Masih banyak masyarakat yang menganggap fogging sebagai pencegahan penyakit khas negeri tropis dengan demam berpola ‘tapal kuda’ ini. Demam berdarah dengue (DBD) masih mewabah, apalagi di musim penghujan sehingga membuat banyaknya genangan air dimana-mana. Sejauh ini banyak masyarakat kita yang mendewa-dewakan fogging dalam rangka pengendalian DBD, padahal banyak efek samping dari pelaksanaan fogging yang perlu kita ketahui karna mengganggu kesehatan.
Oleh : Eva Noviani Hanifah
[email protected]
Menurut Kepala Dinas KesehatÂan Kota Bogor (Dinkes) Kota Bogor, dr Rubaeah mengaku meskipun bahan untuk pemÂbuatan figging sudah melalui uji keamanan, namun masyarakat jug harus meahami resikonya. “Kita harus semakin meÂnyadari bahwa ada resiko-resiko yang akan ditanggung apabila terkandung bahan-bahan yang mematikan. Selama ini fogging selalu diÂanggap sebagai jalan keluar untuk mengatasi DBD saja, hanya saja banyak orang yang tidak tahu bahan kimia apa yang terkandung pada asap fogging,†urainya ketika ditemui BOGOR TODAY, Selasa (16/2/2016).
Meskipun, masih kata Ruabaeah, fogÂging memang dapat mengatasi masalah DBD, hanya saja tidak maksimal. Sebab, walau suÂdah dilakukan fogging bukan berarti memÂbunuh semua nyamuk. “Jangan lakukan fogÂging karena berbahaya, fogging memiliki zat yang bersifat racun maka jika disemprokan kerumah-rumah penduduk akan sangat baÂhaya dan berdampak luar biasa, terlebih anak-anak dan balita. Masalah DBD pencegaÂhannya lakukanlah prilaku hidup bersih dan sehat dengan lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang lebih aman hanya dengan cara, menguras, menutup, dan mengubur serta memantau 4M,†paparnya.
Seperti yang kita ketahui, foging dalam dunia kesehatan adalah pengebutan atau penÂgasapan untuk membunuh nyamuk dewasa, sangat mencemari lingkungan dan akhirnya kepada manusia.selain itu, tindakan fogging terbilang lumayan mahal dengan hasil yang tiÂdak begitu signifikan. Bahkan akan membuat nyamuknya menjadi resisten (kebel dan tak mati karena fogging).
Tidak banyak orang yang tahu penyebab ditimbulkan dari bahaya solar yang menjadi bahan pengencer Malathion. Hasil pembaÂkarannya mengikat Hemoglobin (Hb) selain itu, racun hasil pembakaranya mengakibatÂkan radang paru-paru, bronchioli, serta iriÂtasi dan produksi lendir berlebihan pada salÂuran pernapasan. Proses penyembuhannya cukup lama bisa berkisar 6-8 minggu, untuk penyakit bronchioli, biasanya penyembuhan ini berkisar 3-5 mingggu bahkan, kalau tidak cepat di tangani bisa mengakibatkan kemaÂtian. Untuk bahaya jangka panjang mungkin diakibatkan oleh pestisida dan inseksida peÂnyabab ini diakibatkan ketika sedang penanÂganan DBD melalui fogging,
Dampak kronis yang akan memasuki orÂgan tubuh pada manusia yaitu, sistem saraf, mengakibatkan masalah ingatan yang gawat, mungkin sulit berkonsentrasi, perubahan keÂpribadian, kelumpuhan, mungkin berakibat fatal seperti kehilangan kesadaran dan koma.
Dampak jangka panjang disebabkan oleh racun tersebut,yang akan bersifat karsinoÂgenik (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenik, kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), teratogenik (kelaÂhiran datang), teratogenik (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan), dan residu sisa berbahaya bagi konsumen.
Ditemukan bahwa wanita hamil yang terÂpapar malithon mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar anaknya yang menderita kelainan, Gastrointestinal masalah lain juga pernah diteliti adalah paparan terhadap malithon terÂhadap gagal ginjal, dan gangguaan pada bayi baru lahir, akan menyebabkan kerusakan gen, dan kromosom sejak bayi masih dalam kandungan, serta setelah itu akan menyebabÂkan kerusakan paru, dan penurunan sisitem kekebalan tubuh pada organ tubuh manusia. Penggunaaan Malathion di duga mempunyai peran terhadap 28 gangguan kesehatan, sepÂerti gangguan gerakan sperma hingga kejadiÂan hiperaktif pada anak-anak usia dini.
(Latifa Fitria)
Ada data teknis tdk ya utk dampaknya.