Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Alam, Rizal Ramli memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus 6% di 2016. Perkiraan ini jauh lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia (BI) yang berada pada kisaran 5,2%-5,6%.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Menurut Rizalm program revaluÂasi aset yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bisa memacu pertumbuhan ekonoÂmi Indonesia hingga 6% per tahun.
‘’Apalagi, Pemerintah telah memberikan diskon pajak untuk program revaluasi aset tersebut,’’ kata Rizal dalam paparannya di acara Konsolidasi Perencanaan dan PelakÂsanaan Modal Nasional (KP3MN) di Hotel Grand Mercure, Kemayoran, Jakarta, Senin (22/2/2016).
“Kita kan harus genjot pertumbuhan ekoÂnomi, salah satunya dengan revaluasi aset BUMN dan swasta. Dengan asetnya meningÂkat mereka bisa terbitkan bond dalam dan luar negeri. Itu kan untuk biayai sektor infraÂstruktur,†tambah Rizal.
Dengan optimistis, Rizal kembali menyeÂbutkan bahwa pertumbuhan ekonomi IndoÂnesia bisa 6% tahun ini, di atas yang sekarang yang 5,3%. ‘’Itu otomatis bikin asing tertarik datang, dia kan lihat India dan Filipina 7%, kalau Indonesia 6%, mereka tertarik,†tamÂbahnya.
Menurut Rizal, revaluasi aset jadi salah satu terobosan yang dampaknya paling bisa dirasakan dari sekian banyak paÂket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.
“Market perusahaan jadi lebih tinggi, modal yang disuntikkan bertambah, dapat financing baru lewat sindikasi utang atau bond, sehingga perusahaan bisa ekspansi. Pemerintah juga tambah penerimaan dari pajak. Sekali mendayung dua tiga pulau terÂlampaui,†tandasnya.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo optimistis ekonomi Indonesia akan terus tumbuh tinggi mulai tahun ini hingga beberapa tahun ke depan. Agus memprediksi ekonomi RI bisa tumbuh 6,3-6,8% di 2020.
Agus mengatakan, bank sentral mempreÂdiksi prospek ekonomi RI di 2016 tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu, bisa 5,2-5,6%. “Ke depan sampai 2020 kita lihat pertumbuhan ekonomi 6,3-6,8%,†kata Agus.
Demi mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut, BI menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 7% hari ini. BI Rate sudah turun dua kali taÂhun ini. Pertama kali pada pertengahan JanuÂari dari 7,5% menjadi 7,25%.
BI memperkirakan laju pertumbuhan ekoÂnomi Indonesia di tahun ini bakal lebih baik dari tahun lalu. Laju pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2-5,6% di tahun ini.
“Pertumbuhan ekonomi 2016 diperkiÂrakan akan lebih tinggi pada kisaran 5,2- 5,6%. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan ditopang stimulus fiskal, khususnya realisasi infrastruktur yang semakin cepat,†jelas Agus.
Pada kesempatan itu Agus menambahÂkan, sementara swasta diharapkan meningÂkat. “Seiring dampak kebijakan pemerintah yang digulirkan dan pelonggaran moneter terukur dengan menjaga stabilitas makro ekonomi,†ujar Agus.
BI menyatakan, sepanjang triwulan IV- 2015 lalu kondisi perekonomian Indonesia membaik, dilihat dari kinerja neraca pemÂbayarannya. Perbaikan neraca pembayaran didukung oleh surplus neraca transaksi modÂal dan finansial.
Neraca modal dan finansial membaik karena masuknya modal asing, akibat ketidakpastian pasar keuangan global. InÂvestor asing juga meyakini membaiknya prospek ekonomi Indonesia. “Defisit transaksi berjalan di 2015 tercatat 2,06% dari PDB, jauh lebih rendah dibandingÂkan tahun 2014 yang sebesar 3,09%,†jelas Agus.
Kondisi sistem keuangan Indonesia juga terjaga hingga akhir 2015 lalu, denÂgan rasio kecukupan modal (CAR) perÂbankan sebesar 21,2%, rasio kredit berÂmasalah (NPL) gross sebesar 2,5%, NPL net sebesar 1,2%.
“Ketahanan perbankan menguat, meskiÂpun kinerja menurun karena perlambatan ekonomi. Kredit tumbuh 10,5% di Desember 2015, naik dari bulan sebelumnya 9,8%. Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 7,3%, lebih rendah dari bulan sebelumnya 7,7%. BI akan menjaga kondisi likuiditas akan cukup untuk penyaluran kredit lebih lanjut,†papar Agus.