yang disebabkan adanya perubahan pengurusan visa pada tahun ini. KatÂanya, tahun ini memang memerlukan waktu yang lebih panjang, karena seluruh data-data setiap jaÂmaah haji tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia harus terdata dan terintegrasi di dalam sistem e-hajj.
Pengintegrasian seluruh data jamaah, tidak hanya nama yang bersangkutan, tetapi juga nomor paspor, maskapai penerbangan yang digunakan, hotel tempat menginap di Makkah, transportasi darat, tempat tinggal di maktab, di Mina, katanya semuanya harus dientry dan sebagai data terinteÂgrasi. “Sehingga entri data, input data banyak sekali dan memerlukan waktu yang lebih panjang dalam pemrosesan bisa, yang kemudian berakibat pada sebagian jamaah kita di kloter (kelompok terbang). Tapi hanya kloter tertentu dan tidak semua kloter yang terpaksa sampai keberangkatan belum selesai visanya sehingga tertunda,†katanya.
“Ini memerlukan waktu yang panjang. Apalagi Indonesia jumlah jamaah haji terbesar di dunia, tiÂdak kurang dari 155.200 orang, yang karena perubaÂhan yang baru diberlakukan tahun ini dan dilakukan di tengah-tengah menjelang keberangkatan jamaah haji,†jelasnya.
Selain menyampaikan permohonaan maaf, poliÂtikus PPP ini juga meminta jamaah memahami kenÂdala yang dihadapi dalam proses entry data. “Bukan berarti pemerintah Indonesia tidak mengantisipasi. Kita sangat mengantisipasi, tapi perubahan-perubaÂhan ini menjelang keberangkatan dan sudah tidak cukup waktu lagi meskipun dikerjakan selama 24 jam nonstop,†paparnya.
Penerapan sistem baru memang membutuhkan waktu panjang. Kata Lukman, tidak semua operaÂtor SDM yang dimilikinya dapat dengan mudah dan lancar memasukkan data. Karena ada beberapa kenÂdala seperti error, ketidaktepatan dalam menempelÂkan foto dan lain sebagainya. “Kesalahan-kesalahan sifatnya teknis itu, lalu ditolak oleh sistem. KemuÂdian memerlukan waktu lagi untuk dirapikan lagi disempurnakan,†tandasnya.
(Yuska Apitya Aji)