Menata Kota Bogor

BOGOR TODAY – Kota Bogor kini berusia 537 tahun, jika dihitung sejak penobatan Sribaduga Maharaja atau lebih dikenal dengan Prabu Siliwangi pada 3 Juni 1482 silam, dalam usianya yang panjang, Bogor mengalami pasang surut dan kini mengalami virus-virus degradasi kualitas lingkungan yang cukup serius, akibat derasnya pembangunan di wilayah ini dan  kesemrawutan serta kemacetan lalu lintas yang kian parah.

Menjadikan Kota Bogor lebih maju dan lebih modern merupakan cita-cita segenap masyarakat Bogor. Kota yang maju dan modern dalam pengertian seperti tampak pada kelebihan kota-kota besar dunia, tentu menjadi dambaan seluruh warga Kota Bogor.

Agar mimpi besar tersebut dapat terwujud maka diperlukan adanya persetujuan dan dukungan penuh dari rakyat yang berdaulat. Masyarakat sendirlah sebenarnya yang harus dibangkitkan untuk bekerja sama bahu membahu dan tolong menolong mewujudklan cita-cita bersama dengan berlandaskan falsafah Kota Bogor sendiri yakni “DINU KIWARI NGANCIK NU BIHARI, SEUJA AYUENA SAMPEUREUN JAGA” (Apa yang kita nikmati  saat ini adalah buah karya para pendahulu, dan apa yang kita lakukan saat ini adalah untuk kehidupan hari esok).

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Senin 25 Maret 2024

Demikian ungkapan Ketua DPRD Kota Bogor, H.Untung W Maryono, SE. AK. ketika mengomentari kondisi kota ini yang kini berusia 537 tahun. Memang pada zaman Hindia Belanda, Buitenzorg (sebutan untuk Bogor kala itu),  merupakan kota amtenaar yang statis, angkutan umum kala itu belum menjadi kebutuhan mendesak. Sebagai Kota diselatan Batavia (sebutan untuk Kota Jakarta), Buitenzorg atau Kota Bogor,  pada saat itu diproyeksikan hanya untuk 30.000 penduduk saja. Bisa dibayangkan, betapa nyaman serta tenteram Kota ini. Jalan-jalan lengang, dengan pohon kenari rimbun yang meneduhinya. Sekali-sekali terdengar ketipak kuda ditingkahi kliningan delman. Jumlah kendaraan waktu itu, termasuk mobil, delman, serta sepeda diperkirakan jumlahnya hanya ratusan  unit saja, ungakpnya.

Memang, tak seorang pun bisa menghentikan jalannya waktu. Dan dari waktu ke waktu Kota Bogor terus berkembang. Masa lampau Bogor, masa Buitenzorg yang sejuk dan nyaman sirna sudah, tidak bisa kembali lagi. Perubahan tata ruang, pembangunan terminal baru, ring road dari Tol Sentul selatan, jalan layang di atas Jl Sholeh Iskandar, jalan layang lintasan Kereta Api  jalan RE Martadinata (Bubulak) akan semakin mengubah wajah Kota Bogor. Ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kemacetan yang sangat menyebalkan. Salah satu priorotas program Walikota Bogor, Bima Arya, adalah  mengurai kemacetan dan menata pola transportasi kota.

BACA JUGA :  Polisi Tangkap Pencuri Pagar Besi di Tempat Pemandian Air Panas Parung

Menyikapi setumpuk persoalan yang dihadapi Kota Bogor, menurut politisi PDI Perjuangan ini, bahwa Bogor  memang membutuhkan antibodi yang didukung kreativitas dan inovasi warga dan pemerintah daerah dalam menata Kota Bogor, mendorong pertumbuhan ekonomi hijau yang ramah lingkungan, meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan warga, mempresentasikan karya seni sosial masyarakat, serta membangun kebudayaan yang humanis.

============================================================
============================================================
============================================================