Siapakah anak muda terkaya di Indonesia? Menurut majalah terkemuka Forbes, nama Ciliandra Fangiono, Direktur Eksekutif sekaligus Chief Operations Officer (COO) First Resources, masih bertengger sebagai triliuner termuda di jajaran 50 orang terkaya.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Ciliandra mengendalikan perusahaan yang mengoperasikan perkebunan sawit seÂluas 190.000 hektare dan 12 pabrik minyak sawit ini. Seperti dikutip dari Forbes, Selasa (8/12/2015), kekayaan pengusaha sawit berusia 39 tahun ini ditaksir mencaÂpai USD 3,1 miliar atau setara Rp 42,4 triliun dengan kurs Rp 13.700.
Dia untuk pertama kalinya masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes pada 2009. Selama enam tahun, belum ada triliuner yang lebih muda dari Ciliandra yang bisa mengungguli kekayaannya. Saat pertama kali masuk jajaran 40 orang terkaya di Indonesia, kekayaannya ditaksir USD 710 juta. Ciliandra menjalankan bisnis tersebut bersama saudara laki-lakinya yaitu Sigih dan ayahnya bernama Martias sejak 23 tahun lalu.
Bisnis keluarga pebisnis sawit ini dimulai dari ayahnya, Martias, pendiri First Resources Martias telah melepaskan keterlibatannya di perusahaan tersebut sejak tahun 2003.
First Resources berencana menginvestasikan dana USD 130 juta untuk perawatan kebun sawit dan peningkatan kapasitas pabrik penyulingan minyak sawit. Luas kebun sawit First Resources, telah berkurang dari tahun 2009 tercatat seluas 247.000 hektare, tahun ini menjadi 170.000 hektare.
First Resources memiliki anak perusahaan bernama PT Ciliandra Perkasa yang berfokus pada penaÂnaman dan panen kelapa sawit. Perusahaan utamanya, Pertama Resources menangani pasca panen meliputi produksi minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit untuk dijual ke pasar ekspor dan domesÂtik.
Kegiatan Sosial
Sementara itu, pengusaha SuÂkanto Tanoto hampir setiap tahun masuk daftar orang terkaya di IndoÂnesia. Tahun lalu, Sukanto masuk daftar 10 orang terkaya di negeri ini versi Forbes dengan harta USD 2,1 miliar (Rp 25,2 triliun).
Ia memulai usaha di industri penÂgolahan kayu dan kehutanan pada tahun 1972. Bisnis Sukanto Tanoto dijalankan oleh kelompok usaha the Royal Golden Eagle International (RGEI), yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas
Pria berumur 64 tahun ini meÂmiliki Tanoto Foundation, yang melakukan kegiatan filantropi dari kegiatan usaha RGEI Group. Bidang usaha yang dijalankan yaitu perkeÂbunan sawit PT Asian Agri dan huÂtan tanaman industri (HTI) dari Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). SeÂtiap tahunnya, Tanoto Foundation menyisihkan Rp 100 miliar untuk kegiatan sosial.
“Tanoto Foundation kelola dana filantropi Rp 100 miliar tiap taÂhunnya,†kata Manajer Program CSR Tanoto Foundation, Lukman Moeslich di Hotel Atlet Century Park, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/2015)
Pengurus Tanoto Foundation Sihol Aritonang mengatakan, dana yang dikelola tersebut disalurkan untuk berbagai kegiatan sosial sepÂerti pendidikan, pemberdayaan petani, UMKM, dan lainnya. MisalÂnya mereka menyalurkan beasiswa swasta terbesar di Indonesia dari tingkat PAUD hingga S3. Sejak 2006, sebanyak 5.200 orang penerima beasiswa ke 28 perguruan tinggi.
Selain itu, di sekitar lokasi usaha yang terletak di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi, mereka melakukan pemberdayaan masyarakat dan petÂani plasma. Sebanyak 26.000 petani plasma di lahan seluas 60.000 hekÂtare kebun sawit di bawah Asian Agri.
“Awal pemberdayaan petani keÂlapa sawit dimulai dari kegiatan transmigrasi tahun 1980-an. Para transmigran di Riau dan Jambi diÂberi lahan masing-masing 2,5 hekÂtar. Jadi 2 hektar untuk perkebunan dan sisanya untuk tempat tinggal,†kata Sihol.
(detik)