20071011065211Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Alam, Rizal Ramli memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tembus 6% di 2016. Perkiraan ini jauh lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia (BI) yang berada pada kisaran 5,2%-5,6%.

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Menurut Rizalm program revalu­asi aset yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bisa memacu pertumbuhan ekono­mi Indonesia hingga 6% per tahun.

‘’Apalagi, Pemerintah telah memberikan diskon pajak untuk program revaluasi aset tersebut,’’ kata Rizal dalam paparannya di acara Konsolidasi Perencanaan dan Pelak­sanaan Modal Nasional (KP3MN) di Hotel Grand Mercure, Kemayoran, Jakarta, Senin (22/2/2016).

“Kita kan harus genjot pertumbuhan eko­nomi, salah satunya dengan revaluasi aset BUMN dan swasta. Dengan asetnya mening­kat mereka bisa terbitkan bond dalam dan luar negeri. Itu kan untuk biayai sektor infra­struktur,” tambah Rizal.

Dengan optimistis, Rizal kembali menye­butkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indo­nesia bisa 6% tahun ini, di atas yang sekarang yang 5,3%. ‘’Itu otomatis bikin asing tertarik datang, dia kan lihat India dan Filipina 7%, kalau Indonesia 6%, mereka tertarik,” tam­bahnya.

Menurut Rizal, revaluasi aset jadi salah satu terobosan yang dampaknya paling bisa dirasakan dari sekian banyak pa­ket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.

BACA JUGA :  Cemilan Selesai Teraweh, Pisang Goreng Madu yang Simpel dan Praktis

“Market perusahaan jadi lebih tinggi, modal yang disuntikkan bertambah, dapat financing baru lewat sindikasi utang atau bond, sehingga perusahaan bisa ekspansi. Pemerintah juga tambah penerimaan dari pajak. Sekali mendayung dua tiga pulau ter­lampaui,” tandasnya.

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo optimistis ekonomi Indonesia akan terus tumbuh tinggi mulai tahun ini hingga beberapa tahun ke depan. Agus memprediksi ekonomi RI bisa tumbuh 6,3-6,8% di 2020.

Agus mengatakan, bank sentral mempre­diksi prospek ekonomi RI di 2016 tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu, bisa 5,2-5,6%. “Ke depan sampai 2020 kita lihat pertumbuhan ekonomi 6,3-6,8%,” kata Agus.

Demi mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut, BI menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 7% hari ini. BI Rate sudah turun dua kali ta­hun ini. Pertama kali pada pertengahan Janu­ari dari 7,5% menjadi 7,25%.

BI memperkirakan laju pertumbuhan eko­nomi Indonesia di tahun ini bakal lebih baik dari tahun lalu. Laju pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2-5,6% di tahun ini.

“Pertumbuhan ekonomi 2016 diperki­rakan akan lebih tinggi pada kisaran 5,2- 5,6%. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan ditopang stimulus fiskal, khususnya realisasi infrastruktur yang semakin cepat,” jelas Agus.

BACA JUGA :  Dijamin Bikin Nagih! Ini Dia Resep Kolang Kaling Saus Santan yang Sedap dan Mantap

Pada kesempatan itu Agus menambah­kan, sementara swasta diharapkan mening­kat. “Seiring dampak kebijakan pemerintah yang digulirkan dan pelonggaran moneter terukur dengan menjaga stabilitas makro ekonomi,” ujar Agus.

BI menyatakan, sepanjang triwulan IV- 2015 lalu kondisi perekonomian Indonesia membaik, dilihat dari kinerja neraca pem­bayarannya. Perbaikan neraca pembayaran didukung oleh surplus neraca transaksi mod­al dan finansial.

Neraca modal dan finansial membaik karena masuknya modal asing, akibat ketidakpastian pasar keuangan global. In­vestor asing juga meyakini membaiknya prospek ekonomi Indonesia. “Defisit transaksi berjalan di 2015 tercatat 2,06% dari PDB, jauh lebih rendah dibanding­kan tahun 2014 yang sebesar 3,09%,” jelas Agus.

Kondisi sistem keuangan Indonesia juga terjaga hingga akhir 2015 lalu, den­gan rasio kecukupan modal (CAR) per­bankan sebesar 21,2%, rasio kredit ber­masalah (NPL) gross sebesar 2,5%, NPL net sebesar 1,2%.

“Ketahanan perbankan menguat, meski­pun kinerja menurun karena perlambatan ekonomi. Kredit tumbuh 10,5% di Desember 2015, naik dari bulan sebelumnya 9,8%. Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 7,3%, lebih rendah dari bulan sebelumnya 7,7%. BI akan menjaga kondisi likuiditas akan cukup untuk penyaluran kredit lebih lanjut,” papar Agus.

============================================================
============================================================
============================================================