Oleh : Yuska Apitya Aji Iswanto S. Sos,

Mahasiswa Magister Hukum Universitas Pamulang (Unpam)

 

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di DKI Jakarta usai dihelat. Hasil sementara berdasarkan quickcount (penghitungan cepat) sejumlah lembaga survei menyebutkan pasangan Anies Rasyid Baswedan- Sandiaga Salahuddin Uno unggul dengan selisih kurang lebih 8-9 persen terhadap pasangan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok)-Djarot.

Pun demikian, sesuai undang-undang, sedianya kita harus menunggu hasil hitungan manual KPUD DKI Jakarta. Namun, masyarakat Jakarta sudah bisa mengklaim kemenangannya karena telah berhasil melalui semua tahapan pilkada yang penuh dengan ujian-ujian pahit di lapangan. Selisih presentase ini dipastikan bakal bertahan hingga data suara dari seluruh TPS di DKI Jakarta terakumulasi ke KPUD.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Dengan kemenangan Anies ini setidaknya akan menjadi catatan sejarah perpolitikan di Indonesia. Berbagai problem menghantui selama proses dan mekanisme pilkada dijaankan. Mulai persoalan issu SARA hingga adu program yang tak kunjung habis untuk dikupas dalam sesi debat yang ditayangkan oleh sejumlah stasiun televisi. Pilkada DKI Jakarta menjadi sangat tendensius untuk diikuti? Alasan utamanya tak lain adalah karena Jakarta adalah barometer seluruh leading sektor kehidupan bangsa, mulai dari ekonomi, social, budaya hingga segala putusan dan kebijakan hukum semua berasal dari Jakarta.

============================================================
============================================================
============================================================