Satu lagi mahakarya InstiÂtut Pertanian Bogor (IPB) untuk kehidupan panÂgan Indonesia. Setelah berhasil mendirikan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Sapi Potong pertama di Indonesia, IPB kembali melaÂhirkan sekolah baru. Ialah SPR Sapi Perah.
(Yuska Apitya Aji)
SPR Sapi Perah adalah seÂkolah di bawah binaan IPB yang dilokasikan di Desa Kalipucang, Kecamatan Tutur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sekolah ini diresmikan berdiÂri pada Sabtu (7/11/2015) lalu. Wadah baru ini diyakini bermanfaat bagi peternak sapi perah di Desa Kalipucang.
Sembilan anggota gabungan perÂwakilan pemilik ternak (GPPT) dalam janji deklarasinya, mengaku siap dan berkomitmen untuk menjadi peternak mandiri dan berdaulat.
Deklarasi dihadiri oleh Direktur JenÂderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Prof.Dr. Muladno, Bupati Kabupaten Pasuruan, Kepala Dinas Petenakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas Peternakan dan KesehaÂtan Hewan Kabupaten Pasuruan, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB Dr. PrasÂtowo, Wakil Kepala bidang Penelitian LPPM IPB Prof. Dr. Drh. Agik SuprayoÂgi, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB Prof. Dr. Drh. Srihadi AgungÂpriyono, dan Komisi PPM LPPM IPB Dr. Dedi Duryadi Solihin.
SPR baru ini diharapkan mampu tumbuh dengan baik ke depan. IPB memiliki tanggung jawab moral untuk mengisi IPTEK dan inovasinya sebagai upaya mencerdaskan dan menyiapkan kedaulatan mereka yang berujung pada perbaikan kesejahteraan mereka. SPR ini juga merupakan laboratorium lapang, yang siap dihadiri para mahasiswa untuk saling belajar dengan peternak. SPR sapi perah ini diharapkan dapat direplikasi di tempat lain sebagai upaya peningkatan produksi susu nasional. “Tujuan untuk mewujudkan usaha peternakan rakyat dalam sebuah perusahaan kolektif yang dikelola dalam satu managemen. SehingÂga daya saing usaha peternakan rakyat maupun pendapatan dan kesejahteraan peternak itu sendiri bisa meningkat,†ungkap Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Dr. Prastowo, Senin (16/11/2015).
Di tempat yang sama, Direktur JenÂderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Muladno, mengatakan, target Kementan sebanyak 1.000 SPR hingga tahun 2017 itu bertujuan untuk meningkatkan produksi daging dan susu nasional pada masa mendatang.
Menurut Muladno, sampai sekaÂrang telah berdiri sebanyak 10 SPR. KeÂberadaan sentra itu menyebar di berbagi daerah secara nasional. Misalnya ada tiga sentra di Bojonegoro dan Pulau Sapudi (Madura) sebanyak dua sentra. “KemuÂdian di Banyuasin, Musi Banyuasin SuÂmatera, Kabupaten OKI (Ogan KomerÂing Ilir) di Sumatera Selatan, Sumbawa dan Kalimantan Selatan masing-masing sebanyak satu sentra. Untuk yang di MaÂlang ini adalah SKR Sapi Perah pertama di Indonesia,†ujar Muladno.
Walau demikian, jelas dia, 10 sentra tersebut sudah beroperasi dengan baik. Berikutnya, pada tahun 2015 diharapkan ada pengembangan sebanyak 210 sentra. “Lalu, pada tahun 2017 meningkat menÂjadi 1.000 sentra dan mendatang bisa bertambah setidaknya mencapai 3.000 sentra,†katanya.
Mengenai investasi pendirian senÂtra, katanya, besarannya tidak memerÂlukan dana yang besar. Penyebabnya, sentra tersebut merupakan pengemÂbangan yang sudah ada. Ia menyebutÂkan, pengembangan sentra itu berperan penting dalam mendongkrak kuantitas ternak. Oleh sebab itu, pihaknya menyÂiapkan pelatihan bagi para peternak.
“Anggaran yang disiapkan untuk pengembangan SPR itu mencapai Rp 3 triliun. Dengan begitu, kami minta agar peternak terkait, salah satunya yang bergerak di bidang persusuan bisa meÂnanggapinya,†tandasnya.