Gejala autisme atau dalam istilah medis dikenal dengan gangguan spektrum autistik, umumnya sudah muncul pada anak sejak usia di bawah tiga tahun. Untuk itu, orangtua harus peka terhadap perkembangan anak di 1000 hari pertama kehidupannya.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Salah satu gejala autisme dapat dilihat dari kemamÂpuan bicara anak. Dokter spesialis kedokteran jiwa-konsultan psikiatri anak dan remaja, dr. Ika Widyawati, Sp.KJ(K) mengungkapÂkan, anak berusia di atas 10 tahun sudah bisa mengucap satu kata atau lebih meski belum jelas, seperti “pap†atau “mamâ€. Paling tidak, ada satu atau dua kata yang diucapkan anak pada usia 12 bulan atau satu tahun. “Kalau belum keÂluar satu kata sampai usia 16 bulan, itu warning,†kata Ika.
Dengan terapi bicara, kemamÂpuan bicara anak memang bisa menÂjadi lebih baik. Namun, kemampuan bicara bukan satu-satunya gejala autisme. Bisa saja anak terlambat biÂcara karena masalah pendengaran. Untuk itu, perlu pemeriksaan yang tepat ke dokter.
Selain itu, gejala autisme juga bisa ditandai jika anak tiÂba-tiba mengalami penurunan kemampuan bicara pada usia 1,5 tahun. Padahal, pada usia satu taÂhun anak sudah pintar mengoceh. Kondisi ini adalah autisme tipe reÂgresi. “Ada anak tadinya pintar menÂgoceh bahkan sudah bisa bernyanyi, tapi tiba-tiba kemampuan bicaranya menurun. Tidak bisa menyanyi lagi,†kata Ika
Ika menceritakan, autisme tipe regresi yang umumnya baru munÂcul pada usia 1,5 tahun sering kali membuat orang tua kebingungan karena mulanya anak terlihat norÂmal. Kondisi ini kerap membuat orangtua menyalahkan berbagai hal yang terjadi sebelum anak beruÂsia 1,5 tahun, seperti anak pernah jatuh, hingga imunisasi.
“Dibilangnya gara-gara vaksin MMR jadi autisme, paahal bukan. Memang itu tipe reÂgresi. Tidak ada vaksin yang menyeÂbabkan autisme,†jelas Ika.
Selain itu, gangguan perkemÂbangan kesulitan komunikasi pada anak atau autisme sebenarnya tidak mutlak kesalahan orang tua. MeskiÂpun belum diketahui secara pasti, sejauh ini penelitian melihat adanya unsur genetik yang mempengaruhi anak mengalami kesulitan berkomuÂnikasi.
Ika menjelaskan, pada anak yang mengalami autisme ada beberapa area di otak anak yang mengalami gangguan. Ia mengibaratkan, dalam otak terdapat banyak cabang-caÂbang yang menyampaikan impuls (rangsangan) dan terdapat neurotransmitter.
Salah satunya memiliki neuÂrotransmitter dopamin yang berÂlebihan sehingga menghambat penyampaian impuls di otak. SeÂhingga, mengakibatkan anak keÂsulitan berkomunikasi. Bahkan, ketÂerlambatan dalam perkembangan intelektual.
Meski demikian, Ia memaparÂkan, belum diketahui secara jelas gen maupun kromosom apa yang menyebabkan utama autisme.
Disamping itu, Ika juga menÂegaskan, autisme bukan disebabkan oleh pemberian vaksin. Hal tersebut Ia sampaikan, seiiring menjawab isu bahwa vaksin dapat menjadi peÂnyebab anak autisme. Isu ini semÂpat membuat kasus infeksi menjadi tinggi karena banyak orangtua tidak memberikan anak imunisasi.“Tidak ada vaksin yang dapat menyebabÂkan anak menjadi autisme di kemuÂdian hariâ€, tegas Ika.