pertamina222JAKARTA, TODAY — PT Pertamina (Persero) memprediksi angka konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium akan menurun pada 2016.

Vice President Marketing Development Inte­grated Supply Chain (ISC) Pertamina, Hasto Wi­bowo mengatakan, penurunan angka konsumsi Premium tahun ini terjadi karena ad­anya migrasi ke Pertalite, Pertamax dan produk BBM lainnya. Di mana angka pen­jualan Premium tahun ini diperkirakan mencapai164,6 juta barel atau 15 juta barel per bulan.

Jika dibandingkan tahun sebelum­nya, angka konsumsi tersebut menurun 5,4 juta ketimbang angka konsumsi 2015 sebesar 175 juta barel. “Intinya demand Premium menurun karena ada Pertalite dan tren peningkatan Pertamax,” ujar Hasto, di Kantor Pusat Pertamina, Jakar­ta, Jumat (11/3/2016).

Hasto menambahkan, guna memenuhi kebutuhan Premium di 2016 Pertamina impor sebanyak 96 juta barel dan 84 juta barel dari kilang pengolahan minyak mentah dalam negeri. Tak cuma itu, perusahaan pelat merah juga akan mengimpor BBM jenis Pertamax dan Per­tamax Plus dalam waktu dekat. “Dari situ (produk BBM) berapa yang dihasilkan kilang 7 juta barel per bulan. Balance-nya (defisit) berarti 8 juta barel per bulan dan itu akan impor,” terang Hasto.

Sedangkan untuk konsumsi Pertamax Hasto bilang tahun ini diperkirakan menca­pai 1,8 juta barel yang berasal dari kilang dalam negeri 700 ribu barel dan 1 juta barel dari impor. “Yang menggambarkan tipical demandnya kurang lebih 1,7-1,8 juta barel per bulan 2016,” tutur Hasto.

Sementara untuk angka konsumsi solar tahun ini diperkirakan 13 juta barel perbulan atau 156 juta. Di mana saat ini Pertamina sudah tidak lagi mengimpor solar karena sudah melakukan pengem­bangan dan penambahan kapasitas kilang. “Solar umum kebutuhan kurang lebih13 juta perbulan. Impor tidak ada untuk pasar umum tidak ada. Belum ekspor,” tandas Hasto.

BACA JUGA :  Kontrol Kadar Kolesterol usai Lebaran dengan 5 Makanan Murah Ini

Efisiensi Produk Minyak

Pertamina menargetkan efisiensi dari proses pengadaan minyak dan produk minyak melalui Integrated Supply Chain (ISC) tahun ini mencapai angka USD100 juta atau berkisar Rp1,3 triliun.

Vice President Corporate Communi­cation Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, guna merealisasikan target tersebut pihaknya akan terus melanjutkan penataan sistem ISC yang diharapkan dapat mendatangkan efisiensi bagi perusahaan.

“Penataan sistem ISC telah dilakukan dan terbukti tahun lalu sukses mencip­takan efisiensi bagi Pertamina sebesar US$208,1 juta atau jauh melampaui target sebesar US$91,7 juta dari proses pengadaan crude dan produk. Tahun ini kami akan terus melanjutkan penataan sistem tersebut sehingga efisiensi dapat terus terwujud,” ujar Wianda di kan­tornya, Jumat (11/3/2016).

Wianda menjelaskan, upaya efisiensi dari optimasi peran ISC diharapkan bisa diperoleh dari beberapa strategic initia­tives, meliputi maksimalisasi pembe­lian minyak mentah domestik, efisiensi dalam kegiatan pengadaan minyak men­tah, BBM, dan LPG.

Tak hanya itu, efesien juga akan di­dapat dari upaya pemrosesan minyak mentah di kilang luar negeri, dan sourc­ing minyak mentah, kondensat, BBM, dan LPG dari beberapa negara dalam kerang­ka G to G. “ISC juga telah mengurangi porsi pembelian secara spot, terutama untuk produk Premium yang seluruhnya melalui kontrak term, Solar dan LPG mas­ing-masing 96 persen kontrak term, Avtur 86 persen. Adapun, untuk minyak men­tah volume pengadaan melalui kontrak term meningkat menjadi 70 persen dari sebelumnya 60 persen,” imbuh Wianda.

Dalam prognosa Pertamina di 2016, permintaan gasoline diperkirakan men­capai 164,6 juta barel dan gasoil sebesar 171,1 juta barel dalam setahun. Sedang­kan untuk permintaan LPG diperkirakan bisa mencapai 7,45 juta MT.

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut, Pelajar SMA di Brebes Tewas usai Terlindas Dump Truk

Pun di sepanjang 2015 nilai minyak mentah dan produk minyak yang dike­lola oleh ISC mencapai USD27,41 miliar, di mana USD14,85 miliar minyak mentah dan USD12,56 miliar berupa produk.

Tahun lalu, ISC melakukan transfor­masi pada fase 1.0 melalui lima program strategis, yaitu memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan peman­faatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina, pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta pengadaan, penerapan proses evaluasi penawaran yang transparan dan men­gurangi biaya dengan menerapkan pem­bayaran telegraphic transfer (TT).

“Pada intinya, apapun upaya yang bisa dilakukan dan sesuai dengan kaidah-kaidah dan best practices yang ada akan kami lakukan untuk mencapai efisiensi berapa sen dolar pun yang bisa diper­oleh,” cetus mantan wartawati ini.

Seperti diketahui, tranformasi ISC adalah bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan memperkuat transparansi pen­gadaan minyak mentah dan produk minyak yang selalu menjadi perhatian publik.

Untuk itu dalam pengadaan minyak mentah dan produk lainnya Pertamina akan selalu mengundang daftar mitra usaha terselekai (DMUT). Penetapan DMUT juga cukup ketat karena harus memenuhi sejumlah kualifikasi tertentu seperti detail bisnis perusahaan, detail laporan keuangan, detail bank, dan lain-lain. “Informasi tender kami buka melalui website Pertamina yang semua orang dapat mengaksesnya dan itu merupakan terobosan penting di mana seluruh pros­es pengadaan maupun penjualan minyak dan produk minyak oleh ISC dilakukan se­cara terbuka dan transparan,” tandasnya.

(Yuska Apitya/CNN)

============================================================
============================================================
============================================================