Untitled-14JAKARTA, TODAY – Dampak dari melambat­nya ekonomi Indonesia kian meluas. Bukan saja industri manufaktur yang terpukul, tetapi juga sektor ril.

Bahkan para pedagang busana muslim yang biasanya panen raya pada bulan suci Ramadhan ini, juga ikut terpukul. Hal ini ter­lihat jelas di toko-toko busana muslim di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sejumlah peda­gang mengaku omzet turun hingga 50% jika dibandingkan tahun lalu.

“Jauh mas bedanya. Turun banget, masuk puasa kemarin memang ramai, tapi ramainya jauh dibanding tahun sebelumnya. Paling sepi puasa ini, mungkin orang lagi hemat belanja sama kebetulan harinya pas sama anak baru sekolah,” tutur Desty Nurmanegara, pedagang busana muslim di Blok B Tanah Abang dite­mui, Selasa (22/6/2015).

BACA JUGA :  Kasus DBD Melonjak, Kota Bogor Siap Lakukan Gerakan Jumantik Lebih Masif

Desty mengaku omzetnya menyusut dras­tis hingga lebih dari 50%. Tahun lalu ia sulit dapat waktu istirahat saking banyaknya pem­beli. Hal berbeda terjadi tahun ini. “Sepinya memang benar-benar sepi. Dulu puasa mana sempat sel­onjoran saking ramainya, sekarang malah bingung yang beli sedikit, banyakan bengong,” ungkapnya.

Dalam sehari, jika sebelumnya bisa menjual hingga 150 potong gamis, kini Desty mengaku hanya bisa menjual kurang lebih 50 potong baju gamis muslim.

“Kalau dulu bisa setor Rp 15 juta, sekarang dapat sehari Rp 3 juta saja sudah syukur. Sementara produksi terus jalan, akhirnya barang num­puk di toko, puasa ini bisa dikatakan paling berat,” kata Desty.

BACA JUGA :  Hidangan Kreasi yang Lezat dengan Brownies Kurma Kukus

Hal senada juga diungkapkan Yurnalis, pedagang mukena Blok B Pasar Tanah Abang. Puasa tahun ini jumlah pembeli turun drastis.

“Jauh mas kalau dibanding puasa tahun lalu, harga kan sekarang apa-apa mahal. Jadi mikir juga masyara­kat mau belanja baju. Kalau dulu bisa dapat Rp 50 juta sehari omzetnya, sekarang paling sekitar Rp 10 juta,” kata Yurnalis.

Mendekati lebaran, sambung Yurnalis, dirinya tak bisa berharap banyak pada kenaikan penjualan saat mendekati lebaran.

“Dalam setahun paling ramai se­belum dan minggu pertama puasa, kalau di situ saja udah sepi, susah sampai lebaran,” keluhnya.

(Detik)

============================================================
============================================================
============================================================