Super Sunday dalam lanjutan Liga Primer Inggris saat Liverpool menÂjamu Manchester United di Anfield, Minggu (17/1/2016) malam WIB. Koleksi 38 gelar juara dimiliki The Reds dan The Red Devils menegaskan status mereka sebagai klub tersukses di Inggris. Tapi duel di akhir pekan ini tidak akan merepresentasikan hal itu, melainkan laga klasik nan keras di tanah Britania.
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]
Liverpool dan MU adalah seteru klaÂsik di Inggris. Sejarah panjang klub dan keberhasilan mengoleksi begitu banyak piala menjadikan pertemuan kedua klub (harusnya) jadi pertandingan terÂbesar di Inggris.
Tanpa mengecilkan duel seru yang perÂnah tercatat dalam sejarah, pertemuan kedua tim sering terjadi dalam situasi yang bertolak belakang. Jika Liverpool sedang digdaya, maka MU tengah melempem. SeÂbaliknya, saat The Red Devils dalam periode keemasan, maka The Reds malah suram. Sangat jarang terjadi mereka dalam posisi sama kuat untuk bersaing memperebutkan gelar juara.
Liverpool begitu menguasai Inggris di periode 1970-an sampai 1980-an. Tapi keran trofi juara Liga Inggris mereka mampat sejak tahun 1990. Dari situ era baru datang karena MU tampil sebagai penguasa. Bersama Sir Alex Ferguson, The Red Devils sangat menÂdominasi Premier League. Dalam periode singkat mereka berhasil menyamai dan bahÂkan melewati jumlah trofi Liverpool.
Dalam empat dekade terakhir, kedua tim sering berada di sisi klasemen yang berbeda, di akhir nanti jarak mereka cukup rapat. SayÂangnya, itu tidak di dekat urutan teratas: MU di posisi enam dan Liverpool di tangga semÂbilan. Cuma tiga poin jarak antara mereka.
MU bersama Louis van Gaal tampil sanÂgat-sangat mengecewakan dalam dua bulan terakhir. Dari sembilan laga di Liga Inggris, Wayne Rooney dkk mencatatkan dua kali menang dan imbang serta tiga kekalahan. Liverpool pun demikian, Jurgen Klopp diÂrepotkan dengan badai cedera pemain yang menghantam. Dalam periode yang sama, The Reds meraih empat kemenangan, dua imbang dan tiga kekalahan.
Liverpool dan MU kini sedang dalam periode regenerasi. Meski sudah hampir tiga tahun berlalu MU masih belum bisa menÂgatasi kehilangan mereka atas sosok Alex Ferguson. Di sisi lain Liverpool yang punya keyakinan baru bersama Klopp butuh waktu (lebih lama lagi) untuk membangun tim yang benar-benar sesuai dengan kemauan pria Jerman itu.
Melihat grafik permainan kedua tim beÂlakangan ini, laga di Anfield diprediksi berÂlangsung seru. Liverpool cuma kalah sekali dalam enam laga terakhir di semua kompeÂtisi. Meski imbang di dua laga terakhir, perÂforma saat menahan Arsenal 3-3 dinilai sebÂagai sinyal positif dari The Reds.
MU tengah dalam tren oke setelah gaÂgal menang dalam delapan pertandingan di semua kompetisi. Dua kemenangan dan sekali imbang adalah raihan MU di tiga laga terakhirnya.
Dengan gelar juara sudah jauh dari gengÂgaman, tiket ke Eropa adalah target paling rasional yang bisa diburu keduanya dari laga ini. Karena sudah banyak diperkuat pemain muda, tensi laga ini mungkin tidak lagi setÂinggi saat Steven Gerrard dan Ryan Giggs masih ada di atas lapangan. Tapi pemain-peÂmain muda kedua tim jelas juga masih punya gengsi untuk mereka jaga di Anfield.
Klopp mengaku tahu bagaimana caranya mengalahkan pasukan Louis Van Gaal terseÂbut. “Anda tak akan menang lawan United karena Anda lari sejauh sekitar 145 mil. Anda harus membuat keputusan yang tepat. Tentu saja Anda bisa mengalami over-motivasi. Hal itu bisa saja terjadi. Anda tak perlu berpikir terlalu banyak tentang motivasi dalam laga seperti ini, namun Anda harus menemukan keseimbangan permainan. Itulah sepakÂbola,†terang Klopp seperti dilansir Sports Mole.
“Jika Anda tak melakukan hal yang tepat di saat yang tepat pula, maka Anda terpaksa harus berlari lebih banyak lagi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi, hanya bisa Anda koÂreksi dengan kaki-kaki Anda. Anda harus berÂtahan dengan baik karena mereka memiliki pemain-pemain yang brilian. Dua hari lalu, kami bisa mempersiapkan diri. Kami memiÂliki karakter yang berbeda (ketimbang MU). (Van Gaal) lebih berpengalaman ketimbang saya. Mungkin saya memang lebih aktif di pinggir lapangan ketimbang dirinya,†kelaÂkarnya.
Sementara Louis van Gaal tengah berada dalam situasi limbung. Satu hal mencenÂgangkan pernah diutarakan Van Gaal, denÂgan ia mengakui bahwa dirinya sering bosan lantaran anak asuhnya kerap gagal menemÂbus pertahanan tim lawan.
Van Gaal pantas bosan, mengingat pasuÂkannya tidak lagi mampu mencetak gol di paruh pertama di Old Trafford sejak lesakan Memphis Depay ke gawang Sunderland pada September kemarin, dan kemenangan teraÂkhir yang mereka raih di kandang lawan terÂjadi pada akhir November tahun lalu.
“Ada beberapa laga yang saya nikmati dan ada sejumlah laga di mana saya merasa sangat bosan atau marah karena kami tidak mampu membelah pertahanan tim lawan,†ujarnya sebelum menghadapi tuan rumah Newcastle United, yang sukses mengimbanÂgi mereka dengan skor 3-3 pekan ini meski kubu Setan Merah sempat unggul dua bola terlebih dahulu.
“Namun itulah sepakbola. Apakah kalian tahu bahwa kekhawatiran utama saya adalah pertahanan? Saya tidak mengkhawatirkan pertahanan melebihi penyerangan. Untuk saat ini kami kekurangan kreativitas dan kaÂlian bisa melihatnya, namun mereka sudah bermain baik kemarin,†tukasnya. (*/Net)