antarafoto-kuliah-umum-sby-251115-lmo-3MANTAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti kondisi ekonomi Indonesia saat ini, mulai dari sektor riil hingga nilai tukar rupiah. Pandangan disampaikan SBY dalam diskusi ekonomi di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bertajuk Economic Vision in The Future di Menara Kadin Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Menurut SBY, sektor riil belum kembali normal, belum bergerak benar teru­tama di sejumlah sektor. Kemudian, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih terjadi, meskipun luput dari pemberitaan. “PHK meskipun tidak selalu diberitakan, tidak se­lalu dicatat, masih saja terjadi di banyak tempat,” ujar SBY.

Selain itu, Bahan Bakar Minyak (BBM) yang se­belumnya sempat naik, dan kemudian diturunkan lagi, tak serta-merta memangkas harga barang yang sudah telanjur naik. ‘’Nilai tukar rupiah, mes­ki sudah mulai menguat, namun posisinya belum aman,’’ katanya.

BACA JUGA :  Rendang Ayam Kampung, Menu Lezat untuk Santapan Keluarga Tercinta

SBY mengingatkan, melemahnya nilai tukar ru­piah tak boleh dianggap ringan kare­na berpengaruh terhadap banyak hal. “Kurs hari ini kalau tidak salah Rp 13.200, good, baik dalam arti dibandingkan Rp 14.000, mendekati Rp 15.000. Tapi belum aman betul, setiap saat ada kemungkinan muncul gejolak. Ini juga persoalan yang tidak boleh kita anggap ringan, karena ke­mudian akan berpengaruh terhadap banyak hal, baik ekspor maupun im­por,” kata SBY.

Selanjutnya, SBY juga menyor­oti kondisi dunia usaha. Menurut­nya, masih ada pelaku usaha yang menunggu situasi ekonomi pulih untuk investasi. “Pelaku bisnis, se­bagian yang saya dengar masih wait and see. Sebagian oke, sebagian kurang oke. Lantas investasi juga sama. Sebagian ditahan,” kata SBY.

Soal pertumbuhan ekonomi, SBY mengatakan harus kembali menem­bus 5%, hingga menuju 6%. Menurut SBY, Jika laju pertumbuhan ekonomi tak bisa menembus 5%, menuju ke 6%, maka akan menimbulkan im­plikasi yang luas. Selain itu, dia me­nambahkan, tak perlu mematok per­tumbuhan terlalu tinggi, misalnya 7%-8%, karena dikhawatirkan tak bisa tercapai.

BACA JUGA :  Resep Membuat Rendang Ayam Tanpa Santan yang Lezat dan Bikin Ketagihan Keluarga

“Bagaimanapun growth harus kita bawa kembali menembus 5% menuju 6%. Tidak usah kisaran 7%-8%, nanti malah angin surga. Sudahlah, kita bi­cara 5% menuju 6%,” ujar SBY.

SBY menambahkan, ada 4 kompo­nen penting yang harus dijaga dalam upaya mendorong dan menjaga laju pertumbuhan ekonomi. Keempat komponen itu adalah belanja rumah tangga, investasi, ekspor, dan be­lanja pemerintah yang mendorong pertumbuhan.

Menurut SBY, keempat kompo­nen tersebut harus masuk dalam pe­nyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). “Oleh karena itulah menurut saya, satu-satunya tool yang advance di tangan pemer­intah adalah pastikan APBN kita ada komponen untuk stimulasi pertum­buhan,” pungkas SBY.

============================================================
============================================================
============================================================