Untitled-17EKSPOSE Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Bupati Bogor digelar hari ini, Selasa (12/4/2 016). Pada kesempatan ini, DPRD Kabupaten Bogor akan mendengar paparan dari Ketua Tim Pengganggaran Pemerintah Daerah (TAPD), Adang Suptandar.

Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]

Kami bisa saja menerima atau menolak LKPj itu. Tergantung nanti eksposenya seper­ti apa. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menen­gah Daerah (RPJMD) atau ti­dak,” kata anggota Badan Anggaran LKPj, Junaedi Syam­sudin, Senin (11/4/2016).

Politisi PPP itu menambah­kan, setelah ekspose baru akan dibahas dalam Badan Anggaran sembari menyelaraskan capaian tahun 2015 dengan RPJMD serta visi kabupaten termaju di Indo­nesia. Namun, dengan tingginya Sisa Lebih Penggunaan Angga­ran (SiLPA) hingga Rp 1,3 triliun, kalangan legislatif bakal lebih banyak mencak-mencak.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Imbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrim

“Iya, ada apa dengan tingginya SiLPA dalam dua tahun berturut-turut? Nanti akan kami bahas. Siapa yang harusnya bertang­gungjawab. apakah bupati, sekda selaku Ketua TAPD, atau perang­kat-perangkatnya,” lanjutnya.

Saat penyampaian LKPj akhir pekan lalu, Bupati Bogor, Nurhayanti memaparkan sek­tor Pendapatan Daerah tereal­isasi Rp 6,032 triliun dari tar­get Rp 5,814 triliun, namun itu ditunjang dari besarnya dana perimbangan yang mencapai 42,82 persen.

Sementara Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya menyum­bang 33,19 persen dan pendapa­tan lain-lain 23,99 persen. SiLPA sendiri naik dari Rp 1,1 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp 1,350 pada tahun kemarin.

“Memang ketergantungan dari dana perimbangan sangat tinggi. Ini yang harus kami gali lagi untuk mengoptimalkan sektor-sektor pendapatan lain­nya. Tapi pendapatan kita ini, jauh lebih tinggi dari kabupat­en/kota lainnya di Indonesia,” kata Nurhayanti.

BACA JUGA :  Rangkaian HUT RSUD Leuwiliang ke-14 Penuh Berkah

SiLPA, kata Nurhayanti, pal­ing besar dihasilkan oleh tidak terserapnya belanja daerah. Dari Rp 6,770 triliun belanja daerah, hanya terserap Rp 5,638 trili­un. Alias menyisakan Rp 1,132 triliun. Sementara sisanya ber­asal dari tunjangan profesi yang bersumber dari APBN dan tidak terserapnya dana bansos.

“Hibah bansos tidak ter­penuhi karena tidak leng­kapnya administrasi peneri­mannya. Selain itu, ada juga penghematan atau efisiensi penggunaan anggaran. Tapi memang ada juga kegiatan yang tidak direalisasikan dan diluncurkan pada tahun 2016 ini,” lanjutnya.

============================================================
============================================================
============================================================