JAKARTA, TODAY — Dita AdiÂtia Ismawati (27), warga Bukit Cimanggu City Blok 08C noÂmor 08, Kecamatan Tanah SaÂreal, Kota Bogor, melaporkan bosnya, Masinto Pasaribu, anggota Komisi III DPR RI ke KomiÂsi NasionÂal (Komnas) Perempuan. Dita diduga dianiaya oleh Masinton dan mengalami lebam di mata kanannya.
Selain melapor ke Komnas Perempuan, Dita juga melapor ke Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan IndoneÂsia untuk Keadilan (LBH Apik).
Sebelumnya, alumni Manajemen PerÂbanas Jakarta itu juga sudah melapor ke Bareskrim Mabes Polri. Hingga kini, lapoÂran itu masih diteliti Mabes Polri. “Laporan masih tahap penelitian sebelum ditentukan laporan tersebut apakah masuk dalam tinÂdak pidana umum atau khusus,†ujar Kabag Penum Mabes Polri Kombes Pol Suharsono saat dikonfirmasi, Senin (1/2/2016).
Setelah diteliti dan ditentukan tindak pidana yang dilakukan, laporan tersebut akan didalami oleh penyidik. “Tapi kalau dilihat laporannya masuk dalam tindak pidana umum,†jelas Suharsono.
Usai didalami, langkah selanjutnya akan ditentukan oleh penyidik. Salah satunya adalah dengan memanggil pelapor. “ApakÂah nanti akan memanggil saksi pelapor dan saksi terlapor itu nanti ditentukan penyiÂdik, tapi yang jelas saat ini laporan masih dalam tahap penelitian,†kata dia.
Dikonfirmasi terpisah, Dita menyamÂpaikan kronologi pemukulan dirinya oleh anggota Komisi Hukum, Masinton Pasaribu. Perempuan 27 tahun yang menjadi asisten pribadi Masinton itu menceritakan rangkaian peristiwa versinya disertai emosi dan tangis.
Menurut Dita, pemukulan bermula saat dia berkunjung ke Camden Bar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 21 Januari. Kala itu Dita bersama teman-temannya berkumpul di Camden sejak puÂkul 21.00 WIB. Saat itulah Masinton sempat menghubungi Dita untuk menanyakan keÂberadaannya.
“Pada pukul 22.17 WIB, pelaku (MasinÂton) bertanya posisi saya di mana. Saya share location, kemudian pelaku menelepon beÂberapa kali. Saya angkat, saya bilang ‘Gue sama temen-temen.’ (Masinton menjawab) ‘Di mana itu? Kenapa kok enggak balik?’ Kemudian saya jawab ‘Ini di Camden, udah ya kepala gue puyeng,’ langsung saya tutup teleponnya,†kata Dita, Senin (1/2).
Tak berapa lama setelah dia menuÂtup telepon, ujar Dita, Masinton datang ke Camden Bar. Dita mengetahui kedatangan Masinton dari kehadiran sopir pribadinya, Husni, di meja tempat ia berkumpul berÂsama teman-temannya.
Setelah dihampiri Husni, Dita pun keluÂar menuju mobil Masinton. Saat menemui bosnya itu, Dita mengaku diminta Masinton untuk segera pulang dari Camden. “(MasinÂton berkata) ‘Balik gak kau.’ (Dita jawab) ‘Oh iya, tunggu tas gue masih ketinggalan.’ Lalu saya kembali ke kafe dan pamit ke teman-teman. Saya keluar, di mobil saya duduk di depan. Hanya ada tiga orang (dalam mobil). Di samping saya sopir, di tengah pelaku (Masinton),†kata Dita.
Di mobil, Dita mengaku dicecar perÂtanyaan oleh Masinton. Ia ditanya berkali-kali mengenai kegiatannya di Camden Bar bersama kawan-kawannya. Saat masih diÂinterogasi oleh Masinton itu, Dita meminta tolong kepada Husni untuk mengambil moÂbil miliknya yang terparkir di Kantor Partai Nasdem DKI Jakarta. Dita tercatat sebagai kader NasDem.
Permintaan tersebut dituruti oleh HusÂni, dan setelah sang sopir turun dari mobil, Masinton langsung menuju belakang setir kendaraannya. “Saya terus ditanya ‘Lagi ngapain di sana?’ Saya bilang ‘Enggak ngaÂpa-ngapain’. Saya nangis, dia bilang ‘Diam kau. Malah nangis kau, diam’. Sampai di Cawang sudah terlihat apartemen saya, lalu pelaku tidak menurunkan saya sampai saya dibawa putar masuk tol. Dia masih bertanya ‘Kenapa kau malah nangis?’ Ya saya nangis karena diomelin, manusiawi kan. Kemudian sampai Cawang lagi, saya tidak diturunin, saya bilang ‘Gue mau pulang, udah capek.’ Terus dia bilang ‘Diem lu’,†ujar Dita.
Saat itulah, kata Dita, Masinton justru memukul mata kanannya. Setelah dipukul, Dita merasakan matanya gelap dan berkuÂnang-kunang. Ia bertanya kenapa Masinton memukulnya. Namun tak ada jawaban keÂluar dari mulut Masinton.
Karena tak mendapat jawaban, Dita langsung berusaha menghubungi teÂmannya. Tapi, kata dia, ponselnya malah dirampas oleh Masinton. “Saya bilang ‘KemÂbaliin ponsel gue. Itu hape gue beli sendiri, jangan dibanting.’ Pelaku langsung menyÂerahkan hape saya dan saya terus tanya ‘Kenapa gue harus ditonjok, gue mau lapor polisi dan ke rumah sakit’. Baru setelah itu saya diturunin di pinggir jalan dekat aparteÂmen,†kata Dita.
Pascaturun dari mobil Masinton, Dita mengatakan langsung menuju taksi di deÂpan apartemennya. Ia lantas diantar sang sopir taksi menuju Polsek Jatinegara untuk melaporkan kejadian pemukulan tersebut.
Sesampainya di Polsek Jatinegara, Dita diminta untuk melakukan visum terlebih dahulu. Ia pun diantar polisi ke RSUD Budi Asih pada Jumat dini hari, 22 Januari, pukul 00.20 WIB. Usai visum, polisi menyarankan Dita untuk beristirahat sebelum membuat Berita Acara Pemeriksaan pada hari Sabtu, 23 Januari. Namun Dita tak kembali ke MarÂkas Polsek Jatinegara karena dirawat di RS Aini sampai hari Minggu, 24 Januari 2016.
Sementara itu, Wakil Ketua Fraksi PDIP di DPR Arif Wibowo, mengatakan, tidak ada penganiayaan oleh Masinton terhadap Dita. “Tidak ada penganiayaan apapun, itu yang disampaikan kepada kami. Kami pun juga memberikan nasihat kepada Masinton untuk berhati-hati dengan segala hal yang terkait dengan dirinya dan cara bekerjanya di DPR,†kata Arif Wibowo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (1/2/2016).
(Yuska Apitya Aji)