JAKARTA Wasabi dan alpukat memang memiliki warna yang senada. Satunya buah yang sering dijadikan camilan atau jus, lainnya pasta pedas yang kerap disajikan dengan sushi.

Meski warnanya sama, alpukat dan wasabi tentu saja punya rasa yang sangat berbeda. Rasa manis dan sedikit pekat dimiliki oleh alpukat sementara rasa wasabi pedas dan mengganggu. Tapi tak ada yang mengira, terlalu banyak makan wasabi akan berdampak pada kesehatan.

Dikutip dari Detik.com, Seorang wanita berusa 60 tahun asal Israel harus dilarikan ke rumah sakit setelah salah mengira wasabi adalah alpukat. Dia makan terlalu banyak sehingga mengalami gangguan jantung.

BACA JUGA :  Briefing Staf Terakhir Bersama Wali Kota Bogor, Ini Kata Bima Arya dan Dedie Rachim

Kala itu, wanita yang tidak disebutkan namanya ini makan satu sendok teh wasabi, mengira itu alpukat, dan akhirnya mengidap kardiomiopati takotsubo, yang juga dikenal sebagai sindrom patah hati.

Menurut laporan yang ditulis oleh British Medical Journal (BMJ), kardiomiopati takotsubo adalah disfungsi ventrikel kiri yang biasanya terjadi pada wanita yang lebih tua setelah stres emosional atau fisik yang hebat secara tiba-tiba.

“Beberapa menit setelah dia memakan wasabi, dia merasakan tekanan tiba-tiba di dadanya menjalar ke lengannya, yang berlangsung beberapa jam,” jelas laporan tersebut.

BACA JUGA :  Tak Khawatir Makan Rendang saat Lebaran, Ini Dia Resep Herbal ala Zaidul Akbar untuk Atasi Asam Urat

Pada hari setelahnya, ia merasa lemah dan ketidaknyamanan sehingga mengunjungi rumah sakit. Saat itu ia langsung dirujuk ke pusat rehabilitasi jantung. Beruntung setelah sebulan, kondisinya membaik.

Sebelumnya berbagai penelitian telah menemukan manfaat kesehatan terkait dengan konsumsi wasabi, seperti sifat pencegahan kanker. Untuk kasus ini, peneliti percaya kondisi yang dialami wanita tersebut berasal dari konsumsi wasabi secara tidak normal.

“Dalam laporan kasus kami, jumlah wasabi yang dikonsumsi pasien kami luar biasa besar, sekitar ukuran satu sendok teh. Mereka percaya inilah yang mendorong respons stres terlihat pada wanita,” tulis penulis.(Net)

============================================================
============================================================
============================================================